Pernah Sholat Jumat di Masjid Selandia Baru, Suami Ayudia Bing Slamet Ungkap Kesedihannya

Pernah Sholat Jumat di Masjid Selandia Baru, Suami Ayudia Bing Slamet Ungkap Kesedihannya

KOMPAS.com/Dian Reinis Kumampung
Artis peran Ayudia Bing Slamet dan sang suami Ditto saat diabadikan di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Selasa (6/12/2016). 

Pernah Sholat Jumat di Masjid Selandia Baru, Suami Ayudia Bing Slamet Ungkap Kesedihannya

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Muhammad Pradana Budiarto alias Ditto Percussion, turut prihatin atas tragedi penembakan brutal yang terjadi di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (16/3/2019).

Melalui akun Instagram @dittopercussion, suami Ayudia Bing Slamet itu menuliskan kesedihannya atas kejadian tersebut.

Terlebih, Ditto pernah salat Jumat di masjid yang menjadi lokasi pembantaian tersebut.

"Sedih banget gak habis pikir tempat saya solat Jumat waktu traveling di Nz menjadi tempat pembantaian!! Keji sekali manusia itu," tulis Ditto dalam kolom caption.

Ia pun menyayangkan kejadian ini, karena sebelumnya Selandia Baru menjadi salah satu negara teraman di dunia.

"Negara teraman di dunia sekarang malah menjadi tempat para terorist memanfaatkannya!!," kata Ditto.

"Sedih bnget denger NZ Christcruch yang kita tau aman skrng jadi menyeramkan," lanjutnya.

Penembakan brutal tersebut terjadi di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood yang berjarak sekitar lima kilometer.

Saat itu, puluhan jemaah masjid sedang melakukan ibadah salat Jumat.

Akibat kejadian ini, setidaknya 49 nyawa melayang dan 20 korban lainnya luka-luka.

"Amat jelas insiden ini adalah sebuah serangan teroris. Dari apa yang kami tahu, serangan ini telah direncanakan dengan baik," kata Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, dikutip dari Kompas.com.

Seorang WNI Korban Tragedi Penembakan Selandia Baru Meninggal Dunia, Ini Identitasnya

Pernah ke Selandia Baru

Seperti yang ditulis Ditto, dirinya pernah traveling ke Selandia Baru.

Pada vlog yang diunggah dalam YouTube Teman Tapi Menikah, Ditto melakukan perjalanan ke Selandia Baru bersama Ayudia dan putranya Dia Sekala Bumi.

Mereka terbang dari Jakarta menuju Christchurch sebelum akhirnya menjelajahi Selandia Baru menggunakan campervan.

Gestur Nyengir dan Supremasi Kulit Putih

Teroris penembakan di masjid Christchurch, Selandia Baru, Brenton Tarrant menjalani sidang perdananya Sabtu (16/3/2019).

Tarrant didakwa telah melakukan serangan teror di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood yang berjarak lima kilometer, serta membunuh 49 orang.

Setidaknya satu orang anak dilaporkan tewas dalam penembakan ketika Shalat Jumat, dengan puluhan jemaah lain belum diketahui keberadaannya.

Berpakaian putih dan bertelanjang kaki, Tarrant seperti diwartakan Daily Mirror hadir dengan tangan terborgol ke Gedung Pengadilan Distrik Christchurch.

Di sana, dia sempat "nyengir" kepada awak media yang langsung mengambil gambarnya, dan membentuk gestur "OK" menggunakan tangannya.

Daily Mirror memberitakan, gestur yang dibuat oleh pria berusia 28 tahun tersebut merupakan simbol dari supremasi kulit putih.

Atas perintah hakim, awak media yang mengambil gambar wajah Tarrant harus memburamkannya sebelum mempublikasikan kepada khalayak.

Selama persidangan berlangsung, dia hanya terdiam dan bakal kembali menjalani sidang di Pengadilan Tinggi 5 April mendatang.

Selama berada dalam tahanan, teroris asal Grafton, Australia, yang dulunya merupakan personal trainer itu tidak akan mendapat pembebasan dengan jaminan.

Dalam manifesto yang diunggah ketika penembakan terjadi, Tarrant mengungkapkan dia sudah merencanakan untuk melakukan penembakan selama dua tahun terakhir.

"Aku memulai rencana serangan ini sejak dua tahun terakhir. Kemudian menetapkan lokasi di Christchurch dalam tiga bulan terakhir," katanya.

Dalam manifesto setebal 74 halaman itu, Tarrant memperkenalkan diri sebagai anti-imigran dengan para korban disebutnya sebagai "sekelompok penjajah".

Di manifesto tersebut, dia mengatakan ingin membebaskan tanah milik kaumnya dari "para penjajah", dan terinspirasi dari Anders Breivik.

Saat sidang berlangsung, publik dilarang untuk memasuki gedung dengan seseorang mengaku ingin menikam Tarrant.

Bahkan menunjukkan senjata yang bakal dipergunakannya. Selain Tarrant, polisi mengumumkan juga menangkap tiga orang lain, dua pria dan satu perempuan, yang berhubungan dengan insiden tersebut.

Satu pria diidentifikasi bernama Daniel John Burrough (18) didakwa dengan mengobarkan ujaran kebencian dan permusuhan. Namun dia tidak disidang di gedung yang sama.

 

(tribunlampung.co.id / TribunTravel.com / kompas.com)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved