Telkomsel Sumatera Go Digital

Ada "Cuan" Besar di YouTube

Berbagi video di situs YouTube, misalnya, menjanjikan "cuan" atau untung besar.

Penulis: Andi Asmadi | Editor: Andi Asmadi
ISTIMEWA
PEMENANG - Wartawan Tribun Lampung, Andi Asmadi (kanan), menerima hadiah sebagai pemenang lomba foto dari Executive Vice President Area Sumatera Telkomsel, Paulus Djatmiko, di Bali, Jumat (5/5/2017). 

Konten video menjadi bisnis yang sangat menggiurkan, tak hanya bagi operator telekomunikasi seperti Telkomsel, tetapi juga bagi masyarakat. Mereka bisa memanfaatkan konten video untuk meraih penghasilan yang tidak kecil. Berbagi video di situs YouTube, misalnya, menjanjikan "cuan" besar.

UNTUK memutar konten video, kenyamanan pengguna smartphone akan sangat ditentukan oleh koneksi internet. Semakin cepat mengunduh, semakin nyaman. Koneksi yang lelet justru bisa memicu rasa kesal.

Bagaimana cara mengetahui kecepatan koneksi internet 4G dari suatu provider? Cara sederhananya adalah menggunakan aplikasi Speedtest.

Pengukuran Speedtest dilakukan di kantor Tribun Lampung, Jl ZA Pagaralam, Bandar Lampung, Senin (15/5) sekitar pukul 16.25 WIB, menggunakan ponsel iPhone 7 Plus.

Dari pengukuran yang berlangsung selama 30 detik, terlihat kecepatan koneksi internet Telkomsel di jaringan 4G merupakan yang paling stabil dan paling cepat.

Kecepatan unduh (download) mencapai 18,21 Mbps, sedangkan kecepatan unggah (upload) 3,75 Mbps. Operator lain yang diukur dengan aplikasi yang sama, paling tinggi kecepatan unduh hanya sampai 5 Mbps.

Dengan keunggulan dalam hal kecepatan koneksi internet 4G, wajar jika Telkomsel memberi perhatian lebih pada layanan data berupa konten video. Pengguna Telkomsel tidak perlu terganggu oleh video yang terputus-putus karena buffering.

Dan, dari sisi kepentingan bisnis, Telkomsel memang harus menggeber sosialisasi layanan digital dalam bentuk video. Pasalnya, investasi yang digelontorkan untuk membangun jaringan 4G tidak sedikit.

Sebagaimana diungkapkan Dirut PT Telkomsel, Ririek Adriansyah, di Kalianda, Lampung Selatan, pada 17 Maret 2017 lalu, anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk tersebut mengambil 70% total alokasi belanja modal tahun ini untuk membiayai ekspansi jaringan 4G LTE.

Sepanjang 2017 saja, Telkomsel mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp 13 triliun. Alhasil, hitung-hitungan belanja modal khusus ekspansi 4G LTE setara dengan Rp 9,1 triliun.

Ekspansi jaringan 4G antara lain dilakukan di Sumatera. Hingga Maret 2017, 4G Telkomsel sudah bisa diakses di 154 kota di Sumatera melalui kehadiran 2.000 unit Base Transceiver Station (BTS). Sampai akhir 2017, jumlah BTS 4G ini akan terus bertambah.

Tentu saja, investasi jaringan 4G yang besar itu harus berjalan seiring dengan revenue. Telkomsel pada 2016 memiliki Average Revenue per User atau ARPU sebesar Rp 45 ribu, naik dari Rp 43 ribu pada tahun 2015.

Dengan lompatan ke layanan digital dengan mengedepankan konten video, Telkomsel tentu berharap ARPU 2017 bisa membengkak dengan perpindahan pelanggan dari 3G ke 4G.

Telkomsel saat ini tercatat memikiki 173,920 juta pelanggan. Di Sumatera terdapat 48 juta pelanggan, sekitar 23 juta di antaranya merupakan pengguna layanan data, dengan total 4,5 juta pelanggan sudah menggunakan layanan 4G LTE.

Tanggungjawab Sosial
Tentunya Telkomsel tak semata melirik pada aspek bisnis corporate semata. Tetap ada tanggungjawab sosial kepada masyarakat untuk membangun dan mengembangkan mereka ke arah kehidupan yang lebih baik.

Seperti dikatakan Executive Vice President Area Sumatera Telkomsel, Paulus Djatmiko, dalam acara "Malam Apresiasi Press Sumatera Go Digital" di Bali, Jumat (5/5/2017) lalu, "Kami juga ingin membangun bangsa ini dengan memberi peluang yang besar dari pemanfaatan jaringan 4G. Kami sudah menyediakan pipanya, masyarakat silakan mengisi dengan hal- hal positif dan kreatif, serta bisa memberi benefit bagi semua."

General Manager Digital Product Area Expansion Sumatera Telkomsel, Robby Aris Cahyady, dalam kegiatan "Malam Apresaisi" tersebut, mengungkap peluang yang ada di depan mata, yang bisa ditangkap segera, dan dijadikan keuntungan dari layanan video tersebut.

Robby menjelaskan, berdasarkan data Januari 2017, dari total populasi di Indonesia 262 juta jiwa, sekitar 132,7 juta adalah pengguna internet. Dan, separuh dari pengguna internet itu mengakses video, yang tersedia dalam banyak channel dan platform.

Data dari Global Web Index Januari 2017, di Indonesia platform sosial media yang paling aktif adalah YouTube (49 persen), disusul Facebook 48 persen, Instagram 39 persen, Twitter 38 persen, dan WhatsApp 38 persen.

Robby mengungkapkan, YouTube sebagai situs berbagi video kini menjadi fenomena yang luar biasa, karena sudah bergerak naik mengalahkan peran televisi. Kalau dulu pada jam-jam sibuk orang menunggu tayangan di depan TV, maka sekarang mereka sibuk menonton YouTube.

"Peran TV sudah beralih ke internet, dan itu tentunya video," kata Robby. Bahkan, di kalangan teens maupun millenials, TV sudah ditinggalkan, mereka lebih banyak ke YouTube.

Bagi Telkomsel, kondisi itu menjadi peluang untuk meningkatkan layanan, dan tentu saja revenue. Dan, bagi masyarakat, kata Robby, "Ini 'cuan' yang besar," katanya. Cuan berarti "untung".

Bagaimana mendapatkan "cuan" itu? Dengan monetize video. Masyarakat bisa membuat sendiri konten video, lalu membuka channel di YouTube, kemudian memasang YouTube Adsense. Setiap kali iklan di-klik oleh pemirsa, maka dolar akan mengalir ke pemilik channel, melaui sistem bagi hasil dengan YouTube.

Robby menceritakan, sudah banyak orang Indonesia yang mendapatkan "cuan" besar dengan meng-upload video ke YouTube. Bahkan, ada seorang anak kecil yang subscriber-nya sekitar 7.000, mendapatkan Rp 1,5 juta setiap bulan dari video- video yang dia unggah ke YouTube. (andi asmadi/bersambung)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved