Pilgub Lampung 2018
3 Hari Menjelang Pendaftaran Calon Gubernur Lampung, Begini Peta Koalisi Cagub
Tiga hari menjelang pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur Lampung, peta calon dan koalisi mulai terlihat.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Tiga hari menjelang pendaftaran calon gubernur dan wakil gubernur Lampung, peta calon dan koalisi mulai terlihat.
Komisi Pemilihan Umum Lampung mulai membuka pendaftaran calon 8-10 Januari 2018.
PDI Perjuangan resmi mengusung pasangan Herman HN-Sutono.
Tanpa koalisi, PDIP bisa mendaftar karena sudah memenuhi syarat 17 kursi di DPRD.
Koalisi Golkar dan PKB yang mengusung Arinal Djunaidi-Chusnunia Chalim juga bisa mengajukan pendaftaran pasangan calon.
Lalu ketiga, pasangan Mustafa-Ahmad Jajuli yang dibangun melalui koalisi Lampung KeCe, Nasdem, PKS dan Hanura.
Koalisi ini juga sudah cukup untuk mendaftarkan satu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.
Baca: Megawati Beri Julukan Ini ke Cagub Lampung Herman HN
Baca: Sudah Sebar Undangan Nikah Tinggal Ijab Kabul, Gadis Ini Malah Alami Mimpi Buruk hingga Jadi Begini
Sorotan kini mengarah kepada Partai Amanat Nasional (PAN) dan Gerindra.
Dua partai ini awalnya sudah dekat dengan Arinal Djunaidi yang sudah membangun koalisi dengan PKB.
Namun apakah di menit terkahir akan tetap mengusung Arinal Djunaidi, belum bisa dipastikan.
Dalam dunia politik semua kemungkinan masih bisa terjadi, masih dinamis.
Akademisi Fakultas Ilmus Sosial Politik Universitas Lampung, Darmawan Purba mengatakan, jika melihat skema hitungan parpol, saat ini hanya tersisa PAN dan Gerindra.
Ini sangat memungkinkan bagi petahana Gubernur Ridho Ficardo bisa maju menjadi calon gubernur.
"Apalagi kita ketahui, petahana juga sudah melakukan penjajakan-penjakakan dengan PAN," katanya.
Baca: Resmi, PKS Rekomendasikan Mustafa-Ahmad Jajuli untuk Pilgub Lampung
Koalisi Demokrat dan PPP dengan jumlah 14 kursi, tentu menjadi modal bagi incumbent untuk mencari partai koalisi lain yakni dengan PAN atau Gerindra.
Karena dua partai itulah yang paling memungkinkan tersisa dan punya peluang besar direbut petahana.
Jikapun ada konstelasi poros baru antara PAN - Gerindra dengan calon baru atau diluar empat calon yang sudah lama disebut-disebut, itu bisa saja terjadi.
Namun poros baru dengan calon baru maka akan sulit bagi sosok baru berkompnetesi dengan empat calon yang sudah lebih dulu diketahui publik.
Kecuali ada variable lain yang memungkinkan bagi poros baru PAN - Gerindra untuk mengusung sosok calon gubernur baru diluar empat nama yang sudah ada tersebut.
Karena untuk mengusung nama baru atau sosok baru itu butuh energi besar.
Jadi jika incumbent ingin mendapatkan PAN atau Gerindra sudah punya modal politik sebagai petahana.
"Tinggal bagaimana menyakinkan salah satunya saja dengan komunikasi dan koalisi yang bersinergi," ujarnya. (ben)