Awas! Difteri Bisa Menular Lewat Terompet Tahun Baru
Memasuki Tahun Baru 2018, penggunaan terompet tak bisa terpisahkan dari kebiasaan masyarakat.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Perayaan pergantian tahun tinggal menghitung jam.
Memasuki Tahun Baru 2018, penggunaan terompet tak bisa terpisahkan dari kebiasaan masyarakat.
Saat ini menyebar informasi melalui media sosial penggunaan terompet bisa memicu penyakit.
Penyebaran informasi ini setidaknya dibenarkan Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Koesmedi Priharto.
"Memang bisa. Difteri kan menular lewat air liur," kata Koesmedi seperti dikutip dari Wartakotalive.com, Sabtu (30/12/2017).
Baca: Gempar, Wanita Ini Lihat Benda Mirip Hati Ayam di Parit, Diperiksa Astagfirullah
Baca: Bukan Peran, Mulan Jameela Diejek Netizen karena Judul Sinetron yang Dimainkannya
Baca: Selesai Baca Doa Akhir Tahun? Jangan Lupa Juga Baca Doa Awal Tahun 2018
Kusmedi menjelaskan, bakteri difteri akan berkumpul di tiupan terompet maupun di bagian dalamnya.
Makanya tak ada cara pencegahan untuk penularan difteri lewat terompet.
Pembeli harus bisa memastikan bahwa terompet yang dibeli benar-benar steril dan belum pernah ditiup.
Dan paling penting, atau pencegahan paling efektif adalah dengan menerima vaksin difteri.
Tanda-tanda Terkena Difteri
Dalam beberapa hari ini, berita mengenai wabah atau kejadian luar biasa (KLB) difteri merebak di sejumlah media.
Inilah rilis resmi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terkait difteri di Indonesia.
Sehubungan dengan peningkatan kasus difteri di beberapa wilayah Indonesia, maka Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengingatkan bahwa:
1. Penyakit difteri sangat menular dan dapat menyebabkan kematian.
Penyakit difteri dapat dicegah dengan melakukan imunisasi sesuai jadwal yang direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan atau Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Imunisasi adalah perlindungan terbaik terhadap kemungkinan tertular penyakit difteri, dan dapat diperoleh dengan mudah di berbagai fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta.
3. Lengkapi imunisasi DPT/DT/Td anak anda sesuai jadwal imunisasi anak usia Kementeria Kesehatan atau Ikatan Dokter Anak Indonesia. Imunisasi difteri lengkap adalah sebagai berikut:
- Usia kurang dari 1 tahun harus mendapatkan 3 kali imunisasi difteri (DPT).
- Anak usia 1 sampai 5 tahun harus mendapatkan imunisasi ulangan sebanyak 2 kali.
- Anak usia sekolah harus mendapatkan imunisasi difteri melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) siswa sekolah dasar (SD) kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 atau kelas 5.
- Setelah itu, imunisasi ulangan dilakukan setiap 10 tahun, termasuk orang dewasa. Apabila status imunisasi belum lengkap, segera lakukan imunisasi di fasilitas kesehatan terdekat.
4. Kenali gejala awal difteri. Gejala awal difteri bisa tidak spesifik, seperti:
- Demam tidak tinggi
- Nafsu makan menurun
- Lesu
- Nyeri menelan dan nyeri tenggorok
- Sekret hidung kuning kehijauan dan bisa disertai darah
Namun memiliki tanda khas berupa selaput putih keabu-abuan di tenggorok atau hidung, yang dilanjutkan dengan pembengkakan leher atau disebut sebagai bull neck.
Apa yang harus kita lakukan?
- Segera ke fasilitas kesehatan terdekat apabila anak anda mengeluh nyeri tenggorokan disertai suara berbunyi seperti mengorok (stridor) atau pembesaran kelenjar getah bening leher, khususnya anak berumur < 15 tahun.
- Anak harus segera dirawat di rumah sakit apabila dicurigai menderita difteri agar segera mendapat pengobatan dan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan apakah anak benar menderita difteri.
- Apabila anak anda didiagnosis difteri, akan diberikan tatalaksana yang sesuai termasuk perawatan isolasi.
- Untuk memutuskan rantai penularan, seluruh anggota keluarga serumah harus segera diperiksa oleh dokter dan petugas dari Dinas Kesehatan, serta mendapat obat yang harus dihabiskan untuk mencegah penyakit, apakah mereka juga menderita atau karier (pembawa kuman) difteri dan mendapat pengobatan.
- Anggota keluarga yang tidak menderita difteri, segera dilakukan imunisasi DPT/DT/Td sesuai usia.
- Laksanakan semua petunjuk dari Dokter dan Petugas Kesehatan setempat
- Setelah imunisasi DPT, kadang-kadang timbul demam, bengkak dan nyeri ditempat suntikan DPT, yang merupakan reaksi normal dan akan hilang dalam 1-2 hari.
Bila anak mengalami demam atau bengkak di tempat suntikan, boleh minum obat penurun panas parasetamol sehari 4 x sesuai umur, sering minum jus buah atau susu, serta pakailah baju tipis atau segera berobat ke petugas kesehatan terdekat.
- Anak dengan batuk pilek ringan dan tidak demam tetap bisa mendapatkan imunisasi DPT/DT/Td sesuai usia. Jika imunisasi tertunda atau belum lengkap, segera lengkapi di fasilitas kesehatan terdekat. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/penjual-terompet-himawan_20171207_193447.jpg)