Akses Internet Cepat Bantu UKM

Keripik Lampung pun Tembus Pasar Global

Di Provinsi Lampung, salah satu pelaku usaha yang telah sukses menjalankan bisnis berbasis online ini adalah Muhammad Solihin

Penulis: Gustina Asmara | Editor: taryono
ist
muhammad solihin 

PERKEMBANGAN internet yang begitu pesat beberapa tahun terakhir, telah membuka banyak lapangan pekerjaan, melahirkan usaha, dan pengusaha baru. Salah satunya, menghadirkan para pelaku bisnis online yang saat ini jumlahnya tak terhitung.

Di Provinsi Lampung, salah satu pelaku usaha yang telah sukses menjalankan bisnis berbasis online ini adalah Muhammad Solihin. Sejak tahun 2010 silam, ia menjalankan bisnis penjualan oleh-oleh khas Lampung melalui dunia maya di www.keripik-lampung.com.

Muhammad Solihin bercerita, ide awal ia merintis bisnis ini karena belum ada orang yang menjual keripik khas Lampung secara online. Kebanyakan para penjual online keripik berasal dari luar Bandar Lampung. Seperti dari Jakarta, Bandung, dan kota besar lainnya.

Sementara ia tinggal di dekat sentra keripik pisang Lampung yakni di Jalan Pagar Alam atau lebih dikenal Gang PU. Ini merupakan sentra oleh-oleh keripik pisang khas Lampung di daerah ini.

Dari puluhan pelaku UKM keripik pisang di sana, menurut Solihin, belum ada satupun yang memasarkan produknya secara online saat itu.

"Saya pun jadi kepikiran untuk memasarkan produk ini secara online, sehingga keripik Lampung menjadi lebih dikenal seperti produk oleh-oleh dari kota lainnya. Tidak hanya dikenal masyarakat Lampung saja, tapi juga secara nasional bahkan global. Apalagi, internet itu sudah jadi gaya hidup sebagian masyarakat Indonesia," ujar dia kepada Tribun, Sabtu (16/7).

Dunia internet sebenarnya bukan hal baru bagi Solihin. Sebelumnya, lulusan Fakultas Pertanian Universitas Lampung ini menjalankan bisnis warung internet (warnet).

Namun, untuk membuka website sendiri, ia belum bisa saat itu. Ia pun membayar jasa pembuat website untuk membuatkannya toko online oleh-oleh khas Lampung ini.

Ketika pertama kali merintis bisnis oleh-oleh khas Lampung melalui dunia maya ini, Solihin mengaku hanya bermodalkan dana Rp 500 ribu. Uang tersebut untuk modal membeli domain dan hosting.

Sementara untuk produk oleh-olehnya, ia menjalin kerja sama dengan sejumlah UKM keripik di Jalan Pagar Alam tersebut.

"Keuntungannya, dari selisih harga yang diberikan produsen ke saya. Harga yang diberikan UKM merupakan harga produsen," ujar dia.

Saat awal-awal usaha, bisnis tidak langsung berjalan mulus. Tidak memiliki pengalaman di bidang penjualan online, membuatnya harus terus belajar memahami bisnis tersebut.

Selain itu, harus terus menjalin kerjasama dengan banyak UKM agar produk bervariasi, belanja barang, mengurusi stok, dan lainnya.

"Saat awal usaha saya kerjakan sendiri semua. Namun seiring waktu butuh orang lain untuk membagi tugas. Saat ini ada lima karyawan. Jadi ada yang mengurusi pembukuan, pengemasan dan pengiriman barang, customer service, pembelian barang. Untuk pengelolaan web, saya tangani sendiri," ceritanya.

Produk yang ia jual awalnya keripik pisang aneka rasa. Seiring waktu, variannya bertambah menjadi keripik jamur, singkong, ada juga oleh-oleh khas Lampung lainnya seperti lempok, dodol, kerupuk, kemplang, kopi Lampung, sambal Lampung, dan lainnya.

Total produk yang ia jual ada ratusan item. Harganya relatif terjangkau, mulai Rp 15 ribuan.

Selain menjual secara retail, ia juga menjual reseller. Jika awal merintis usaha, baru sedikit UKM yang menjalin kerjasama untuk menjual produk di tokonya, kini sudah ada puluhan UKM yang bekerjasama. Hal itu memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak.

Bagi produsen, produknya semakin terpasarkan secara luas, dikenal luas, dan mengenalkan pemasaran model baru yakni secara digital. Bagi dirinya, ada lapangan pekerjaan dan peluang baru yang diciptakan.

Disinggung soal pembeli di toko onlinenya, suami dari Dwi Kurnia Palupi SE ini mengatakan, terbesar dari Pulau Jawa dan Sumatera. Pernah ada yang memesan dari luar negeri yakni dari Korea Selatan, Malaysia, bahkan Afrika.

"Nah yang dari Afrika itu kami tidak bisa melayani. Karena jaraknya terlalu jauh, ongkos kirimnya juga mahal," ujarnya.

Saat disinggung mengenai omzet, pria beranak dua ini mengatakan, kini telah mencapai Rp 100 juta sebulan. Awalnya, hanya ratusan ribu saja.

"Saya berharap produk yang saya jual semakin banyak, dan semakin banyak pula UKM yang bisa memasarkan produknya di website keripik-lampung.com dan tergabung di pasar online," ujarnya.

Internet Cepat

Berbisnis di dunia maya, akses internet cepat merupakan syarat mutlak. Tanpa itu, bisnis tidak akan berjalan mulus, komunikasi dan transaksi jual-beli pun terganggu.

Seperti usaha yang dijalankan Solihin. Menurutnya, jaringan internet yang kencang merupakan tulang punggung usahanya. Tanpa itu, maka bisnis tidak bisa berjalan.

Untuk akses internet di lokasi usaha, ia mengaku mengandalkan modem yang dipasang di komputer. Sementara saat di luar dan ingin mengecek transaksi online dan pembayaran, ia akses internet dari smartphone-nya.

Untuk akses internet ini, ia tidak sembarang memilih operator telekomunikasi. Ia memilih yang paling terpercaya dan jaringannya handal.

Menurut dia, jaringan internet saat ini jauh lebih baik dari saat awal ia merintis usaha.

"Saat ini jaringan internet sudah sangat cepat. Kuota internetnya juga sudah murah. Apalagi, sekarang sudah ada jaringan 4G. Meski, jaringan 3G saja sudah sangat cepat. Namun dengan jaringan 4G ini maka kedepan akses internet akan semakin kencang dan itu bakal melahirkan semakin banyak bisnis baru, pengusaha baru, lapangan pekerjaan baru di dunia maya dan juga harapan baru bagi seluruh masyarakat Indonesia," jelas dia.

Jaringan internet yang cepat telah pula membentuk ekosistem digital baru di Indonesia. Saat ini, hampir semua orang terkoneksi melalui internet. Mencari segala informasi, berdagang, membeli, hingga berkomunikasi dengan teman, melalui internet. Usaha baru, ide baru, lapangan pekerjaan baru, ladang mencari uang baru dan lainnya, bermunculan.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sendiri mencatat, nilai transaksi belanja online di Indonesia tahun 2015 mencapai Rp 49,13 triliun.

Jumlah ini diprediksi akan semakin meningkat hingga Rp 67,48 triliun pada tahun ini. Jumlah pembeli atau konsumen online mencapai 7,4 juta orang pada tahun 2015 dan diprediksi naik jadi 8,7 juta orang di tahun ini.

Sementara itu, Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat, dari jumlah penduduk Indonesia sebanyak 255 juta jiwa, baru 93,4 juta orang yang menggunakan internet. Jumlah ini akan terus meningkat signifikan di tahun ini dan tahun mendatang.

Pengguna aktif sosial media tahun lalu berjumlah 79 juta, sedangkan pengguna aktif sosial media lewat jalur ponsel mencapai 67 juta. Secara keseluruhan, jumlah pengguna layanan selular di Indonesia sudah mencapai 318,5 juta.

Begitu strategisnya kehadiran internet bagi kemajuan ekonomi digital di Indonesia, mendorong Asosiasi E-Commerce Indonesia membuat peta jalan. Peta jalan ini mencakup tujuh aspek.

Yakni, infrastruktur komunikasi, logistik, pendanaan, perlindungan konsumen, perpajakan, pengembangan SDM dan cyber security. Peta jalan ini diharapkan akan semakin cepat mendorong perekonomian di Indonesia.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara bahkan memprediksi bahwa bisnis e-commerce di Tanah Air akan sangat berkembang tahun ini.

Bersama India dan China, Indonesia diprediksi menjelma jadi salah satu raksasa lini bisnis e-commerce di wilayah Asia Pasifik tahun ini. Hal tersebut seiring dengan semakin berkembangkan infrastruktur telekomunikasi.

"Pengguna internet itu sekitar 77% mencari informasi produk dan belanja online. Paling populer di internet itu produk pakaian, sepatu, tas, tiket pesawat, ponsel, dan lainnya," kata dia.

Namun dari total pengguna internet itu, baru 7 juta orang yang pernah berbelanja online. Ini menjadi peluang bagi pelaku e-commerce.

Karena masih banyak ruang bagi e-commerce berkembang di Indonesia. Apalagi, pemerintah sedang merancang RPP e-commerce yang rencananya meluncur tahun ini.

Sementara berdasarkan laporan Periklanan Mobile di kawasan Asia pasifik dan Oseania dari Opera dari Opera Mediaworks dan Asosiasi Periklanan Mobile (MMA) sampai kuartal III-2015, Indonesia menjadi satu dari tiga negara yang penggunaan feature phone untuk akses internet mobilenya tergolong besar, bersama Vietnam dan Filipina.

Ketiga negara ini menjadi penyumbang terbesar pengguna feature phone dengan total 30,4% di enam negara besar kawasan Asia pasifik. Keenam negara itu yakni, Indonesia, India, malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam.

Bukan hanya pengguna internet di Indonesia saja yang besar, pengguna internet aktif di seluruh dunia juga terus tumbuh 7,6 persen per tahun. Pada Agustus 2015 lalu, pengguna internet di dunia telah mencapai 3,17 miliar. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2,2 miliar pengguna media sosial aktif dan 3,7 miliar pengguna mobile.

Dukungan Telkomsel


Kehadiran akses internet yang semakin cepat dan telah melahirkan ekosistem digital di Indonesia tidak terlepas dari peranan operator telekomunikasi kepercayaan masyarakat Indonesia yakni Telkomsel. Sebagai operator pelat merah, Telkomsel berkomitmen memberikan akses internet yang luas bagi masyarakat Indonesia.

Keseriusan tersebut dibuktikan dengan menghadirkan jaringan 4G LTE di Indonesia secara bertahap. Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah pernah mengatakan, pihaknya konsisten menghadirkan layanan 4G LTE yang terbesar dan terluas dengan kualitas yang sesuai harapan pelanggan. Berbagai upaya peningkatan kualitas terus dilakukan termasuk memperluas ketersediaan layanan.

"Kini Telkomsel 4G LTE sudah bisa dinikmati di lebih dari 100 kota/ kabupaten di Indonesia," jelasnya belum lama ini di Jakarta.

Ririek menekankan, Telkomsel serius membangun layanan 4G LTE di Indonesia guna memberikan pengalaman mobile digital lifestyle terbaik bagi pelanggan. Selama kuartal I-2016 (dibandingkan periode sama di 2015), layanan ini mendapatkan respon yang positif dari masyarakat dimana tingkat pertumbuhan penggunanya berlipat hingga 12 kali.

"Saat ini pun pelangan 4G di jaringan Telkomsel telah mencapai angka 5 juta, dan diharapkan hingga akhir tahun 2016 Telkomsel dapat melayani 12 juta pelanggan 4G LTE," tandasnya.

Di Provinsi Lampung sendiri, jaringan 4G sudah bisa dinikmati di Bandar Lampung, Bandar Jaya, Kota Metro, dan Bakauheni. Kecepatan jaringan ini average di atas 20 mbps dan terus dioptimalkan.

Menurut Manager Telkomsel Branch Lampung Eko Atmaja, kehadiran layanan 4G LTE di Lampung untuk memenuhi kebutuhan layanan data/berinternet cepat dan baik bagi masyarakat.

"Keberadaan jaringan 4G LTE diharapkan memberikan kontribusi peningkatan bisnis dan perkembangan ekonomi yang lebih cepat lagi bagi pelaku usaha. Sekaligus peningkatan informasi pendidikan, kesehatan, dan lainnya dengan terkoneksi pada layanan internet cepat Telkomsel," ujarnya.

Telkomsel terus berupaya untuk mengenalkan layanan ini kepada seluruh masyarakat Lampung. "Saat ini kartu simcard perdana Telkomsel sudah 4G semua. Selain itu saat ini ada promo free paket 4G di penawaran paket-paket internet kita, baik melalui pulsa data atau di *363#.

Pelanggan yang handphone-nya sudah 4G dan belum pakai U-Sim 4G dapat offering free paket data maksimal sampai 10 GB sesuai lama berlangganan," jelasnya kepada Tribun, Sabtu (16/7).

Warga Lampung yang ingin menukarkan simcard-nya dengan U-Sim juga masih terbuka luas. Penukaran bisa dilakukan di semua grapari Telkomsel dan di broadband corner mal-mal seperti Mal Kartini, Mal Boemi Kedaton, dan Simpur Center.

"Untuk jumlah pelanggan yang pakai U-Sim dan sudah handphone 4G alias pelanggan aktif terakhir di Mei, datanya ada 15 ribu pelanggan," kata Eko.

Saat ini, ada 52 BTS yang sudah di-upgrade untuk suport layanan 4G di Lampung. Dan akan terus ditambah secara bertahap di kota-kota yang sudah banyak pengguna handphone 4G.

"Telkomsel berkomitmen agar ekosistem 4G LTE tersebar secara merata ke seluruh wilayah Lampung yang telah memiliki jaringan 4G LTE.

Setelah Medan, Batam, Pekanbaru, Padang, Palembang dan kota besar lainnya. Kali ini kami memastikan bahwa layanan 4G LTE di Lampung lengkap," tambah Eko.

Sejauh ini Telkomsel telah menggelar lebih dari 4.500 eNode B (BTS 4G) di berbagai wilayah di Indonesia dan beberapa kota tambahan.

Menurut Eko, Telkomsel konsisten untuk menghadirkan layanan 4G LTE dengan kualitas yang sesuai harapan pelanggan.

Berbagai upaya peningkatan kualitas terus dilakukan, termasuk memperluas ketersediaan layanan yang didukung oleh ekosistem yang lengkap dari sisi device, network, dan application.

Sejak beberapa tahun lalu, Telkomsel juga fokus menghadirkan beragam layanan digital bagi masyarakat. Layanan tersebut guna menjawab kebutuhan gaya hidup masyarakat digital (digital lifestyle) di Indonesia.

Mulai dari digital musik, portal dan sosial media, mobile news, mobile games and entertainment, payment and banking, dan lainnya.(gustina asmara)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved