Zulfarhan, Kisah Sedih Calon Perwira yang Tewas Disiksa Teman-temannya

Pada 1 Juni 2017 tepatnya pukul 11.30, Zulkarnain Idros, pengemudi taksi berusia 53 tahun, menerima panggilan telepon.

Editor: Teguh Prasetyo
Karim Raslan
Hawa memasang foto almarhum anak lelakinya, Zulfarhan Osman, sebagai screensaver di ponsel. 

 Tubuh Zulfarhan dikuburkan oleh keluarganya pada 2 Juni 2017 pukul 15.00. Zulfarhan dimakamkan di Johor malam itu. 

Saya bertemu keluarga tersebut di Kompleks Pengadilan Kuala Lumpur pada 27 Oktober 2017. Kedua orangtua tersebut memakai kaus bertuliskan #justice4farhan di dada. Pengadilan tersebut menyebutkan bahwa terdapat 19 pemuda yang terlibat dalam kematian Zulfarhan.

Lima pemuda didakwa melakukan pembunuhan dan satu pemuda didakwa ikut bersekongkol. Para pelaku terancam hukuman mati karena tuduhan tersebut.

Para pemuda yang terlihat masih sangat muda dimasukkan ke dalam penjara. Mereka diborgol di samping para pelaku narkoba dan pencuri kecil yang sudah sering keluar masuk pengadilan.

Baca: Tere Liye Larang Siapapun Gunakan Quote dari Novelnya Untuk Unggah Foto Selfie di Medsos

Tiga belas pemuda lainnya didakwa dengan sengaja menyebabkan luka bakar dan jika terbukti bersalah, mereka akan menghadapi hukuman 7 tahun penjara. Mereka tidak langsung dikirim ke penjara saat itu.

Para terdakwa yang saat itu memakai kemeja formal lengan panjang dan bahkan ada yang memakai jas, disuruh menunggu di samping dan di belakang tempat persidangan.

Generasi masa depan

Saat petugas registrasi meneriakkan nama mereka, mereka berjalan seperti berbaris. Saya ingat pernah berpikir bahwa mereka adalah calon perwira militer, yang ke depannya akan memadati dermaga dan kadang menimbulkan kebingungan.

Saya merasa sangat terganggu dengan suasana di pengadilan. Itu sangat aneh.

Semua pemuda berwajah segar dan cerdas terlihat di sini. Dalam konteks lain, saya berpikir, "Inilah sekelompok anak muda yang sebenarnya bermasa depan cerah. Masa depan negara saya."

Zulfarhan Osman (kanan berbaju seragam putih) adalah mahasiswa teknik elektro tahun ketiga di Universitas Pertahanan Nasional Malaysia (UPNM) dimana Ia juga dilatih sebagai calon perwira.
Zulfarhan Osman (kanan berbaju seragam putih) adalah mahasiswa teknik elektro tahun ketiga di Universitas Pertahanan Nasional Malaysia (UPNM) dimana Ia juga dilatih sebagai calon perwira. (Handout photo)

Tetapi sebaliknya, mereka malah berkumpul di tengah ruang sidang. Kini masa depan mereka menjadi tidak pasti karena tindakan yang telah mereka lakukan pada Zulfarhan sekitar enam bulan lalu.

Seorang anak laki-laki, salah satu dari kelompok mereka telah meninggal dengan sangat mengerikan.

Hanya segerombolan sembilan belas pemuda ini yang tahu alasannya. Hanya mereka juga yang tahu bagaimana mereka melakukannya.

Sepanjang persidangan, Zulkarnain, Hawa, dan anak perempuan mereka yang berusia 15 tahun duduk di barisan depan tempat persidangan. Terdiam dan tenang, mereka memandangi para tersangka pelaku pembunuhan anak mereka yang memadati di depan mereka. 

Sumber: TribunStyle.com
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved