Bentrok Penggusuran Pasar Griya Sukarame: 2 Warga, 4 Mahasiswa Luka Memar
Penggusuran di lahan Pasar Griya Sukarame, Jumat (20/7) siang, berakhir bentrok. Dua warga dan empat mahasiswa mengalami luka-luka.
Penulis: Bayu Saputra | Editor: Reny Fitriani
Laporan Reporter Tribun Lampung Bayu Saputra
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Penggusuran di lahan Pasar Griya Sukarame, Jumat (20/7) siang, berakhir bentrok. Dua warga dan empat mahasiswa mengalami luka-luka.
Sesuai jadwal yang sebelumnya sudah mundur, Pemkot Bandar Lampung melalui anggota Badan Polisi Pamong Praja akhirnya menggusur bangunan di lahan pasar. Asisten I Sekretariat Kota Sukarma Wijaya memimpin eksekusi penggusuran tersebut.
Sejumlah anggota kepolisian telah siaga untuk melakukan pengamanan sedari pagi. Anggota Bapol PP beserta alat berat ekskavator kemudian tiba di lokasi sekitar pukul 09.30 Wib.
Baca: Imunisasi Rubella di Sekolah Pesawaran Dimulai Agustus
Proses penggusuran menuai perlawanan warga bersama aktivis mahasiswa dan pegiat Lembaga Bantuan Hukum Bandar Lampung yang mengadvokasi warga. Anak-anak dan remaja bahkan ikut serta dalam aksi menolak penggusuran.
Baca: Ustaz Abdul Somad Minta Penyebar Tunjukan Bukti, Gara-gara Berita Hoaks Dukung Jokowi 2 Periode
Massa melakukan pengadangan: anak-anak SD di lapis pertama, ibu-ibu di lapis kedua, kemudian aktivis mahasiswa dan LBH di lapis terakhir sembari mengibar- ngibarkan bendera organisasi menggunakan bambu.
Suasana memanas setelah terjadi dorong-dorongan antara anggota Bapol PP yang merangsek ke lokasi dengan massa yang mengadang. Anggota Bapol PP merebut bendera dari aktivis mahasiswa.
Bentrok memuncak hingga mengakibatkan dua warga dan empat mahasiswa luka- luka. Dua warga itu adalah Marwan Efendi (43) dan Sri, sedangkan empat mahasiswa masing-masing Riza, Suhe, Kristin, dan Ahmad Haykal.
Marwan mengalami memar di bagian dada hingga dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah A Dadi Tjokrodipo. Sementara Haykal, mahasisiwa semester 3 Jurusan Psikologi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Raden Intan dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek.
Kepada Tribun di Ruang Gelatik RSUDAM, Haykal mengaku diinjak oknum anggota Bapol PP saat mengadang bersama warga. Ia mengalami nyeri di dada akibat terkena bongkahan batu serta tak bisa menekuk lutut kanannya.
"Tadi saya berusaha melindungi nenek yang rumahnya digaruk ekskavator. Dia tidak mau pergi," katanya.
Sesuai Prosedur
Asisten I Sukarma Wijaya mengungkapkan, eksekusi penggusuran seharusnya berlangsung pada Mei atau Juni lalu. "Tapi waktu itu tidak mungkin, karena menghormati yang sedang puasa," ujarnya.
Sukarma menyatakan, penggusuran di lahan Pasar Griya Sukarame sudah sesuai standar operasional prosedur. Lahan itu, kata dia, berstatus milik pemerintah. Pemkot pun menduga warga yang tinggal di lahan pasar berasal dari luar Lampung.
"Sebelumnya, penghuninya tercatat ada 187 orang. Setelah sosialisasi pada 2 Mei lalu, berkurang menjadi 26 orang sesuai laporan Camat Sukarame A Barmawi," papar Sukarma.
"Jadi, pemkot menganggap mereka itu orang terlantar. Tidak ada tali asih, karena ini memang lahan pemerintah," imbuhnya.
Karena dianggap ilegal, menurut Sukarma, warga tersebut dipersilakan kembali ke tempat asal. Ia memastikan pemkot akan menyiapkan fasilitas jika warga ingin kembali ke tempat asal. (byu)