Gara-gara Informasi Hoaks di WA, 2 Pria Direbut dari Tangan Polisi dan Dibakar
Gara-gara Informasi Hoaks di WA, 2 Pria Direbut dari Tangan Polisi dan Dibakar
Gara-gara Informasi Hoaks di WA, 2 Pria Direbut dari Tangan Polisi dan Dibakar
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Nasib dua pria Meksiko dibakar hidup-hidup oleh warga.
Hal itu dilakukan karena warga mendengar desas-desus tentang penculik anak yang menyebar lewat WhatsApp di sebuah kota kecil di Meksiko.

Kronologi Pembakaran Dua Pria Meksiko
Awalnya, Cordero menyaksikan sekumpulan orang berkumpul di luar kantor polisi yang berada tepat di sebelah toko miliknya pada tanggal 29 Agustus.
Cordero lantas mendekati pintu dan melihat apa yang terjadi di luar, dirinya mendapati kerumunan orang terus bertambah memadati luar pos polisi itu.
Dirinya mengaku, tidak ingat apakah dia pernah melihat kerumunan orang seperti itu di Acatlan, kecuali saat peringatan peristiwa tertentu.
Lebih lanjut, Cordero melihat sebuah mobil polisi yang melintasi tokonya dan membawa dua pria ke penjara kecil.
Mobil itu diikuti kerumunan orang itu dan terdengar teriakan tuduhan jika kedua pria yang dibawa ke penjara tersebut sebagai penculik anak.
Menanggapi tuduhan itu, polisi mengatakan jika kedua pria itu bukanlah penculik anak melainkan pelanggar hukum ringan.
Polisi mengatakan tidak terdapat bukti kedua pria itu melakukan kejahatan.
Kedua pria itu dibawa ke pos lantaran "mengganggu ketertiban" setelah didatangi penduduk setempat.
Tetapi kerumunan di luar kantor polisi di Reforma Street itu mengartikan kehadiran kedua pria tersebut dalam versi berbeda.
Dibumbui cerita yang asalnya tidak jelas dan menyebar lewat pesan pribadi WhatsApp.
"Semua orang harap waspada karena adanya wabah penculikan anak di negara ini," tulis pesan yang beredar waktu itu.
"Seperti para penjahat ini yang terlibat dalam perdagangan organ tubuh... Dalam beberapa hari terakhir, anak berumur empat, delapan dan 14 tahun menghilang dan sebagian anak ini ditemukan meninggal dengan organ tubuh yang dicabut. Perut mereka dibuka dan dikosongkan."
Pasalnya, kedua pria itu terlihat di dekat sekolah dasar bernama San Vicente Boqueron.
Lantas, Ricardo dan Alberto kemudian dianggap sebagai penculik anak.
Mereka menjadi korban ketakutan yang dirasakan masyarakat akibat berita hoaks.
Berita penangkapan mereka memang menyebar bersamaan dengan desas-desus penculik anak.
Warga Diprovokasi
Kerumunan orang mendatangi kantor polisi, sebagian karena dipanas-panasi oleh seorang warga bernama Francisco Martinez atau "El Tecuanito".
Menurut polisi, Martinez adalah satu di antara orang yang menyebarkan pesan di Facebook dan Whatsapp.
Martinez, kata polisi, yang menuduh Ricardo dan Alberto.
Di luar kantor polisi, dia mulai melakukan 'siaran langsung' pada Facebook melalui teleponnya.
"Penduduk Acatlán de Osorio, Puebla, tolong berikan dukungan Anda, berikan dukungan Anda," katanya di depan kamera.
"Percaya kepada saya, penculiknya sekarang ada disini."
Sementara pria lain, yang disebut sebagai Manuel oleh polisi, memanjat atap gedung balaikota di sebelah kantor polisi dan membunyikan lonceng kantor pemerintah.
Upaya ini dilakukan untuk memberitahu penduduk setempat jika polisi berencana membebaskan Ricardo dan Alberto.
Lalu pria ketiga, Petronilo Castelan atau "El Paisa" menggunakan pengeras suara untuk meminta penduduk menyumbangkan uang guna membeli minyak tanah.
Minyak tanah itu digunakan agar dapat membakar kedua pria itu lalu dia mendatangi kerumunan orang untuk mengumpulkannya.
Saksi mata sekaligus pemilik toko, Maura Cordero menyaksikan kejadian itu dengan ketakutan karena dia mendengar para kerumunan orang itu akan membakar hidup-hidup kedua pria itu.
Detik-detik Pembakaran
Tidak lama kemudian, kumpulan orang itu menjadi gerombolan dengan satu tujuan.
Pintu sempit pos polisi dibuka dengan paksa dan Ricardo dan Alberto Flores diseret keluar.
Sementara orang mengangkat tinggi-tingi telepon mereka untuk merekam, kedua pria itu didorong ke lantai di bawah dan dipukuli.
Minyak tanah yang dibawa sebelumnya kemudian disiramkan ke tubuh mereka.
Saksi mata meyakini Ricardo sudah meninggal karena dipukuli, tetapi pamannya, Alberto masih hidup ketika mereka membakar keduanya.
Rekaman video memperlihatkan anggota tubuhnya bergerak perlahan saat api melalap mereka.
Jenazah gosong dibiarkan di tanah selama dua jam setelah dibakar, sementara jaksa dari Puebla City dalam perjalanan ke Acatlan.
Petra Elia Garcia, nenek Ricardo dipanggil ke tempat kejadian untuk mengidentifikasi dan dia mengatakan air mata masih terlihat di pipi Alberto saat dia tiba.
"Lihat apa yang Anda lakukan kepada mereka!" teriaknya kepada sisa kerumunan orang yang sudah mulai membubarkan diri.
Menurut pemerintah, lima orang itu sekarang didakwa memicu terjadinya kejahatan dan empat orang lain didakwa melakukan pembunuhan.
Martinez, yang menyiarkan secara langsung adegan kekerasan tersebut.
Castelan, yang meminta minyak tanah dan seorang pria yang disebut sebagai Manuel yang membunyikan lonceng.
Mereka adalah tiga dari lima orang itu.
Dua orang yang diduga penghasut dan empat terduga pembunuh masih buron, kata polisi.
Tak Hanya Terjadi di Meksiko
Kematian Ricardo dan Alberto Flores di kota kecil Meksiko bukanlah peristiwa sejenis satu-satunya.
Rumor dan berita palsu di Facebook dan WhatsApp juga menyebabkan kekerasan mematikan di India, Myanmar dan Sri Lanka, selain negara-negara lain.
Di India, sama seperti Meksiko, teknologi membesarkan desas-desus tentang penculik anak di abad ke-21, membuat informasi lebih cepat dan lebih jauh penyebarannya dengan tingkat ketepatan yang lebih rendah.
WhatsApp yang dibeli Facebook senilai US$19 miliar atau Rp 281 triliun pada tahun 2014, dikaitkan dengan serangkaian pembunuhan oleh kerumunan orang di India, yang sering kali dipicu berita palsu penculik anak.
Di negara bagian Assam pada bulan Juni, terjadi kejadian yang mirip dengan di Acatlán, dimana Abhijit Nath dan Nilotpal Das mati dipukuli 200 orang.
Menurut laporan Reuters Institute for the Study of Journalism tahun 2018, baik WhatsApp maupun Facebook banyak digunakan untuk pemberitaan di Meksiko.
Menurut laporan yang sama, 63% pengguna internet diMeksiko mengatakan mereka sangat khawatir atau benar-benar sangat khawatir terkait dengan penyebaran berita palsu.
"Platform digital dipakai sebagai kendaraan untuk menyalurkan yang terbaik dan terburuk dari kita, termasuk ketakutan dan prasangka," kata Manuel Guerrero, direktur School of Communication di Universidad Iberoamericana, Meksiko.
"Dan itu lebih terlihat jika pihak berwajib yang seharusnya dapat menjamin keamanan kita, tidak efektif bekerja," katanya.
Tanggapan Facebook
Juru bicara Facebook mengatakan kepada BBC jika platform itu "tidak menginginkan layanan kami dipakai untuk memicu kekerasan".
"Permulaan tahun ini kami mengidentifikasi dan mencabut video yang memperlihatkan kekerasan di negara bagian Puebla, Meksiko, dan kami memperbarui kebijakan kami terkait dengan pencabutan isi yang dapat menciptakan masalah serius," kata juru bicaranya.
"Kami akan terus bekerja dengan perusahaan teknologi, masyarakat madani dan pemerintah dalam memerangi penyebaran isi yang kemungkinan akan menciptakan masalah."
Tanggapan Polisi Siber Mexico
Polisi siber Mexico City menciptakan kelompok chat di WhatsApp yang memungkinkan komunikasi langsung dengan penduduk di paling tidak 300 pemukiman di ibu kota.
Para warga bertanya kepada polisi tentang cara memverifikasi cerita dan polisi menggunakan kelompok untuk mengumpulkan bukti terkait dengan pihak-pihak yang menyebarkan berita palsu.
Kelompok ini juga membicarakan: pencurian identitas, usaha memeras dan perdagangan manusia.
"Masyarakat harus mengkaji apa yang benar dan mana yang salah, kemudian memutuskan apa yang dapat dipercayai dan mana yang tidak."
Kurangnya penegakan hukum dan budaya yang membebaskan penghukuman di Meksiko membuat rumor pemicu kekerasan menjadi "dinamit yang sebenarnya," kata Tatiana Clouthier, anggota parlemen Chamber of Deputies negara itu.
"Tetapi apa yang bisa kita antisipasi? Kita harus memprioritaskan kebebasan menyatakan pendapat, tetapi dimana batasnya? Itu adalah topik yang tidak satupun dari kita ingin sentuh karena tidak seorangpun ingin membatasi kebebasan menyatakan pendapat, tetapi kita tidak dapat membiarkan informasi yang salah. Keadaan yang kita hadapi sangat berbahaya," tambahnya.
Tautan Asal: Mati dibakar hidup-hidup karena desas-desus di WhatsApp
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judulDirebut dari Kantor Polisi, Dua Pria di Meksiko Dibakar Hidup-hidup karena Desas-desus di WhatsApp