Bom Meledak di Sarinah

Saat Bom Meledak di Starbucks, Suami Istri Ini Beraksi Selamatkan Dua WNA

Saat sang sopir memundurkan mobil, ibu dua anak tersebut melihat seorang WNA dengan penuh luka keluar dari Starbucks.

Tribunnews
Frank Feulner (44). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Dua orang warga negara asing (WNA), yakni Frank Feulner (Jerman) dan Manfred Stoif (Austria), kini masih terbaring di rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta.

Keduanya masih dirawat intensif oleh tim medis pascaaksi teror Jakarta, Kamis pekan lalu.
Kondisi kedua WNA yang kini semakin membaik tersebut, tidak terlepas dari keberanian dan ketulusan sepasang suami istri, yang memberikan pertolongan di lokasi kejadian, tidak lama setelah ledakan bom terjadi.

Tribunnews berhasil mewawancarai istri yang menyelamatkan kedua WNA tersebut, Rabu (20/1/2016).

Perempuan berinisial SP (38) itu, menceritakan detik-detik setelah terjadinya ledakan, dan pertemuannya dengan dua WNA tersebut.

Menurutnya, pada Kamis (14/1/2016) siang, ia bersama suaminya yang diantar sopir, hendak menuju kedai kopi Starbucks di gedung Jakarta Thetaer.

Ia menuju kedai kopi asal negeri Paman Sam tersebut untuk bertemu temannya.

Hanya saja, saat berada di pintu masuk parkir yang melalui Jalan Wahid Hasyim, terjadi ledakan di dalam kedai kopi tersebut.

"Kami lagi mau ke Starbucks, pas sudah mau sampai, sebelum ngambil tiket yang berada di depan di Pizza Hut, ada ledakan," ujarnya.

Awalnya, menurut SP, baik dirinya maupun sang suami tidak menyangka, ledakan yang terjadi berasal dari bom.

Mereka menyangka jika ledakan yang menyebabkan kaca Starbucks pecah tersebut, disebabkan tabung gas.

Sehingga saat ledakan di dalam terjadi, ia bersama suaminya belum panik. Ia hanya terdiam sambil mengamati kondisi sekitar.

Keadaan berubah setelah beberapa menit kemudian, terjadi ledakan susulan di Pos Polisi Sarinah, yang berjarak kurang lebih 100 meter dari pintu masuk parkir Starbucks.

Ia dan suaminya secara spontan langsung menyimpulkan bahwa ledakan disebabkan ulah teroris. Apalagi usai ledakan, banyak orang berlarian keluar dari Starbucks.

"Pas ledakan terjadi, kami diam. Karena awalnya saya pikir, ohh ini mungkin ledakan gas. Ketika diam gitu, tiba-tiba pos polisi meledak, kami ngelihat tuh bagaimana meledaknya. Kami langsung menduga itu aksi teror. Akhirnya, kami memundurkan mobil, dan tidak jadi masuk," paparnya.

Saat sang sopir memundurkan mobil, ibu dua anak tersebut melihat seorang WNA dengan penuh luka keluar dari Starbucks.

Saat keluar, WNA itu tampak menghampiri petugas keamanan gedung. Ia kemudian memanggil WNA yang kemudian baru diketahui bernama Frank tersebut.

WNA asal Jerman itu masih tampak kebingungan saat berada di luar gedung.

Menurut SP, ia kemudian memanggil lagi WNA tersebut dengan suara lebih nyaring. WNA tersebut kemudian merespons panggilannya.

"Pas dipanggil lagi dia mengatakan 'you want to help me', terus saya katakan ayo masuk-masuk," katanya.

Frank yang dibantu petugas keamanan kemudian masuk ke dalam mobil Ford Rangger Pick Up. Saat hendak melaju, tampak satu lagi WNA keluar dari Starbucks dipapah petugas keamanan.

WNA yang bernama Manfred Stoif tersebut mengalami luka di kepala dan tangan.

Sama halnya seperti Frank, WNA asal Austria tersebut dipanggil dan kemudian masuk ke dalam mobil.

Kedua WNA tersebut duduk di kursi tengah, bersama SP. Suami SP kemudian memerintahkan sang sopir melaju menuju ke arah Thamrin, dengan melawan arah Jalan Wahid Hasyim.

Ia hendak menuju Rumah Sakit Abdi Waluyo melalui Bundaran Hotel Indonesia.

Saat melintas di Pos Polisi tersebut, ia melihat ada tiga orang tergeletak. Namun saat itu, belum banyak petugas yang mendekat.

Berdasar penuturan SP, saat hendak membawa WNA tersebut ke Rumah Sakit Abdi Waluyo, ia melihat tiga orang tergeletak penuh darah di dekat Pos Polisi Sarinah.

"Jalan belum ditutup, belum banyak orang juga, hanya ada beberapa di Jalan Thamrin. Kami ngebut dan kami panik saat lihat tiga orang tergeletak di jalan," katanya.

Saat di perjalanan, SP yang tinggal di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat itu mengaku kaget dengan luka yang diderita kedua WNA tersebut.

Darah berlumuran dari kepala hingga ujung kaki kedua orang ekspatriat itu. Bahkan, serpihan logam tampak di beberapa tubuh kedua WNA.

Karena panik, Frank, WNA asal Jerman memintanya membalut dada dengan kain, untuk menghentikan pendarahan. Lantaran Frank menyangka darah masih mengucur dari dadanya.

Sementara, WN Austria, Manfred yang penuh luka di kepala, tampak sangat lemas dan tidak banyak bergerak.

Begitu tiba di RS Abdi Waluyo, SP menuturkan ia berteriak di depan rumah sakit.

Ia berteriak sambil mengatakan membawa korban bom Sarinah. Mendengar teriakan tersebut, petugas medis langsung berlari dan membawa kedua WNA ke ruang gawat darurat.

"Sebelum masuk, Frank memberikan kartu namanya untuk menghubungi pihak keluarga, atau tempatnya bekerja," katanya.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved