Arus Balik Lebaran

Tak Ada Obat, Mahasiswi Penderita Asma Meninggal di Kapal Feri

Petugas juga meminta kepada penumpang yang berprofesi sebagai perawat agar bisa membantu.

Getty Images
KMP Inerie II melayari Aimere di Pulau Flores menuju Waingapu di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) sekali dalam semingu pada setiap hari Jumat. Biasanya berangkat dari Aimere pukul 10.00 dan akan tiba di Waingapu, Sabtu sekitar pukul 07.00 Wita. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KUPANG - Irnawati Rambu Kahi (19), mahasiswi semester dua Jurusan Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), meninggal di dalam Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Ine Rie II.

Salah seorang saksi mata, Agus Baja, Jumat (8/7/2016) malam mengatakan, mahasiswi yang berasal dari berasal dari Kecamatan Melolo, Kabupaten Sumba Timur, NTT itu meninggal dalam pelayaran dari Aimere menuju Waingapu.

Irnawati meninggal pada Kamis (7/72016) sekitar pukul 24.00 Wita di dek tiga KMP atau Kapal Feri Ine Rie II.

"Jenazahnya sudah dijemput keluarga dengan menggunakan ambulans begitu KMP Ine Rie II bersandar di Pelabuhan Waingapu sekitar pukul 17.30 Wita," kata Agus.

Menurut Agus, Irnawati bersama seorang adiknya berlayar dari Kupang kembali ke kampung halamannya di Sumba Timur.

Selain untuk libur, dia juga akan berobat di sana karena Irnawati diduga kuat menderita sakit asma.

Saat berada di dalam kapal, kata Agus, Irnawati bersama adiknya duduk di dek tiga.

Saat penyakitnya mulai kambuh, petugas di dalam kapal mulai memberi pengumuman melalui pengeras suara.

"Petugas juga meminta kepada penumpang yang berprofesi sebagai perawat agar bisa membantu menangani yang bersangkutan," ungkap Agus yang juga wartawan radio di kota Kupang.

Saat itu di antara para penumpang, lanjut Agus, terdapat dua orang perawat yang membantu menangani sakit Irnawati.

Tak berselang lama, petugas kapal lalu mengumumkan lagi dan meminta kepada penumpang yang membawa obat asma untuk bisa memberikan kepada Irnawati.

Rupanya Irnawati dan adiknya juga tidak membekali diri dengan membawa obat asma selama dalam pelayaran itu. Padahal waktu tempuh Aimere-Waingapu kurang lebih 21 jam.

"Para penumpang tidak ada yang membawa obat asma, sehingga karena mungkin kondisinya sudah parah sehingga nyawanya tidak bisa tertolong lagi," kata Agus.
Setelah meninggal, lanjut Agus, jenazah Irnawati dibungkus dengan kain dan dibaringkan bagian belakang di dek tiga.

Dihubungi secara terpisah, Kepala PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Fery Cabang Kupang, Arnoldus Yansen, membenarkan adanya penumpang yang meninggal dalam kapal.

Menurut Arnoldus, pihak ASDP akan memberi asuransi kepada kelurga Irnawati.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved