Hacker Surabaya Ditangkap FBI, Bisa Akses 3.000 Sistem Elektronik Dunia, Raup Ratusan Juta

"Pembayaran dilakukan melalui akun paypal atau akun bitcoin. Apabila korban tidak mau membayar maka hancurkan sistem,"

Editor: Safruddin
linkedin.com
Hacker mencuri data 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, SURABAYA - Sejumlah pria asal Surabaya dikabarkan ditangkap Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) dan Tim Cyber Crime Polda Metro Jaya.

Mereka adalah hacker yang diduga meretas ratusan sistem elektronik baik di dalam maupun luar negeri.

Para pelaku masing-masing KPS, warga Kecamatan Sawahan, dan NA, warga Kecamatan Gubeng, ditangkap di rumahnya pada Minggu (11/3/2018) lalu.

Baca: Miris, Ayah dan Saudara Kandung Tak Diundang ke Pernikahan Meghan Markle

"Betul ada penangkapan, FBI bareng Polda Metro Jaya," katanya saat dikonfirmasi, Selasa (13/3/2018).

Informasi yang dihimpun dari polisi menyebut, KPS dan NA masing-masing meretas lebih dari 600 website dan sistem data elektronik baik di dalam dan luar negeri.

Dari keduanya diamankan sejumlah barang bukti, antara lain laptop, gadget, dan modem.

Barung mengatakan tidak bisa menjelaskan detail karena pihaknya sebatas diberitahu bahwa ada penangkapan di Surabaya oleh Tim Cyber Crime Polda Metro Jaya dan FBI. "Kami sebatas diberitahu," ujarnya.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono menjelaskan para tersangka menghack atau merusak sistem elektronik milik korban.

Setelah merusak sistem, tersangka mengirim email ke korban untuk membayar sejumlah uang.

Baca: Fahri Hamzah: KPK Malaikat Suci Berwujud Manusia

"Pembayaran dilakukan melalui akun paypal atau akun bitcoin. Apabila korban tidak mau membayar maka tersangka akan menghancurkan sistem milik korban," ujar Kombes Argo saat dihubungi Surya, co.id, Selasa (13/3/2018).

"Dari situ akhirnya menemukan dugaan bahwa akses illegal dilakukan sekelompok hacker di Surabaya yang menamakan diri mereka sebagai Surabaya Black Hat (SBH)," papar mantan Kabid Humas Polda Jatim ini.

Berdasarkan bukti yang dimiliki penyidik, kelompok ini sudah bekerja terhadap 3.000 sistem elektronik di seluruh negara termasuk Indonesia.

Negara-negara tersebut di antaranya Thailand, Australia, Turki, UEA, Jerman, dan Perancis.

Halaman
12
Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved