DJ Gia Kerap Tampil 'Polos' di Tempat Macam Ini

Betapa tidak, dalam setiap kesempatan penampilannya, ia memainkan musik di atas lantai DJ bugil alias tanpa berbusana (nudis).

Editor: taryono
DOK PRIBADI
Vincentia Gracia Marie alias DJ Gia 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA -Telah lama Vincentia Gracia Marie atau disc jockey (DJ) Gia dikenal sebagai disc jockey (DJ) perempuan yang terbilang 'berani'.

Betapa tidak, dalam setiap kesempatan penampilannya, ia memainkan musik di atas lantai DJ bugil alias tanpa berbusana (nudis).

Namun, tidak sembarang kelab malam bisa menyewa jasa Gia untuk tampil secara 'polos' tanpa sehelai benang pun.

Biasanya, Gia--sapaan karibnya--hanya bersedia menerima tampil sebagai nude disc jockey di kelab malam ekslusif.

Tentu saja setelah terjadi kesepakatan harga tertentu.

"Jika di kelab biasa, paling cuma seksi saja atau bikini. Nude DJ hanya di kelab malam tertentu saja. Untuk tarif, di atas Rp 10 juta untuk dua jam penampilan," terang Gia saat ditemui TRIBUN Network, belum lama ini.

Lika-liku menjadi nude DJ dialami perempuan kelahiran Surabaya, 11 Desember 1991 ini.

Berbagai godaan dari lelaki hidung belang selalu saja hadir.

Kendati begitu, Gia mengaku bukan perempuan murahan yang bisa dengan mudah digoda.

"Orang-orang mungkin berpikir aku bisa dibooking untuk urusan seks atau apalah dengan profesi yang aku jalani itu," ujar Gia kepada TRIBUN Network, belum lama ini.
Namun, Gia memastikan dirinya bukanlah seperti itu.

"Aku benar-benar jalanin itu dengan profesional," terang Gia.

Tidak dipungkiri label menjadi nude disc jockey membuatnya banyak mendapat tawaran dari berbagai kelab malam di dalam dan luar negeri.

Tapi, Gia memastikan bahwa ia tetap mengutamakan skill-nya sebagai DJ professional.

"Tentu yang utama adalah skill. Tanpa itu (skill), nothing. Makanya sekarang saya kecewa banyak female DJ yang ikut-ikutan tampil nude, tapi minim skill. Apalagi mereka mau dibayar murah hanya untuk jual nama saja. Ada yang hanya mau dibayar Rp500 ribu saja asal dia bisa tampil.

Menurut anggota Persatuan Disc Jockey Indonesia (PDJI) itu, 'oknum' seperti itu bisa merusak profesi para disc jockey lain.

Model nude

Menjadi disc jockey hanya salah satu bagian skenario hidup Gia. Sebelumnya, ia tidak pernah berpikir terjun ke dunia itu.

Awalnya, ia hanya gadis muda yang mencoba peruntungan di dunia entertainment.

Mengawali karier sebagai pemain film televisi (FTV) di sebuah stasiun televisi swasta pada usia relatif muda, ia kemudian mulai beralih ke dunia modeling. Tak tanggung-tanggung, saat usianya masih 16 tahun, ia menerima tawaran menjadi model nude.

"Ada seorang fotografer ingin menjadikanku modelnya dalam ajang kompetisi foto di eropa. Dia bilang konsepnya nude. Aku sempat pikir-pikir. Tapi setelah dia memperlihatkan konsepnya, akhirnya aku ambil tawaran itu," jelasnya.

Pengalaman pertama Gia menjadi model professional terbilang manis. Tak lama setelah sesi pemotretan, ia mendapat kabar dari sang fotografer bahwa karyanya menjadi juara pertama kompetisi itu. Kemenangan itu bahkan berlanjut di tiga tiga kompetisi berikutnya.

"Kompetisi itu temanya nude art, empat kali berturut-turut menang di eropa. Dan kenapa saya tertarik, karena dalam foto itu tidak menampilkan wajah saya secara jelas. Karena fotografer hanya mengambil beberapa detil tubuh saya dalam penciptaannude art itu sendiri," kata Gia.

Sejak itu, Gia mulai mendapat tawaran untuk berpose seksi maupun tanpa busana, baik dari kalangan personal maupun pemotretan untuk majalah dewasa. Di saat bersamaan, ia mencoba memadukan dengan profesinya sebagai disc jockey. Hingga kemudian ia tenar sebagai disc jockey nude.

"Tapi semenjak aku menikah dua tahun lalu, tawaran menjadi disc jockey dan model nude aku tolak. Sekarang paling mentok seksi casual saja," ujarnya.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved