Depan Napi Lapas Rajabasa, Anton Medan Cerita Berdakwah di Lokasi Pelacuran dan Lapas Sejak 1993

Depan Napi Lapas Rajabasa, Anton Medan Cerita Berdakwah di Lokasi Pelacuran dan Lapas Sejak 1993

Penulis: sulis setia markhamah | Editor: taryono
tribunnews
Anton Medan 

Depan Napi Lapas Rajabasa, Anton Medan Cerita Berdakwah di Lokasi Pelacuran dan Lapas Sejak 1993

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG  - Tidak ada yang menginginkan berada di lembaga pemasyarakatan dan mendekam di sel tahanan selama bertahun-tahun, bagi Anton Medan, masuk penjara adalah sebuah kesialan.

"Saya bilang masuk penjara itu karena sial. Kalau nggak sial, nggak mungkin sampai mendekam di sel," papar Anton Medan mengawali motivasinya di hadapan 300-an warga binaan Lapas Rajabasa di dalam masjid lapas setempat, Sabtu (3/11) siang.

Namun begitu, Anton mengaku tak kapok ketiban sial hingga 14 kali masuk keluar sel penjara.

"Di penjara pertama umur 12 tahun kena 4 tahun di Sumatera Utara waktu itu. Nggak lama bebas masuk (sel) lagi. Di sini ada gak yang begitu?" tanyanya.

Tindak kejahatan yang dilakukannya sebanyak 14 kali itu, terus Anton, semuanya adalah kasus pembunuhan dan perampokan.

"Menjalani total masa penjara 18 tahun 7 bulan. Tangan kanan maupun kiri patah, gigi pada copot. Kepala berapa kali cidera. Dari awal, kasus saya pembunuhan, perampokan," kata Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia ini.

Namun dia meminta para napi menjadikan ini sebagai pelajaran hidup dan mensyukurinya.

Karena di lapaslah menurutnya banyak pembelajaran hidup yang bisa dipetik.

"Pandai-pandai bersyukur. Di lapaslah saya kenal saya ini manusia. Saya mengawali dakwah itu ke lokasi pelacuran dan lapas sejak 1993. Sebelum 1994 membina seluruh lapas di Indonesia," kata Ketua Pembina Lapas dan Narapidana Seluruh Indonesia itu.

Sejak berniat memperbaiki diri, sambungnya, selain berdakwah dan memberi motivasi, juga membuka pesantren khusus mualaf Tionghoa.

"Kemudian berkembang menerima eks napi. Di sana kami pekerjakan juga untuk usaha buat spanduk. Ada 200 mantan napi," ceritanya.

Tak hanya itu, Anton mengembangkan sayap bisnisnya dengan membuka jasa instalasi untuk membuat rolling door dan lainnya, hingga membuka lapak pecel.

"Se-Jabodetabek saat ini sudah ada 480 lapak yang saya bangun, yang kerja semua bekas napi. Prosesnya tentu lewat pondok dulu," jelas Anton.

Menurutnya, ini adalah kali ke empat baginya berkunjung dan share pengalaman di Lapas Rajabasa.

"Sejak 1994 turun membina seluruh lapas di Indonesia. 2017 membina di lapas Selangor, Sabah Malaysia," tandasnya.

Napi Semangat Memperbaiki Diri

Salah satu napi Lapas Rajabasa Idan mengaku mendapatkan semangat hidup dari pemaparan yang disampaikan Anton Medan.

"Saya kasusnya pembunuhan dan itu pertama kali.

Saya juga dulu melakukannya spontan karena bantuin teman. Kena penjara 10 tahun. Teman juga disel di sini," beber pria lajang ini, Sabtu (3/11).

Warga Teluk Betung Bandar Lampung ini mengaku menyesali perbuatannya.

Dia berharap ke depan bisa menjadi pribadi lebih baik lagi. "

Dapat motivasi gini bikin tenang dan semangat memperbaiki diri," ucapnya.

Napi lainnya dengan kasus curas mengatakan, dirinya tinggal menjalani masa tahanan 1,5 tahun lagi. Dia berharap bisa menjadi pribadi lebih baik setelah ini.

"Dulu kepepet tanpa mikir panjang melakukan tindakan begitu. Nyesel, berharap nanti keluar dari sini bisa jadi pribadi lebih baik lagi," ujar pria separuh baya ini.

Terlebih, terusnya, ada banyak bekal yang didapatkan di Lapas Rajabasa. Seperti diajari bertani, pertukangan, hingga sulam.

"Mudah-mudahan salah satunya bisa saya geluti untuk nafkahin keluarga nanti," tandasnya.(lis)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved