Zulfarhan, Kisah Sedih Calon Perwira yang Tewas Disiksa Teman-temannya
Pada 1 Juni 2017 tepatnya pukul 11.30, Zulkarnain Idros, pengemudi taksi berusia 53 tahun, menerima panggilan telepon.
Sementara itu, di sekitar mereka terdapat juga orangtua para kesembilan belas terdakwa. Beberapa terlihat menunjukkan muka malu dan beberapa ada yang mencoba menghibur anak laki-laki mereka.
Baca: Subhanallah Ternyata Saat Muda Nenek Laila Sari Sangat Cantik, Sekilas Mirip Artis Korea
Setelah melihat perbedaan tingkah laku para orangtua, saya bertanya apakah Zulkarnain melakukan interaksi dengan mereka.
Sang ayah menjelaskan, “Dua orangtua terdakwa mendekati saya untuk memohon maaf.”
“Saya berkata kepada mereka. Jika saya memaafkan Anda apakah anak saya akan kembali?”
Namun setidaknya dalam masa percobaan yang tertunda, keluarga tersebut mendapatkan gambaran bagaimana hari terakhir anak laki-laki mereka dan alasan kematiannya, di mana terdapat sebuah kekerasan yang luar biasa brutal di balik kematiannya.
Zulkarnain dengan blak-blakan menggambarkan bagaimana perasaan mereka saat itu. "Kami tidak tahu apa yang terjadi di sepanjang minggunya ketika anak saya disiksa hingga ditemukan meninggal. Sepertinya tidak ada yang menyadari bahwa dia hilang dan karena itulah kami harus datang ke persidangan."
Seperti yang diwajibkan, saat giliran jaga malam, ketidakhadiran Zulfarhan malah dirahasiakan.
Hawa menambahkan, "Terdapat banyak rumor sejak kejadian tersebut. Kami telah mendengar banyak hal tentang apa yang terjadi, tapi kami perlu mencari tahu fakta kebenarannya. Meskipun kasus ini akan memakan waktu yang sangat lama, saya akan terus mengikutinya demi anak saya. Kami tidak bisa begitu saja membiarkannya pergi. "
Anda dapat mengerti mengapa Anda dapat terbawa untuk mendengarkan cerita Zulkarnain yang meski menderita, tetapi tidak pernah kehilangan senyumannya hangat dan juga Hawa ketika berbicara tentang anak sulung mereka.
Zulfarhan adalah seorang mahasiswa Teknik Elektro tahun ketiga yang begitu dicintai dan bertanggung jawab. Dia bermimpi menjadi seorang kapten kapal suatu hari nanti.
Baca: Saksi Mata Hanya Dengar Suara Keras, Tiba-Tiba Tubuh Pelajar dan Teman Perempuanya Terkapar
Namun, impiannya tersebut telah sirna. Begitu juga dengan para kesembilan belas terdakwa, yang masa depannya hampir tidak menentu. Proses pengadilan yang tanpa akhir. Masa depan karir yang cemerlang telah hancur.
Di tengah-tengah kejadian tersebut, Hawa, seorang ibu yang masih berduka tetap memiliki hati yang kukuh. "Saya harus tahu, saya dapat menerima bahwa anak saya telah meninggal, tetapi saya tidak dapat menerima cara dia meninggal." (Kompas.com/Karim Raslan)
Berita ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul : Kisah Zulfarhan, Calon Perwira yang Tewas Disiksa Rekan-rekannya
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/foto-zulfarhan_20171122_100319.jpg)