Membongkar Mafia Bola di Mata Najwa Trans7, Kapolri Kendalikan Langsung Satgas Berisi Para Jenderal

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku prihatin dengan munculnya isu match fixing atau pengaturan skor.

tribunwow.com
Ilustrasi - Kapolri Jenderal Tito Karnavian. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengaku prihatin dengan munculnya isu match fixing atau pengaturan skor maupun isu suap mafia bola yang terjadi di persepakbolaan Indonesia.

Tito Karnavian menjadi narasumber di acara Mata Najwa Trans7 edisi PSSI Bisa Apa Jilid 2 pada Rabu (19/12/2018) malam.

Dilansir dari Facebook Trans7, Tito menuturkan, pengaturan skor termasuk dalam kasus penipuan.

"Terus terang, yang pertama saya sangat prihatin, kita semua pernah mendengar isu match fixing permainan score dan mengatur ranking, dan lain-lain," ujarnya.

Sosok yang menjabat Kapolri itu menegaskan, untuk menangkap mafia pengaturan skor, pihak kepolisian memiliki prinsip, jika ingin menangkap 'maling' maka harus juga menggunakan 'maling'.

"Tapi sampai sekarang, masih belum bisa dibuktikan. Ini pengakuan dari inner circle itu sebenarnya prinsipnya polisi, kalau mau nangkap maling ya gunakan maling juga."

"Jadi kalau mau nangkap sesuatu ya gunakan operasi internal, gunakan dari orang-orang di dalam itu sendiri," tambahnya.

Kasus Pengaturan Skor Terkuak di Mata Najwa, Rahmad Darmawan Ternyata Pernah Ditawari Uang Miliaran

Pembawa acara Mata Najwa Trans7, Najwa Shihab lalu memberikan penegasan karena sebelum Tito diminta untuk bicara, ada beberapa pengakuan hingga bukti yang diputarkan soal pengaturan skor.

"Kepolisian merasa ini pintu (bukti) yang cukup untuk membawa ini ke ranah ini?" tanya Najwa Shihab.

"Kita melihat ini lumayan dengan melihat adanya bukti, kasus ini bisa jadi kasus penipuan dalam pidana penipuan setelah itu mengembang penipuan orang per orang atau bagian yang sistematis," jawab Tito.

Dilansir oleh Bolasport.com, Tito juga memberikan janji mengusut pengaturan skor dengan membentuk satuan tugas (satgas).

Kerja satgas itu dimulai dengan keterangan para mantan pelaku dan korban pengaturan skor.

Saat ini, menurut Tito, satgas juga telah memberikan surat pada Januar Herwanto, manajer dari Madura FC yang mengaku pernah diberikan tawaran pengaturan skor dari mantan anggota Komite Eksekutif (Exco) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Hidayat.

Tito akan mengendalikan langsung tim satgas tersebut dengan memanggil polisi berpangkat bintang satu dan dua untuk menjadi anggota penyelidik.

Nama Mafia Pengaturan Skor Terungkap

Sebelumnya, Manajer Persekam Metro FC, Bambang Suryo, kembali mengungkap mafia pengaturan skor di sepak bola Indonesia.

Dalam acara Mata Najwa Trans7, Bambang Suryo kembali hadir dan membocorkan segala kebusukan di Liga Indonesia.

Dalam acara tersebut, Bambang Suryo memperlihatkan buku catatan yang berisikan daftar runner dan sub-runner, yang aktif berkegiatan pada 2011-2015.

Buku tersebut tertulis daftar nama runner pengaturan skor yang memegang suatu daerah.

Namun dalam buku tersebut, hanya disebutkan inisial seperti BS (Bambang Suryo), AA, AS, dan GNW yang memegang daerah Jawa Timur.

Kemudian, inisial KR, BANG, KN wilayah Jogja, AN Jawa Tengah, JB Tangerang, M Kaltim, dan OD Sumatera Utara.

Dalam daftar runner tersebut, Bambang Suryo menyebut, ada empat pelatih klub yang ikut terlibat sebagai pelaku.

Sebelumnya, Bambang Suryo mengaku telah mendapatkan teror dari orang tidak dikenal karena berani membocorkan mafia pengaturan skor.

"Setelah datang ke Mata Najwa, banyak teror, saya pernah didatangi dua kali sama 8 orang, ya saya hadapi. Saya tak tau siapa mereka," kata manajer Persekam Metro FC tersebut.

Acara tersebut juga menghadirkan Mr X yang dirahasiakan identitasnya, dan berani membocorkan mafia pengaturan skor demi sepak bola Indonesia.

Mr X lagi-lagi menyebut nama Vigit Waluyo yang menjadi dalang pengaturan skor di Liga 2.

"Vigit Waluyo adalah raja di Liga 2. Banyak pertandingan yang diatur oleh Vigit Waluyo," katanya.

Diminta Uang

Di Mata Najwa Trans7 episode PSSI Bisa Apa Jilid 2, Manajer Persibara (Persatuan Sepak Bola Banjarnegara) mengungkap insiden uang bola dalam pertandingan sepak bola yang dihadapi timnya.

Budhi menuturkan, setelah Lasmi dilantik sebagai manajer, ia mulai berhubungan dengan Ketua Asprov Jawa Tengah, Johar Ling Eng.

"Karena saya mulai sibuk menjadi bupati, saya menunjuk putri saya sebagai manajer Persibara (Lasmi Indriyani), mulai dilantik, mulai Mbak Lasmi berhubungan dengan Ketua Asprov, namanya Pak Johar Ling Eng," ujar Budhi.

"Berhubungan, mulai kita dilatih, ditawari, pemain sepak bola ditawarin pelatih, berlaga, alhamdulillah menang."

Di situlah, Lasmi meminta uang ke bapaknya untuk membayar kemenangan timnya.

"Pak ini untuk kemenangan kita harus ngasih duit Rp 100 juta," ujar Budhi menirukan Lasmi.

"Berlaga lagi, menang lagi, suruh ngasih duit Rp 100 juta, berkali-kali terus seperti itu, sampai tingkat final, putri saya minta duit, minta duit Rp 500 juta, untuk apa minta duit Rp 500 juta, untuk jadi tuan rumah," cerita Budhi.

"Nanti kan tiketnya bisa buat ganti, okelah ditawar, katanya ada kemurahan, 'bapak di DP dulu Rp 50 juta', Ya sudah kasih aja ditransfer Rp 50 juta."

Setelah itu, Budhi menanyakan perihal uang Rp 175 juta yang dibayarkan sebelumnya, namun timnya tidak menang.

"Yang dulu minta lagi Rp 175 juta buat apa? karena dulu dijanjikan menang untuk porprov di Solo, kan kalah, iya katanya uangnya mau dikembalikan," cetus Budhi menceritakan percakapan dirinya dengan pelaku mafia bola.

Budhi kemudian membeberkan, dalam jangka enam bulan, ia telah mengeluarkan uang sebesar Rp 1,3 miliar.

"Kalau dicatat semua saya sudah keluar duit sudah Rp 1,3 miliar. Dalam jangka 6 bulan," pungkas Budhi.

Manajer Persibara Banjarnegara, Lasmi Indaryani, membeberkan masalah yang sempat menimpa Persibara Banjarnegara di acara Mata Najwa.
Manajer Persibara Banjarnegara, Lasmi Indaryani, membeberkan masalah yang sempat menimpa Persibara Banjarnegara di acara Mata Najwa. (Capture Youtube Najwa Shihab)

Kemudian, Lasmi menambahkan awal mula ia bertemu mafia bola tersebut.

"Pada awalnya, ayah saya minta saya belajar, waktu itu kondisinya Banjarnegara, Persibara pernah dicurangi wasit," ungkap Lasmi.

Ia kemudian mengeluhkan ke Ketua Asprov Jawa Tengah, Johar bahwa perangkat pertandingan mengaku memainkan peran dalam hasil skor.

"Itu perangkat pertandingannya malah ngaku di depan saya bahwa dia itu mengawal PSIP Pemalang," kata Lasmi menceritakan.

Saat itu, Johar menaikkan kasus ke rapat di komdis, wasit dan pemain mendapat sanksi di komdis.

"Saat itu Pak Johar mengenalkan saya kepada mafianya ini, yaitu Mr P."

Lasmi menuturkan, Johar mengenalkan Mr P dengan dalih agar Persibara tidak salah jalur dan dicurangi.

"Jadi (Johar) bilang, Mbak mau maju bolanya, sama bapak ini (Mr P)," cerita Lasmi menirukan perkataan Johar.

Ia menuturkan banyak iming-iming yang ditawarkan Mr P terkait kemenangan pada pertandingan.

Tak jarang, ia mengaku timnya juga kalah walaupun telah membayar sejumlah uang.

Lasmi juga mengatakan anak dari Mr P, Mr T menjadi asisten pribadinya, dan sebagai 'pengompor'.

Misalnya, ia menuturkan bahwa uang dalam pertandingan sepak bola adalah hal yang biasa.

Lasmi juga menuturkan ia pernah merasa ditipu Mr T.

Ia mengaku pernah ditawarkan menjadi manajer putri Timnas U 16, lantaran Mr T menuturkan, jika Lasmi ingin memiliki kasta, harus memiliki jabatan di timnas pusat.

"Saat itu saya dan ayah saya mengeluarkan Rp 300 juta-Rp 400 juta."

Lasmi menuturkan, uang itu untuk biaya operasional.

Namun, ia tak mengerti hitungan Mr T dan Esko PSSI Pusat yang bernama Papat Yunisal.

Manajer tim Liga 3, Persibara Banjarnegara, Lasmi Indaryani membeberkan sejumlah hal terkait kasus match fixing yang terjadi di Liga 3 2018.
Manajer tim Liga 3, Persibara Banjarnegara, Lasmi Indaryani membeberkan sejumlah hal terkait kasus match fixing yang terjadi di Liga 3 2018. (Capture Live Trans7 via Vidio.com)

Transaksi bukti

Budhi beserta Lasmi juga memperlihatkan bukti transfer yang mereka miliki terkait uang pertandingan hasil bola.

Dalam tayangan itu, tampak ada beberapa nama yang telah mendapat uang dari Budhi dan Lasmi, pada sejumlah pertandingan.

Di antaranya, Bang Mansur (nama samaran), Mbah Putih (nama samaran Komdis PSSI pusat), Pak Johar, Dessy, Wasit, dan untuk akomodasi seperti hotel, pertemuan wasit, dan sebagainya.

Mantan Exco PSSI Hidayat Didenda Rp 150 Juta karena Terlibat Pengaturan Skor

 

Jadwal yang memiliki bukti transaksi uang itu, yakni Banjarnegara vs Kediri, Komite Kompetisi PSSI, dan Kediri vs Banjarnegara.

Pada bukti transaksi itu, tertulis pengeluaran keseluruhan untuk Liga 3, yakni Rp 237 juta, dan untuk Porprov Rp 105 juta.

Total Rp 342 juta.

Lasmi menuturkan, uang itu di transferkan ke nama Mbah Pri, Priyanto.

Namun, ia tak mengerti nama asli pemilik nomor rekening.

Bukti Transfer Manajer Persibara kepada mafiabola. Di Mata Najwa, Rabu (19/12/2018).
Bukti Transfer Manajer Persibara kepada mafiabola. Di Mata Najwa, Rabu (19/12/2018). (Capture Youtube Trans 7)

Artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Buka-Bukaan Soal Pengaturan Skor, Manajer Persibara Klaim Keluarkan 1,3 Miliar dalam Enam Bulan dan Siap Berantas Pengaturan Skor di Liga Indonesia, Tito Karnavian: Nangkap Maling harus Pakai Maling serta BolaSport.com dengan judul "Terkuak, Ini Daftar Runner Pengaturan Skor Sepak Bola Indonesia"

Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved