Napi Teroris yang Ditahan di Lapas Nusakambangan Tewas. Terungkap Penyebabnya

Napi Teroris yang Ditahan di Lapas Nusakambangan Tewas. Terungkap Penyebabnya

tribunjateng/lipsus
Lapas Nusakambangan di Pulau Nusakambangan Kabupaten Cilacap 

Napi Teroris yang Ditahan di Lapas Nusakambangan Tewas. Terungkap Penyebabnya

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Wawan Prasetyawan, seorang napi kasus terorisme di Lapas Kelas 1 Batu, Nusakambangan atau dikenal sebagai Lapas Nusakambangan dikabarkan meninggal dunia, Senin (17/12/2018) dini hari tadi.

Diberitakan jenazah akan langsung dimakamkan di kawasan Pedan, Klaten, Senin siang ini.

Camat Pedan Rahayu Sri Wahyuni saat dikonfirmasi Tribun Jateng membenarkan hal tersebut.

Pengalaman Pembunuh Sadis John Kei Saat Diisolasi di Lapas Super Maksimum Nusakambangan

Jenazah langsung dibawa ke rumah duka dan sampai pukul 06.00 tadi.

Menurutnya, Wawan meninggal karena penyakit paru-paru basah yang dideritanya.

"Wawan sesuai data kependudukan di Kecamatan Pedan belum menikah," paparnya.

Berdasar info yang dihimpun, Wawan ditangkap Datasemen Khusus (Densus) Antiteror 2016 silam saat naik sepeda di pinggir jalan kampung.

Wawan ditangkap sebab terlibat jaringan Bahrun Naim, teroris daftar pencarian orang yang kabur di Syuriah bergabung dengan ISIS. 

Jenazah Wawan langsung dibawa ke rumah duka dan sampai pukul 06.00 tadi.

Suasana kampung asal Wawan Prasetyawan, seorang Napi Terorisme di Lapas Kelas 1 Batu, Nusakambangan dikabarkan meninggal dunia, Senin (17/12/2018) dini hari tadi.
Suasana kampung asal Wawan Prasetyawan, seorang Napi Terorisme di Lapas Kelas 1 Batu, Nusakambangan dikabarkan meninggal dunia, Senin (17/12/2018) dini hari tadi. (Tribun jateng/ akbar hari mukti)

Napi teroris tewas dehidrasi

Sebelumnya, seorang napi teroris yang mendekam di Lapas Nusakambangan juga dikabarkan meninggal dunia 21 September 2018.

Awalnya, dua narapidana kasus terorisme yang menjalani masa hukuman di Pulau Nusakambangan dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilacap, Jawa Tengah, Jumat (21/9/2018).

Kedua napiter itu adalah WT alias Abu Fakih (34) kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bandung dan WN alias Hamam (24) kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso.

Mengutip Kompas.com, Koordinator Kepala Lapas se-Nusakambangan Hendra Eka Putranto mengatakan, WT yang menjalani masa hukuman di Lapas Klas II A Besi itu mengalami sesak nafas sekitar pukul 12.30.

Petugas kemudian memberikan tindakan pertama dengan membawa WT ke dokter Lapas Besi.

“Namun kondisi WT memburuk hingga akhirnya sekitar pukul 17.20, yang bersangkutan kami rujuk ke IGD RSUD Cilacap,” kata Hendra saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (22/9/2018).

Pada hari yang sama, WN yang menjalani masa hukuman di Lapas Klas I A Besi mengalami sakit perut disertai muntah-muntah.

Ilustrasi - Kondisi gerbang Dermaga Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah, pintu masuk ke Pulau Nusakambangan, Kamis (10/5/2018), jelang kedatangan napi teroris dari Mako Brimob Depok.
Ilustrasi - Kondisi gerbang Dermaga Wijayapura, Cilacap, Jawa Tengah, pintu masuk ke Pulau Nusakambangan, Kamis (10/5/2018), jelang kedatangan napi teroris dari Mako Brimob Depok. (KOMPAS.com/Iqbal Fahmi)

Ia sempat mendapatkan penanganan dari dokter Lapas Besi.

Kemudian sekitar pukul 17.10, WN akhirnya dirujuk ke RSUD Cilacap karena tidak ada progres signifikan.

Hendra mengatakan, dari hasil diagnosa dokter, WT mengalami dehidrasi.

Kondisinya sudah semakin membaik, meskipun masih harus menjalani rawat inap di RSUD Cilacap.

Sementara WN mengalami dehidrasi parah dan usus buntu pecah.

Pada Jumat pukul 19.20 WIB, WN dinyatakan meninggal dunia dan masih proses pemulangan ke rumah duka di Solo, Jawa Tengah.

"Semua proses dari mulai pemindahan, penyeberangan, hingga pengamanan di rumah sakit dibantu Densus 88 antiteror," ujar Hendra.

Ia mengatakan, kedua napiter tersebut sering tidak makan makanan yang disediakan petugas lapas.

Hal inilah yang menyebabkan menurunnya kondisi fisik kedua napiter tersebut.

"Keduanya ini pilih-pilih makan, sering tidak cocok dengan menu yang diberikan petugas," katanya.

Adapun anggaran yang dialokasikan negara untuk keperluan konsumsi seluruh napi di Nusakambangan adalah Rp 14.000 tiap napi.

Semua menu yang dimasak telah dihitung dengan cermat menyesuaikan kebutuhan kalori para napi.

"Semua napi mendapat jatah yang sama, tidak ada yang dibedakan. Kami menjamin ransum untuk napi higienis dan pastinya halal. Kami juga memfasilitasi napi yang ingin melakukan sahur untuk berpuasa," ujar Hendra.

 
 
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved