Mengejutkan, Remaja Ini Tewas Usai Menenggak Kopi, Soda, dan Minuman Berenergi

Dalam rentang waktu dua jam, Cripe meminum cafe latte dari McDonalds, minuman soda Mountain Dew, dan minuman berenergi ukuran 16 ounce.

Editor: Reny Fitriani
CNN
David Cripe, pelajar sebuah sekolah di South Carolina, AS, yang tiba-tiba pingsan setelah minum minuman berkafein. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Nasihat lawas soal sesuatu yang berlebihan memang tak baik.

Kasus David Cripe, siswa sebuah sekolah di South Carolina, AS, bisa menjadi pengingat kita semua.

Remaja asal Amerika Serikat ini tiba-tiba pingsan di kelasnya pada siang tanggal 26 April 2017 silam. Rekannya kemudian membawa dia ke rumah sakit. Sayangnya, jiwanya tidak tertolong. Pada pukul 15.30 waktu setempat ia dinyatakan meninggal.

Penyebab kematian ternyata mengejutkan!

Dari penuturan Gary Watts, pejabat setempat yang menyelidiki kematian Cripe, ternyata karena cafe latte, minuman bersoda, dan minuman berenergi.

Dalam rentang waktu dua jam, Cripe meminum cafe latte dari McDonalds, minuman soda Mountain Dew, dan minuman berenergi ukuran 16 ounce. Sebab kematian Davis dinyatakan sebagai "gagal jantung yang dipicu oleh arrhythmia."

Kepada Washington Post, Selasa (16/5/2017), Watts mengatakan, "Saya tidak bilang bahwa Anda akan mati karena minuman berenergi. Ini bukan soal kafein pada sistemnya, tetapi jumlah kafein yang ditenggaknya dalam waktu yang pendek yang kemudian memengaruhi kerja jantungnya."

Kasus David Cripe ini bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat kita, terlebih sekarang sedang menjamur wabah ngopi. Juga ngeteh dan doyan minuman berenergi, serta banyak minuman berkafein lainnya.

Anak-anak dan remaja tidak dianjurkan

Efek kafein memang berbeda-beda tiap orang. Ada yang tahan terhadap kafein tinggi, ada yang sudah berdebar-debar meski baru minum secangkir kopi.

Kafein akan diolah tubuh menjadi tiga senyawa dimetilxantin. Tiga jenis itu adalah paraxanthine yang menyebabkan energi tubuh seseorang meningkat setelah minum kafein, theobromine yang meningkatkan dilatasi pembuluh darah dan meningkatkan volume urine, dan teofilin yang melemaskan otot-otot polos bronki.

Waktu paruh (rentang waktu yang dibutuhkan untuk meluruhkan 50 persen) kafein adalah 4,9 jam. Waktu paruh kafein pada wanita lebih singkat dibandingkan dengan laki-laki. Pada wanita hamil, waktu paruhnya meningkat menjadi 9-11 jam. Pada wanita yang mengonsumsi pil KB waktu paruhnya adalah 5-10 jam.

Pada bayi dan remaja, waktu paruh kafein lebih lama dibanding orang dewasa sementara pada bayi yang baru lahir mencapai 30 jam.

Metabolisme kafein juga dipengaruhi oleh genetik. Individu yang punya tipe enzim isozim tertentu bisa memetabolisme secara cepat sehingga kafein bisa segera dimanfaatkan. Sementara, individu dengan isozim tipe lainnya cenderung punya metabolisme yang lambat. Jadi, kafein cenderung terakumulasi dan berefek negatif.

Berdasarkan kemampuan metabolisme kafein itu, maka tiap jenis individu bakal punya rekomendasi batas konsumi kafein yang berbeda. Di Amerika, Food and Drugs Administration (FDA) menganjurkan anak dan remaja untuk tidak mengonsumsi kafein.

Sumber: Intisari Online
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved