Enjoy Lampung

Rasakan Dahsyatnya Letusan Gunung Krakatau Lewat Diorama di Museum Lampung

Penampakan fisik gunung lengkap dengan nyala lava yang membara nampak jelas tergambar.

Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung/Ana

Laporan Reporter Tribun Lampung Ana Puspita

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Peristiwa meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883 tentunya menjadi satu kejadian yang tak terlupakan, khususnya bagi warga Lampung.

Meskipun telah berlalu ratusan tahun, peristiwa ini masih lekat dalam ingatan sebagai salah satu musibah maha dahsyat yang tidak hanya memakan korban nyawa tapi juga harta benda hingga berdampak pada lingkungan setempat.

Dahsyatnya letusan Krakatau tersebut memang sudah lama terjadi, namun masih banyak pihak yang mengabadikan peristiwa alam tersebut ke berbagai media sehingga selain menjadi pengingat juga sarana transfer ilmu pengetahuan.

Seperti yang didapati di ruang pameran tetap lantai 1 Museum Lampung.

Di sini, dahsyatnya letusan Gunung Krakatau divisualisasikan melalui sebuah diorama yang nyaris menyajikan suasana persis saat gunung tersebut meletus.

Penampakan fisik gunung lengkap dengan nyala lava yang membara nampak jelas tergambar.

Ditambah lagi dengan kepulan asap putih keabu-abuan hingga memenuhi langit juga semakin menyempurnakan proses erupsi gunung nan mengerikan tersebut.

Diorama meletusnya Gunung Krakatau sebenarnya hanya satu dari sekian banyak hal yang coba dijelaskan di Museum Lampung.

Setidaknya ada beberapa muatan lainnya yang dapat anda temui dari banyaknya koleksi di museum yang berlokasi di Jalan ZA Pagar Alam Bandar Lampung ini.

Sebut saja gambaran peradaban manusia mulai dari manusia purba seperti Homo Sapien juga kehidupan manusia pada zaman megalitikum tergambar jelas di sini.

Selain itu, tentunya sebagai bagian utama dari Museum Lampung yakni sejarah masyarakat Lampung dengan keragaman adat istiadat dan budaya yang menyertainya.

Tribunlampung/Ana

Sebagai contoh, adalah gambaran tentang sosok Raden Inten II lengkap dengan benda peninggalannya seperti badik, topeng juga senjata lainnya yang beliau pergunakan dalam perjuangannya melawan tirani kaum penjajah Belanda di Bumi Ruwa Jurai.

Pun koleksi lainnya termasuk diantaranya adalah tempayan (paseu) dengan ukiran khas tanaman dan juga bebungaan yang konon digunakan para gadis (mulei) untuk mandi sebelum prosesi pernikahannya.

Kesemua koleksi tersebut terjaga rapi dengan perawatan khusus sehingga pengunjung dapat melihat sekaligus belajar tentang apa yang terjadi di Lampung pada masa lampau.

Tribunlampung/Ana

Seperti yang dikatakan oleh Kepala Seksi Pelayanan Museum Lampung, Budi Supriyanto, bahwa museum merupakan wahana rekreasi edukatif bagi masyarakat.

"Koleksi-koleksi yang ada diberikan tempat khusus dan juga perlakuan khusus sehingga terjaga dan masyarakat bisa banyak belajar tentang apa yang terjadi di zaman dahulu dari koleksi tersebut," begitu katanya.

Tribunlampung/Ana

Untuk melihat dan belajar segala tentang Lampung di Museum ini, ternyata tidak perlu membayar mahal, cukup dengan tiket Rp 500/orang untuk anak dan Rp 4 ribu/orang dewasa.

Jadi, tunggu apalagi, ayo ke museum. (ana)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved