Dua Kecelakaan Maut Beruntun di Bandar Lampung, Renggut Nyawa Siswa SMP dan Mahasiswi
Dua Kecelakaan Maut Beruntun di Bandar Lampung, Renggut Nyawa Siswa SMP dan Mahasiswi
BANDAR LAMPUNG, TRIBUN - Dua kecelakaan maut beruntun terjadi di Bandar Lampung pada Rabu 10 Oktober 2018. Satu kecelakaan menewaskan siswa SMP Al Azhar Bandar Lampung. Satu lagi menewaskan seorang mahasiswi Polinela.
Siswa SMP Al Azhar Bandar Lampung bernama Ikbar Agustuwanda (13) tewas tertimpa pohon saat dalam perjalanan menumpang ojek online di Jalan Sam Ratulangi, Penengahan Raya, Tanjungkarang Pusat, Selasa sore 9 Oktober 2018.
Sedangkan satu lagi korban tewas kecelakaan di Bypass Jalan Soekarno Hatta Bandar Lampung adalah mahasiswi Polinela bernama Mayang Fitriani. Mayang mengalami kecelakaan Selasa petang 9 Oktober 2018 saat hendak menjenguk temannya yang sakit.
Baca: Niat Jenguk Rekan yang Sakit di Klinik, Mahasiswi Polinela Jadi Korban Lakalantas
------
Ratusan pelayat mengiringi jenazah Ikbar menuju tempat peristirahatan terakhirnya.
Siswa SMP Al Azhar Bandar Lampung itu dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Klenong Sukajawa, Bandar Lampung, Rabu (10/10).
Di tempat terpisah, korban kecelakaan lalu lintas lainnya di Kota Tapis Berseri, Mayang Fitriani dimakamkan di kampung halamannya, Bengkunat, Pesisir Barat, Kamis kemarin.
Ikbar dan Mayang merupakan korban meninggal lakalantas pada Selasa (9/10) lalu.
Ikbar tertimpa pohon tumbang di Jalan Samratulangi, Kedaton, Selasa sore, saat menggunakan jasa ojek online.
Sedangkan Mayang meninggal setelah terjatuh dari motor lalu terlindas truk di perempatan traffic light Rajabasa, Jalan Soekarno-Hatta (Bypass), Selasa petang.
Baca: Dua Kecelakaan Maut Beruntun di Lampung, Renggut Nyawa Pengantin Baru dan Siswa SMK
Prosesi pemakaman Ikbar diwarnai isak tangis dari keluarga dan kerabat Ikbar.
Orangtua Ikbar, Sukoyo (44) dan Muharini (43), ikhlas melepas anak keduanya itu diturunkan ke liang lahat.
Muharini yang semula terlihat tegar, akhirnya tak kuasa menahan rasa kehilangannya.
Sesaat setelah para pelayat berangsur meninggalkan pemakaman, kondisi Muharini pun drop.
Muharini yang duduk di pinggir makam Ikbar, tak lagi mampu berdiri tegar. Hingga akhirnya harus dibantu oleh para kerabatnya.
Muharini pun merasa berat meninggalkan pusara Ikbar. Baru berjalan beberapa langkah, ia nyaris pingsan. Muharini akhirnya dipapah oleh kerabatnya untuk meninggalkan lokasi pemakaman.
"Sabar, yang tabah," ungkap seorang kerabat Muharini.
Sementara ayah Ikbar, Sukoyo, memilih bertahan di area pemakaman untuk memberikan doa terakhir untuk putranya.
Saat ditemui usai pemakaman, Sukoyo masih merasa syok. Ia tak menyangka Ikbar meninggal di usia sangat belia.
Sukoyo pun mengenang keinginan Ikbar yang belum terwujud. Menurut dia, Ikbar sangat ingin belajar mengendarai sepeda motor.
Keinginan itu memang tidak disampaikan langsung oleh Ikbar kepada sang ayah. Namun, Sukoyo mengetahuinya dari kakak Ikbar.
"Makanya satu sepeda motor saya servis. Baru ganti ban, gak tahunya malah anaknya (Ikbar) gak ada. Memang dia sama sekali gak bisa (kendarai motor), dan pengen bisa," ujar Sukoyo di rumah duka yang terletak di Gang Pisang, Kelurahan Gedong Air, Tanjungkarang Barat (TkB).
Sukoyo mengisahkan, sehari-hari Ikbar biasa diantar ke sekolah dan pulangnya dijemput. Kebetulan lokasi kerja Sukoyo di Natar, searah dengan lokasi sekolah Ikbar.
Namun, pada hari nahas tersebut, Ikbar sendirian pulang ke rumah dengan menggunakan jasa ojol.
"Biasanya pagi sore saya antar. Terus, hari Selasa kemarin dia ujian, mungkin butuh sesuatu dia pulang dulu naik kendaraan umum (ojol). Biasanya kan hari Selasa (Ikbar) latihan taekwondo (di sekolah), jadi jojong (pulang sekolah langsung latihan). Tapi, hari itu dia pulang (ke rumah), dan balik latihan terjadi musibah ini," papar Sukoyo.
Sukoyo pun mengenang saat terakhir kali bertemu Ikbar kala mengantarkan ke sekolah pada Selasa pagi. Ikbar yang mengenakan pakaian sekolah, menurut Sukoyo, terlihat berbeda.
"Wajahnya nampak cerah seperti memancarkan sinar. Sampai di tempat kerjaan saya kepikiran juga," ujarnya.
Perasaan Sukoyo ternyata benar. Sekitar pukul 16.00 WIB, Sukoyo mendapat telepon dari sang istri, dan diminta segera ke RS DKT.
"Saya gak dibilangi kenapa anak saya, mungkin karena saya posisi jauh dan naik kendaraan, saya langsung ke IGD. Di sana saya ketemu langsung dokternya, saya dikasih dua pilihan," kata Sukoyo.
Pilihan tersebut adalah; melihat sendiri atau mendengarkan keterangan dokter. Sukoyo pun memilih opsi kedua.
"Katanya mata lebam, ada gumpalan darah di bagian kepala, dan tengkorak belakang pecah. Dokter bilang, "Anak bapak kritis, tinggal nunggu mukjizat"," kenangnya.
Sukoyo mengaku tidak ada firasat apa pun tentang Ikbar hingga bisa tertimpa musibah ini ini.
Meski begitu, ia mengakui perilaku Ikbar berbeda beberapa waktu belakangan.
"Sering marah-marah kepada kakeknya, karena nyuruh ini nyuruh itu, biasalah orangtua kan suka nyuruh-nyuruh. Tapi, biasanya anak saya itu nurut aja," tuturnya.
Selain itu, Ikbar sempat minta beli sepatu dan jaket. Tapi, baru dikabulkan beli jaket.
"Jaket itu minta sama persis dengan punya saya. Setelah dibelikan langsung dipakainya sampai tidur," kenang Sukoyo.
Atas peristiwa ini, Sukoyo meminta Pemkot Bandar Lampung proaktif mengawasi pohon-pohon lapuk yang ada di Kota Tapis Berseri.
"Banyak pohon-pohon besar yang ada di pinggir jalan, tolong tinjau lagi, jangan sampai musibah yang menimpa saya menimpa orang lain," ucapnya.
Sementara itu, pihak Yayasan Al Azhar, tempat Ikbar bersekolah, turut menghadiri prosesi pemakaman.
"Kami dari yayasan mendatangi ke sini untuk berbelasungkawa dan melepas almarhum ke tempat peristirhatan. Dia masih kelas 8," kata Chusnaidi, perwakilan Yayasan.
Driver Ojol Kritis
Sementara itu, driver ojol yang tertimpa pohon, Angel Bertus Widianto (50), sampai saat ini masih dalam kondisi kritis.
Rekan Angel sesama driver ojol, Riki mengungkapkan, kondisi rekannya belum mengalami perubahan signifikan.
Menurut Riki, pada Selasa (9/10) malam, Angel sempat dipindahkan ke RS Graha Husada.
"Karena asuransi yang bekerja sama dengan perusahaan itu kan di sana (RS Graha Husada). Tapi, karena spesialis syaraf tidak ada, akhirnya dirujuk kembali ke RSUAM. Sekarang kondisinya masih sama seperti semalam (Selasa)," ujar Riki, Rabu.
Mahasiswi Berprestasi
Sementara itu, mahasiswi berprestasi Akademik Polinela, Mayang Fitriani, juga mengalami lakalantas maut, Selasa petang.
Mayang dikebumikan di TPU Pekon Pagar Bukit, Bengkunat, Pesisir Barat, Rabu pagi.
Paman Mayang, Faturohman, menuturkan, keponakannya tersebut merupakan sosok penurut di mata keluarga.
"Anaknya itu tidak neko-neko, selalu nurut kalau dibilangi," kata Faturohman, saat dihubungi Tribun melalui ponsel Kaprodi Agribisnis Polinela, Muhammad Zaini, kemarin.
Faturohman mengaku tidak mempunyai firasat apa pun tentang musibah ini.
Ia mengatakan, Mayang selama ini dirawat oleh kakeknya di Bengkunat. Setelah kuliah, Mayang pun tinggal di rumah kos di Bandar Lampung.
"Ayah Mayang sudah meninggal dunia, sedangkan ibunya kini berada di Pesawaran. Sebelum kuliah, dia memang tinggal bersama kakeknya," terang Faturohman.
Mayang memiliki dua orang adik. Saat ayahnya masih hidup, Faturohman mengatakan, Mayang kerap membantu ibunya berdagang gorengan.
Kaprodi Agribisnis Polinela, Muhammad Zaini, mengungkapkan, Mayang merupakan mahasiswi semester IV. Di lingkungan kampus, Mayang sudah dikenal karena prestasinya.
Secara akademik, ia selalu mendapat IPK di atas 3,5, dan menduduki peringkat 10 di jurusan. Mayang juga mendapatkan beasiswa dari Pemprov Lampung.
"Kami sangat kehilangan. Tadi dari kampus serta sebagian mahasiswa jurusan agribisnis datang ke rumah duka," ujarnya.
Sementara Suhesti Dwi Ayu, rekan korban yang dibonceng saat lakalantas, kini telah dibawa pulang ke Pesawaran oleh pihak keluarga. Kondisi Suhesti masih syok, sehingga Polinela memberikan kelonggaran untuk bisa menenangkan diri dulu.
Wulan, rekan sekampus Mayang, menceritakan sahabatnya tersebut sebagai sosok yang mandiri.
"Dia gak pernah merepotkan teman-temannya dan memang hidupnya mandiri banget," kata Wulan.
Sehari 2 Lakalantas
Kasatlantas Polresta Bandar Lampung, Kompol Syozarnanda Mega, membenarkan adanya dua lakalantas pada hari Selasa lalu.
"Kalau di perempatan bypass Khomarudin masih kami proses, kalau yang di Jalan Samratulangi tidak ada laporan," ujarnya.
Terkait lakalantas yang di Jalan Khomarudin sendiri, Nanda menuturkan, insiden itu melibatkan Colt Diesel bernopol BE 9840 CP dengan motor Honda Beat bernopol BE 3630 WN.
"Dua kendaraan itu sama-sama ke arah Natar (dari Panjang). Tapi, saat di perempatan (lampu merah), motor korban belok ke kanan, sehingga tersenggol dan terlindas mobil," tuturnya.
Nanda mengatakan peristiwa ini akan diproses sesuai aturan. "Saat ini masih diperiksa semua," ujarnya.(nif/byu)