Headline News Hari Ini
Sopir yang Lintasi Jalinsum Lampung Nyetor di 8 Titik
Pemalakan dan pungutan liar di Jalur Lintas Sumatera (Jalinsum) menjadi momok bagi para sopir truk angkutan barang.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDARLAMPUNG- Pemalakan dan pungutan liar di Jalur Lintas Sumatera (Jalinsum) menjadi momok bagi para sopir truk angkutan barang. Cukup banyak titik yang harus dilalui para sopir, dengan memberikan "salam tempel" sebagai mahar keamanan melintas.
Sejumlah sopir truk menyebutkan pungutan liar (pungli) di Jalinsum sudah menjadi rahasia umum. Pungli biasanya dilakukan preman-preman yang berdomisili tak jauh dari lokasi pemungutan.
Biasanya terjadi di jalur sepi dan jalan rusak. Modusnya mengadang kendaraan truk yang melintas, namun jika truk tidak berhenti, mereka nekat mengejar truk menggunakan motor.
Ar, sopir angkutan makanan ringan, mengaku sering terkena pungli saat melintasi Jalinsum. Ia rutin satu minggu sekali menyalurkan makanan ringan dari perusahaannya bekerja di Jakarta ke wilayah Lampung dan Palembang.
Di Jalan Lintas Timur (Jalintim) Sumatera, Ar menuturkan, praktik pungli banyak terjadi di wilayah Way Jepara. Sedikitnya ada lima titik yang biasa dijadikan mangkal para preman untuk meminta uang kepada para sopir truk.
"Kalau ke Palembang saya biasa lewat lintas timur. Di jalanan Way Jepara itu yang rawan, ada lima pos lebih. Modusnya sama, mereka cegat, kalau gak mau berhenti kita dikejar. Saya sering kejar-kejaran. Di lintas timur mereka minta sekitar Rp 50 ribu," papar Ar kepada Tribun, Senin (20/6).
Keluar dari Jalintim, tepatnya di wilayah Mesuji, Ar juga tak luput dari pemalakan. Aksi dan modusnya pun sama, yakni mencegat dan mengejar truk jika sang sopir tak menyerahkan "setoran".
"Kalau di daerah Mesuji ini ada dua sampai tiga lokasi, tapi saya gak hapal bener nama daerahnya," ujarnya.
Selain Jalintim, Ar pun sering kena pungli di jalur lainnya yang sering ia lintasi, yakni Jalan Lintas Tengah (Jalinteng) ruas Bandar Jaya (Lampung Tengah), Kota Bumi (Lampung Utara), dan Way Kanan. Praktik pungli di wilayah Jalinteng itu pun tak luput dari ancaman kekerasan.
"Semua jalur itu ada, misalnya Kota Bumi, Way Kanan itu lebih banyak. Apalagi kalau malam hari. Makanya jarang kita (sopir truk) jalan malam, karena lebih rawan dan premannya lebih banyak. Kalau jalan pagi paling dua tiga orang, dan biasanya kita kejar-kejaran karena uang jalan tipis," kata Ar.
Ar menuturkan, selain di Lampung, aksi pungli di wilayah Sumatera Selatan pun cukup banyak. Bahkan, nominalnya lebih besar dibandingkan di Jalinsum ruas Lampung.
"Waktu sampai di jembatan timbang Martapura tiba-tiba dicegat, kirain petugas, gak tahunya preman. Mereka minta Rp 200 ribu, kalau gak mobil disuruh balik," kata Ar.
Namun, Ar mencoba mengosiasi. Ia hanya memberikan Rp 150 ribu kepada para preman yang dilihatnya tengah mabuk tersebut. "Kita nego, ya sambil melas, akhirnya mereka mau terima Rp 150 ribu," ujarnya.
Baca berita selengkapnya di koran Tribun Lampung Hari Ini