Enjoy Lampung

Pecel Madiun Kedaton Kaya Rasa Plus Teh Melati Gula Batu

Berburu kuliner di Bandar Lampung bisa dikatakan tidak akan pernah ada habisnya.

Penulis: heru prasetyo | Editor: soni

Laporan Reporter Tribun Lampung Heru prasetyo

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Berburu kuliner di Bandar Lampung bisa dikatakan tidak akan pernah ada habisnya. Apalagi jika yang dicari adalah kuliner khas tradisional yang mencirikan suattu daerah. Nasi pecel misalnya.

Jika anda berdomisili di Kota Tapis Berseri atau kebetulan sedang berlibur, tidak sulit untuk menemukan kuliner tradisional Indonesia ini. Ada satu warung yang cukup terkenal dan jadi favorit warga. Nasi Pecel Madiun Kedaton.

Untuk dapat menemukan lokasi ini, anda tidak perlu pusing mencarinya. Sebab ia berada persis di jalan protokol di Bandar Lampung, yaitu di Jalan Teuku Umar No 2A, Kedaton Bandar Lampung. Tepatnya 100 meter sebelum lokasi Makam Pahlawan Tanjung Karang.

Kembali ke warung, tempat makan ini memiliki konsep sederhana. Sekilas kita akan menilai tempat ini tak ubahnya seperti warung makan tegal atau warteg. Bedanya, warung Nasi Pecel Madiun Kedaton ini terbilang bersih, rapi dan nyaman untuk nongkrong atau sekedar menikmati makanan khasnya.

Di dominasi oleh warna cat hijau dan putih, Warung Nasi Pecel Madiun memiliki dua ruang yang bisa digunakan. Masing -masing ruang disekat dinding, dimana ruang paling kanan terdapat dua meja santap lengkap dengan etalase yang digunakan untuk memajang kuliner yang dijajakan, plus meja kasir. Sedangkan ruang kedua lebih digunakan sebagai tempat makan dengan jumlah meja yang cukup banyak.

Lalu apa yang istimewa di warung makan ini. Bagi penyuka masakan tradisi anda akan jatuh hati tidak hanya dengan citarasa yang disajikan tapi juga tampilan yang begitu memukau.

Mengapa demikian? Sebab saat anda memesan satu porsi nasi pecel, anda akan dihadapkan dengan satu porsi besar nasi pecel dalam balutan daun pisang di atas piring. Daun pisang? Iya daun pisang. Kebayang dong, bagaimana tradisionalnya.

Nasi putih hangat yang masih mengepul, pecel yang disiram dengan bumbu kacang yang lezat. Aroma yang dihadirkan amat menggugah selera. Apalagi sang empu warung rupanya tidak main-main dengan bumbu kacangnya, rasa kencur dan segar perasan jeruk melebur jadi kesatuan rasa yang luarbiasa.

Jika sudah begini, yang terlintas di benak adalah lezatnya nasi pecel yang dijajakan ibu-ibu sudah sepuh saat kita menumpang kereta Matarmaja ke Malang. Menu sederha-na yang dimasak penuh cinta. Apalagi yang bisa kita dustakan dari kelezatan ini.

Sayuran yang digunakan pun cukup umum, daun singkong, daun bayam, tauge. Semuanya direbus dengan pas, sayuran masih terlihat hijau, namun tidak alot saat disantap. Tidak lupa, dalam porsi ini juga ditaburkan pecahan rempeyek sebagai pelengkap.

Nah untuk menemani nasi pecel, Tribun menyerankan untuk memesan the sebagai minuman. Baik es the atau the hangat. Teh yang digunakan disini adalah the yang didatangkan langsung dari Jawa. Rasanya? Teh beraroma melati yang cukup kuat dengan manis dari gula batu. ahh, merujuk kata pak Bondan, ini maknyusss.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved