Ramadan 1439 H
2 Akademisi UBL Jalankan Puasa di Negeri Sakura: dari Puasa 16 Jam Hingga Tarawih di Kampus
"Ya puasa di Jepang kurang lebih 16 jam sehari karena saat ini bertepatan dengan musim semi menjelang musim panas"
Penulis: Eka Ahmad Sholichin | Editor: Reny Fitriani
Keseharianya tinggal di Kota Kitakyushu yang lokasinya berada di Provinsi Fukuoka. Kota tersebut merupakan salah satu kota industri tapi terkenal sangat ramah lingkungan.
Dirinya tinggal di sebuah apartment dua lantai dimana sekitarnya juga banyak apartment dan ada satu rumah sakit besar. Kebetulan juga dekat dengan kampus dimana cukup banyak mahasiswa muslim yang tinggal disana. Selain itu, tentunya masyarakat non muslim semua.
"Mereka tidak semuanya tahu tentang ibadah puasa ini sehingga ya perlakuan mereka terhadap saya dan keluarga biasa saja. Hanya di sekolah dasar (SD) tempat anak saya sekolah saja yang tahu dan membolehkan anak saya yang saat ini kelas 3 SD untuk puasa," katanya.
Akan tetapi syaratnya, anaknya tidak boleh mengikut kegiatan olahraga dan saat istirahat siang harus tetap berada di kelas untuk baca buku dan lain-lain.
"Dan Alhamdulillah pihak sekolah mengizinkan satu ruangan untuk dipakai salat zuhur oleh anak saya, bahkan di luar bulan puasa. Itulah bentuk toleransi yang saya rasakan," ucapnya.
Ia mengungkapkan, secara umum mencari makanan halal cukup sulit. Selain tentunya masakan rumah, hampir tidak ada restoran atau toko yang menjual makanan berlabel halal.
"Yang kami lakukan biasanya membaca daftar isi atau kandungan makanan tersebut dengan menghindari bahan-bahan daging, alkohol, emulsifier, dsb.
Untuk sahur dan berbuka biasanya selalu diutamakan di rumah atau bersama teman-teman muslim yang lain saat pengajian rutin," paparnya.
Kalau untuk salat tarawih di bulan puasa ini ia terkadang pergi ke kampus yang berada di daerah Kitakyushu Science and Research Park untuk salat di tempat yang telah dipinjam.
Biasanya sekitar lima menit dengan mobil dari rumah dan juga adakan salat subuh berjamaah rutin tidak di bulan puasa saja yang tempatnya bergantian di rumah masing-masing warga muslim asal Indonesia di sini.
"Nah, untuk mengetahui waktu salat biasanya kami semua mengandalkan aplikasi di smartphone atau handphone (hp)," paparnya.
Suasana ramadan di Indonesia tentu sangat dirindukan yakni suasana malam hari karena bisa mendengar lantunan suara orang mengaji dan bertadarus di masjid juga suasana saat berbuka puasa bersama keluarga besar dan tarawih beramai-ramai di masjid.
"Ya tentunya sangat kangen. Namun sekarang mungkin sudah terbiasa. Nah, apalagi itu tuh makanan-makanan takjil untuk berbuka puasa di Indonesia yang sangat bervariasi dan berbagai macam rasa dan gak bakal ditemukan di sini," tandasnya.
Sementara, IB Ilham Malik menuturkan puasa di negeri orang tentu memiliki suasana yang berbeda dengan suasana di negara sendiri. Meskipun sama-sama bukan negara Islam, tetapi di Indonesia akan benar-benar merasakan kedatangan bulan ramadan.
"Sementara di Jepang, semua hari terasa sama, tidak ada suasana ramadan yang kita lihat dimana-mana seperti di Indonesia. Puasa di sini kami mulai pada pukul 03.15 menit dan waktu berbuka jam 19.25 menit. Sebab, bulan ramadan kali ini bertepatan dengan datangnya musim panas sehingga siang hari akan lebih panjang dari pada malam hari," paparnya.
Saat ini di setiap kota sudah ada masjid, meskipun sebagian masih bersifat masjid sementara. Namun, di sini tidak ada toa (pengeras suara) dan lambang bahwa bangunan ini adalah masjid.