Anak Buruh Cuci dan Kuli Bangunan Tak Diterima Program Sekolah Gratis
Ibunya sebagai buruh cuci pakaian dan ayahnya berprofesi sebagai kuli bangunan.
Penulis: Bayu Saputra | Editor: Heribertus Sulis
BANDAR LAMPUNG, TRIBUN - Dinas Pendidikan Bandar Lampung akhirnya mengumumkan nama-nama siswa yang diterima dalam program Bina Lingkungan, baik jenjang SMP maupun SMA/SMK, Rabu (8/6). Seperti halnya tahun lalu, kali ini ada siswa yang berasal dari keluarga miskin tidak lolos Biling.
Meri Dwi Antari dan Dian Ramadhani adalah contohnya. Keduanya tidak diterima di SMKN 2 Bandar Lampung melalui jalur Biling.
Meri dengan ditemani ibundanya, Lestari, tiba di SMKN 2 Bandar Lampung sekitar pukul 09.00 WIB. Namun, keduanya tidak bisa menutupi kekecewaannya saat mengetahui nama Meri tidak tercantum dalam daftar siswa yang diterima melalui Biling.
Sambil berlinang air mata, warga Jalan Abdul Muis, Kelurahan Gedong Meneng, Rajabasa, ini pun menceritakan kondisi keluarganya. Lestari mengatakan, pekerjaannya sebagai buruh cuci pakaian dan suaminya yang berprofesi sebagai kuli bangunan tidak mencukupi untuk menghidupi ketiga anaknya.
Setiap bulan, Lestari hanya menerima gaji Rp 300 ribu dari mencuci dan menyetrika pakaian. Sementara Zulkifli, sang suami, cuma mendapatkan upah Rp 65 ribu per hari.
"Jangankan untuk biaya sekolah. Untuk makan sehari-hari pun sulit. Apalagi mengontrak rumah di atas tanah milik Unila. Karena sewaktu-waktu bisa saja diusir," terus Lestari.
Hal sama diungkapkan Meri. Gadis berjilbab ini mengaku sedih tak diterima di SMKN 2 Bandar Lampung melalui jalur Biling. Padahal, selain miskin, SMKN 2 Bandar Lampung sangat dekat dengan rumahnya.
”Cuma 500 meter dari rumah. Jalan kaki aja bisa. Sementara kalau di sekolah lain pastinya jauh dan butuh ongkos lagi,” ujar Meri.
"Iya, Kak. Sedih aja liat di papan pengumuman kok nggak ada nama saya. Saya pilih sekolah kejuruan karena setelah selesai sekolah nanti bisa langsung bekerja," kata Meri sambil terisak.