Gunung Agung Meletus - Banjir Lumpur di Sungai Unda, Waspadai Bencana Lahar Dingin!
Gunung Agung Meletus - Banjir Lumpur di Sungai Unda, Waspadai Bencana Lahar Dingin!
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, DENPSAR - Warga berduyun-duyun mendatangi jembatan Sungai Unda di Perbatasan Kelurahan Semarapura Kangin dan Desa Paksebali, Klungkung, Bali, Senin (27/11/2017) melihat banjir lumpur.
Warga sekitar bantaran sungai takut banjir itu merupakan banjir lahar dingin.
Baca: Dibohongi Ambil Sepatu, Gadis SMP Malah Dibelokkan ke Tanah Kosong lalu Dibeginikan 8 Pemuda
Bahkan jembatan Sungai Unda sampai macet akibat antusiasme warga yang ingin menonton banjir lumpur tersebut dari atas jembatan.
Lurah Semarapura Kangin, Wayan Sudharma mengatakan, berdasarkan laporan masyarakat, banjir lumpur itu terjadi sekira Pukul 6.30 wita.

Ia mengimbau agar masyarakat tidak ada beraktivitas di sekitar bantaran Sungai Unda.
Aktivitas periwisata di Sungai Unda dan prewedding ditutup sementara.
Diketahui, di sekitar bantaran Sungai Unda bermukim sebanyak 88 KK dan 240 jiwa.
Sementara itu, Kepala Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, ini adalah lahar hujan (lahar dingin).
"Waspadai juga bencana lahar hujan di sepanjang sungai dengan hulu Gunung Agung," imbaunya.
Meski volume piroklastik dari erupsi Gunung Agung belum banyak, tapi dengan memasuki musim hujan sekarang ini harus diwaspadai.
Masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas di sekitar sungai saat di Gunung Agung dilanda hujan.
Di peta KRB daerah bahaya banjir lahar dingin ini terlihat warna kuning (KRB 1).

Gunung Agung Naik ke Level Tertinggi Awas
Gunung Agung masih mengalami erupsi megmatik hingga Senin (27/11/2017).
Asap pekat dan abu vulkanik masih terus keluar dari bibir kawah, dan teramati membumbung hingga setinggi 3.000 meter dari atas kawah.
Kondisi tersebut membuat PVMBG kembali memutuskan untuk meningkatkan status aktivitas vulkanik Gunung Agung dari level III (Siaga), menjadi level IV (awas).
"Tingkat erupsi Gunung Agung mulai meningkat dari freatik jadi magmatik pada tanggal 25 November pukul 23.00 Wita lalu, dan hingga saat ini erupsi magmatik terus terjadi. Bahkan, semalam tadi erupsi efusif menerus berlangsung, disertai dengan suara dentuman dan ini mengindikasikan potensi letusan lebih besar, mungkin terjadi di kemudian hari. Melihat kondisi tersebut, PVMBG meningkatkan status aktivitas Vulkanik Gunung Agung dari Siaga (level III) ke Awas Level IV per tanggal 27 November 2017, pukul 06.00 Wita," jelas Kepala Bidang Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi I Gede Suantika, Senin (27/11/2017).
Dengan status tersebut, ada perluasan zona rawan wilayah terdampak erupsi Gunung Agung.
Masyarakat disekitar Gunung Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di dalam area kawah G. Agung dan di seluruh area di dalam radius 8 km dari kawah G. Agung.
Dan ditambah perluasan sektoral ke arah Utara-Timurlaut dan Tenggara-Selatan-Baratdaya sejauh 10 km dari kawah G. Agung.
Adapun wilayah yang termasuk dalam zona rawan tersebut antara lain Desa Ban, Dukuh, Baturinggit, Sukadana, Kubu, Tulamben, Datah, Nawakerti, Pidpid, Bhuana giri, Bebandem, Jungutan, Duda Utara, Amerta Buana, Besakih, Sebudi dan Pempatan.
" Itulah desa-desa yang warganya harus segera diungsikan," jelas Gede Suantika.
Sebelumnya, pada Minggu (25/11/2017) malam telah terekam dua kali dentuman disela kepulan asap yang terus menerus keluar dari kawah Gunung Agung.
Ini terjadi sekitar pukul 20.30 Wita, kemarin.
Bahkan, suara dentuman tersebut terdengar hingga Pos Pantau Gunung Api Agung yang berjarak sekitar 12 km dari kawah Gunung Agung.
Dentuman ini sempat mengagetkan warga yang kebetulan masih berada di Pos Pantau.
Ternyata dentuman tersebut juga terekam dalam alat seismograf tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Kepala Bidang Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, I Gede Suantika menjelaskan, Minggu (25/11/2017) malam telah terekam dua kali dentuman disela kepulan asap yang terus menerus keluar dari kawah Gunung Agung.
"Dentuman itu terekam dari alat seismograf kita, yang mempunyai spektrum gelombang punya frekuensi 20 Hz. Jadi setiap 20 Hz, itu sudah kami anggap dentuman," jelas I Gede Suantika.
Ia menjelaskan, detuman itu terjadi karena semburan abu vulkanik yang menyembur ke atas kawah, memiliki volume berlebih.
Sementara lubang yang dilewatinya cenderung sempit, sehingga hal ini menyebabkan suara dentuman.
"Suara dentuman ini baru pertama kali terekam setelah Gunung Agung mengalami peningkatan aktivitas vulkanik," jelas Gede Suantika.
Hal ini pun menunjukan Gunung Agung terus melalui fase atau menununjukan gejala letusan besar di kemudian hari.
"Kita lihat besok dan sebulan kedepan. Kalau beracu pada letusan tahun 1963, situasi seperti ini terjadi sekitar sebulan sebelum letusan besar (eksplosif). Tapi semoga saja letusanya terus eflusif hingga tidak terlalu bersifat merusak ," jelas Gede Suantika.
Selain itu, secara visual tim PMVBG masih terlihat kepulan asap dan abu vulkanik yang terus-menerus keluar dari kawah Gunung Agung.
Selain itu terpantau juga adanya muncratan abu disertai lava ke samping.
Tapi lava itu belum sampai meluber hingga keluar kawah. (*)