Tribun Lampung Selatan

Hitungan Sementara Kerugian Akibat Tsunami Selat Sunda Capai Rp 202 Miliar

Kepala Bappeda Lampung Selatan Wahidin Amin, dari hasil penghitungan sementara total kerugian dampak dari tsunami selat Sunda mencapai Rp 202 miliar.

Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung/Dedi
Banyak rumah warga di desa Kunjir hancur pasca tsunami selat sunda 22 Desember lalu 

Laporan Wartawan Tribunlampung Dedi Sutomo

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, LAMSEL - Pemerintah kabupaten Lampung Selatan telah lakukan penghitungan sementara total kerugian akibat tsunami selat Sunda yang memporakporandakan kawasan pesisir Rajabada dan Kalianda.

Menurut Kepala Bappeda Lampung Selatan Wahidin Amin, dari hasil penghitungan sementara total kerugian dampak dari tsunami selat Sunda mencapai Rp 202 miliar.

Ini meliputi kerusakan sarana publik dan juga rumah masyarakat.

"Angka ini masih bersifat sementara. Karena kita masih terus melakukan update data. Bisa saja jumlahnya bertambah," kata dia usai rapat koordinasi, Rabu (16/1).

Dirinya mengatakan untuk kerusakan infrastruktur publik mencapai Rp 100 miliar.

Sedangkan untuk kerugian dari sarana hunian masyarakat, usaha dan lainnya mencapai Rp. 102 miliar.

Wahidin mengatakan data tentang kerugian ini akan menjadi dasar untuk membuat rencana rekonstruksi dan rehabilitasi pasca bencana tsunami.

Penipu Catut Nama Kajari Bandar Lampung Jalankan Aksinya, Hentoro Minta Semua Pihak Agar Waspada

Rencana rekonstruksi dan rehabilitasi ini akab segera disusun dan diajukan ke pemerintah pusat.

"Ini kita masih terus melakukan pendataan lagi. Segera akan kita susun rencana rekonstruksi dan rehabilitasi pasca bencana untuk diserahkan kepada pemerintah pusat," tandas Wahidin.

2 Fakta Aneh yang Terjadi Pada Gunung Anak Krakatau

Saat ini Gunung Anak Krakatau (GAK) mengalami fenomena aneh pasca tsunami Selat Sunda. 

Bahkan GAK kini tingginya hanya 110 meter dan tak hanya itu, air laut di sekitarnya berwarna orange kecokrlatan. 

Pasca terjadi tsunami Selat Sunda pada 22 Desember lalu, aktivitas Gunung Anak Krakatau hingga kini masih menjadi sorotan.

Gunung Anak Krakatau Tak Bakal Meletus Lebih Dahsyat dari Tahun 1883? Ini Penjelasan BNPB

Meski jumlah letusan sudah menurun, Gunung Anak Krakatau masih dalam status siaga.

Bagaimana tidak, air laut di sekitar GAK berubah warna menjadi orange kecoklatan.

Tinggi gunung pun semakin menurun dari 338 meter menjadi 110 meter.

Hal tersebut dilansir TribunStyle melalui akun Instagram Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat di BNPB.

Sutopo mengunggah kondisi terkini GAK yang diambil dari helicopter BNPB pada 13/1/2019, 12.31 WIB.

Pada caption yang dituliskan Sutopo menuliskan gambaran kondisi GAK.

"Inilah Gunung Anak Krakatau (GAK) dari helicopter BNPB pada 13/1/2019, 12.31 WIB. Tubuh GAK telah banyak berubah. Saat ini tinggi GAK hanya 110 meter dari sebelumnya 338 meter. Jumlah letusan cenderung menurun.
.
Warna air laut yang orange kecoklatan adalah hidrosida besi (FeOH3) yang mengandung zat besi tinggi yang keluar dari kawah dan larut ke dalam air laut."

Setelah Air Laut Berwarna Oranye, Begini Kondisi Terkini Gunung Anak Krakatau

Ia menjelaskan jika fenomena yang terjadi itu hanya sementara dan air laut bisa kembali jernih.

"Fenomena ini hanya sementara. Lama-lama zat besi akan larut dan air laut kembali jernih. Jika ada letusan dan mengeluarkan lava maka akan langsung masuk ke dalam air laut."

Meski menunjukkan penurunan, status GAK hingga kini masih berstatus siaga atau level 3.

"Aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau terus menunjukkan adalah penurunan. Pada 13/1/2019 pukul 06.00 - 12.00 WIB tidak ada letusan. Status tetap Siaga (level 3). Daerah berbahaya ada di dalam radius 5 km dari puncak kawah," tulis Sutopo pada captionnya.

Warna Air Laut Jadi Oranye di Sekitar Gunung Anak Krakatau, Berikut Penjelasan BNPB, BMKG, dan PVMBG

Video di atas merupakan kondisi GAK pada Jumat (11/1/2019)

"Inilah kondisi Gunung Anak Krakatau yang didokumentasikan dengam drone oleh ⁦@EarthUncutTV⁩ pada 11/1/2019. Tubuh Gunung Anak Krakatau telah berubah drastis pasca longsor dan letusan pada akhir tahun 2018."

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved