#2019GantiPresiden Makin Populer-Disukai, Gerindra Malah Ingin Ganti dengan Tagline Baru
#2019GantiPresiden Makin Populer-Disukai, Gerindra Malah Ingin Ganti dengan Tagline Baru
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - "Gerindra Menang, Prabowo Presiden". Itulah tagline Partai Gerinda yang dilontarkan Ketua DPP Partai Gerindra Ahmad Riza Patria.
Dia meminta seluruh caleg mengutamakan kemenangan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019.
Lalu bagaimana dengan nasib tagline #2019GantiPresiden seperti yang sudah ramai belakangan ini?
Menurut dia caleg Gerindra diminta tak mengkampanyenya tagline itu lagi.
"Bukan memenangkan orang lain, bukan (kampanye) 2019 ganti presiden lagi. Presiden harus Prabowo," ujarnya di Kantor KPU, Jakarta, Selasa (17/7/2018).
Menurut Riza, #2019GantiPresiden merupakan tagline sekelompok masyarakat yang tidak puas dengan kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Oleh karena itu, tagar tersebut dinilai bukan representasi Gerindra.
Meski begitu, kata dia, #2019GantiPresiden bukanlah sesuatu yang dilarang. Sebab, ajakan 2019 ganti presiden diperbolehkan bila dilakukan secara konstitusional lewat Pemilu.
"Itu kan (dari) masyarakat bukan caleg Gerindra. Itu aspirasi masyarakat melihat pemerintahan Jokowi. Wajar saja masyarakat mengeluarkan aspirasi ganti presiden," kata Riza.
"Tetapi lalau caleg-caleg ini, ya memperjuangan Gerindra dan memperjuangan Prabowo dong, bukan orang lain, bukan 2019 Ganti Presiden," sambung dia.
Kampanye #2019GantiPresiden dipopulerkan oleh politisi PKS Mardani Ali Sera.
Tagline itu kemudian dipakai ketika kampanye Pilkada Serentak 2018 lalu, terutama di Pilkada Jawa Barat.
#2019GantiPresiden Semakin Populer dan Disukai
Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Adjie Alfaraby mengungkapkan, ada tren kenaikan popularitas dan kesukaan pada kampanye #2019GantiPresiden.
Hal itu terungkap dari hasil survei LSI yang dilakukan terhadap 1200 responden pada periode 28 Juni-5 Juli 2018.
"Popularitas #2019GantiPresiden ini cenderung naik kalau dibandingkan dua survei LSI di bulan Mei dan Juni 2018. Di Mei saat itu popularitas #2019GantiPresiden diangka 50,80 persen. Saat ini (Juli) popularitas sudah 60,50 persen," ujar Adjie dalam rilis survei Pasangan Capres dan Cawapres Pascapilkada di kantor LSI Denny JA, Jakarta, Selasa (10/7/2018).
Selain itu, kata dia, kampanye tersebut juga semakin disukai dan diterima oleh publik.
Pada survei Mei lalu, tingkat kesukaan atau penerimaan responden atas kampanye ini sebesar 49,80 persen.
Sementara itu, pada survei bulan Juli ini sudah mencapai angka 54,4 persen.
"Jadi kampanye #2019GantiPresiden cenderung mengalami kenaikan popularitas dan makin disukai," kata dia.
Ia menjelaskan, kampanye ini bergaung cukup keras di Pilkada Jawa Barat dan Jawa Tengah beberapa waktu lalu.
"Menggaungnya isu ini di dua pilkada berkontribusi besar terhadap popularitas tagar tersebut," ujarnya.
Adjie menilai, temuan ini bisa menjadi peringatan bagi calon petahana Presiden Joko Widodo untuk siap menghadapi kampanye seperti ini.
"Jadi walaupun (elektabilitas Jokowi) masih teratas. Namun ini catatan penting, bisa jadi batu sandungan untuk Pak Jokowi," ujar dia.
Survei kuantitatif ini menggunakan metode multistage random sampling di 33 provinsi Indonesia.
Adapun margin of error survei plus minus 2,9 persen.
Artinya, angka survei bisa berkurang atau bertambah sebanyak 2,9 persen. Survei ini dibiayai secara mandiri oleh LSI Denny JA.
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Sohibul Iman mengatakan tagar 2019GantiPresiden merupakan ide gerakan itu berasal dari Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera.
Menurut dia, Mardani mengawali gerakan itu sebab berharap ada presiden baru selain Joko Widodo usai Pilpres 2019.
“Memang yang pertama mencetuskan adalah saudara Mardani Ali Sera, itu iya. Tapi itu sekarang sudah menjadi gerakan seluruh masyarakat yang menginginkan perubahan,” kata Sohibul.
Dia menyatakan hal itu saat mendatangi Polda Metro Jaya pada Senin (9/4/2018).
Hari ini, Sohibul memenuhi panggilan pemeriksaan di Polda Metro Jaya dalam penyelidikan kasus pencemaran nama baik yang dilaporkan oleh Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah.
Pada akhir Maret 2018, akun twitter @MardaniAliSera memang mengunggah 15 cuitan penjelasan tentang Gerakan Ganti Presiden di 2019. Cuitan itu menegaskan gerakan tagar itu adalah legal dan konstitusional.
Mardani juga pernah membagikan gelang karet “2019 Ganti Presiden” di acara diskusi sebuah stasiun televisi swasta.
Selama April 2018, Mardani kedapatan membagikan gelang itu dalam 2 kesempatan.
Pada salah satu kesempatan, ia terlihat mengenakan gelang berwarna hitam itu bersama Wakil Ketua DPR fraksi Partai Gerindra, Fadli Zon.
Kaus bertuliskan Gerakan #2019GantiPresiden juga banyak dijual secara bebas hingga membetot perhatian Presiden Joko Widodo.
Pada akhir pekan kemarin, di depan relawan pendukungnya di Bogor, Jokowi sempat berkelakar, “Masa, kaus bisa sampai ganti presiden.”
Menanggapi respons itu, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Ferry Juliantono menuding Jokowi sedang risau karena gerakan itu.
"Dia [Jokowi] ingin menyatakan kok relawan-relawan pada diam semua ini. Ini sekarang sudah ada gerakan ganti presiden segala macam," kata Ferry.
Ferry berpendapat elektabilitas Jokowi terus merosot karena pemerintahannya menuai banyak kritik terkait isu kelangkaan premium, utang negara dan pelemahan kurs rupiah.
"Jadi yang lagi galau Pak Jokowi, bukan Pak Prabowo," kata Ferry.
Dia juga mengklaim Prabowo sudah lebih siap menghadapi Jokowi setelah melakukan safari politik ke sejumlah daerah.
"Animo masyarakat luar biasa. Kami juga berterima kasih kepada media yang selama ini terus memberitakan Pak Prabowo. Bagi kami itu publikasi gratis," kata Ferry.