Gunung Anak Krakatau Erupsi, Tinggi Abu 1.500 Meter

Gunung Anak Krakatau (GAK) Mengalami Erupsi, Tinggi Semburan Lebih 1.500 Meter

Editor: taryono
Tribunlampung/Dedi
Gunung Anak Krakatau Erupsi, Tinggi Semburan 1.500 Meter 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Gunung Anak Krakatau mengalami erupsi pada Jumat (4/1/2019) pukul 09.39 WIB.

Tinggi kolom abu teramati setinggi kurang lebih 1.500 meter dengan kolom abu berwarna putih hingga kelabu.

Demikian disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho melalui akun media sosial Twitter resminya @Sutopo_PN disertai foto Gunung Anak Krakatau yang diambil pada pukul 09.44 WIB.

Ban Mobil Fortuner Digembosi, Uang Rp 150 Juta Dicuri Saat Pemilik Periksa Ban

Iapun mengimbau agar masyarakat atau wisatawan untuk sementara waktu tidak beraktivitas di radius 5 kilometer dari kawah.

Terlebih saat ini status Gunung Anak Krakatau sudah mencapai level 3, yakni Siaga.

Anggota TNI memantau aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau dari KRI Torani 860, di perairan Selat Sunda, Banten, Kamis (27/12/2018).
Anggota TNI memantau aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau dari KRI Torani 860, di perairan Selat Sunda, Banten, Kamis (27/12/2018). (TRIBUNNEWS/JEPRIMA)

"Saat ini G. Anak Krakatau Status Level III (Siaga). Masyarakat/wisatawan dilarang mendekati kawah dalam radius 5 km dari kawah," kata Sutopo.

Dengan tinggi kolom letusan sekitar 1.600 meter. Letusan melontarkan lava pijar abu vulkanik hingga pasir.

Retakan Baru

Retakan baru di badan Gunung Anak Krakatau dikhawatirkan bisa picu tsunami susulan. Demikian disampaikan BMKG.

 BMKG menemukan retakan baru di badan Gunung Anak Krakatau.

Menurut Kepala BMKG, Prof Dwikorita Karnawati, retakan itu muncul setelah gunung mengalami penyusutan dari 338 mdpl menjadi 110 mdpl.

Dwikorita mengatakan jika berdasarkan pantauan terbaru BMKG lewat udara, gunung Anak Krakatau sudah landai.

 Upah Minimum Provinsi Tahun 2019 Naik 8 Persen, Lampung di Atas Rp 2 Juta

Ada asap mengepul dari bawah air laut.

"Pantauan terbaru kami lewat udara, gunung sudah landai, asap mengepul dari bawah air laut.

Tapi di badan gunung yang tersisa di permukaan, ada celah yang mengepul terus mengeluarkan asap, celah itu pastinya dalam, bukan celah biasa," kata Dwikorita sebagaimana dikutip dari Kompas.com.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved