Ustadz Adi Hidayat Puji KH Hasyim Asyari dan Kitab Karyanya hingga Mimpi Didatangi Gus Dur

Ustadz Adi Hidayat Puji KH Hasyim Asyari dan Kitab Karyanya hingga Mimpi Didatangi Gus Dur

Penulis: Wakos Reza Gautama | Editor: Heribertus Sulis
Ustadz Adi Hidayat Puji KH Hasyim Asyari dan Kitab Karyanya hingga Mimpi Didatangi Gus Dur 

Ustadz Adi Hidayat Puji KH Hasyim Asyari dan Kitab Karyanya hingga Mimpi Didatangi Gus Dur

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Ustadz kondang Adi Hidayat pernah mengungkap kitab lokal yang ditulis seorang ulama besar Indonesia. Ustadz Adi Hidayat memuji kitab ini sebagai kitab lokal rasa internasional.

Dalam salah satu kajiannya, Ustaz Adi Hidayat pernah membahas kitab yang ditulis ulama besar Indonesia ini.

"Tidak kalah dengan kitab para ulama lain. Kitab ini sangat istimewa karena dikarang tokoh besar indonesia dan memiliki sanad di hampir semua turunan kitab-kitab hadis," ujarnya dalam satu video yang beredar di YouTube.

Menurut Adi Hidayat, pencantuman sanad dalam kitab tersebut untuk menunjukkan bahwa apa yang ditulis bukan pendapat pribadi tapi petunjuk dari Nabi SAW.

Ia mengutarakan, kitab tersebut berisi tentang petunjuk bagi para pengajar dan pembelajar tapi isinya tidak kalah dibandingkan dengan kitab-kitab ulama internasional. 

"Umumnya kitab-kitab di luar (ulama internasional) membahas satu dua hadis lalu turunanya dijelaskan dengan pendapat-pendapat. Sedangkan dalam kitab ini hampir 85 persen isinya hadis-hadis nabi SAW. 

Hanya sedikit kalimat-kalimat penerangannya saja. Kitab tersebut bernama Âdâbul ‘Âlim wal Muta’allim.

Penulisnya adalah KH Hasyim Asyari, pendiri Nadhlatul Ulama (NU). Kitab tersebut ditulis dalam bahasa Arab.

Yang menarik, kata Ustaz Adi Hidayat, sebelum ia memberikan kajian kitab KH Hasyim Asyari, ia bermimpi bertemu Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Gus Dur adalah cucu dari Hasyim Asyari. Gus Dur selama ini dicap sebagai orang liberal. 

Di dalam mimpinya, Ustaz Adi Hidayat membacakan kitab Âdâbul ‘Âlim wal Muta’allim ke Gus Dur. 

"Beliau (Gus Dur) kemudian tertawa," ujar Adi Hidayat. 

Ustaz Adi Hidayat memiliki latar belakang pendidikan agama yang kental. Dikutip dari situs akhyar.tv, Ustaz Adi Hidayat dibesarkan dengan latar belakang Muhammadiyah. 

Pria kelahiran 11 September 1984 ini, pernah mengenyam pendidikan Tsanawiyyah hingga Aliyah (setingkat SMP-SMA) di Ponpes Darul Arqam Muhammadiyyah Garut.

Latar belakang keilmuannya tidak perlu diragukan lagi. 

Adi Hidayat muda belajar intensif berbagai disiplin ilmu baik terkait dengan al-Qur’an, Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Tarikh, Lughah, dan selainnya di Kuliyya Dakwah Islamiyyah Libya.

Ia mengambil program khusus Lughah Arabiyyah wa Adabuha demi memahami kedalaman makna Alquran dan hadis.

Selain pendidikan formal, Adi Hidayat juga bertalaqqi pada masyayikh bersanad baik di Libya maupun negara yang pernah dikunjunginya.

Dia belajar Alquran pada Syaikh Dukkali Muhammad al-‘Alim (muqri internasional), Syaikh Ali al-Liibiy (Imam Libya untuk Eropa), Syaikh Ali Ahmar Nigeria (riwayat warsy), Syaikh Ali Tanzania (riwayat ad-Duri).

Belajar ilmu tajwid pada Syaikh Usamah (Libya). Adapun di antara guru tafsir Adi Hidayat ialah syaikh Tanthawi Jauhari (Grand Syaikh al-Azhar) dan Dr. Bajiqni (Libya).

Sementara Ilmu Hadis ia pelajari dari Dr. Shiddiq Basyr Nashr (Libya). 

Biarpun berlatar belakang pendidikan internasional, tidak membuat Adi Hidayat melupakan kajian dari para ulama di Indonesia.

Dikutip dari NU.or.id, kitab Âdâbul ‘Âlim wal Muta’allim karya KH Hasyim Asyari berisi kajian ilmu pedagogik Islami, yaitu ilmu yang mengkaji etika, strategi, dan gaya pembelajaran menurut pakem nilai-nilai keislaman, agar ilmu yang dipelajari dapat bermanfaat dan memiliki nilai keberkahan.

Kitab “Âdâbul ‘Âlim wal Muta’allim” karangan KH. Hasyim Asy’ari ini terbagi ke dalam 8 (delapan) bab, yaitu

(1) bab yang menerangkan keutamaan ilmu, ahli ilmu, keutamaan mempelajari dan mengajarkannya,

(2) bab yang menerangkan etika seorang penuntut ilmu atas dirinya sendiri,

(3) bab yang menerangkan etika seorang penuntut ilmu atas guru-gurunya,

(4) bab yang menerangkan etika seorang penuntut ilmu atas pelajarannya,

(5) bab yang menerangkan etika seorang pengajar atas dirinya sendiri,

(6) bab yang menerangkan etika seorang pengajar atas pelajaran yang diampunya,

(7) bab yang menerangkan etika seorang pengajar atas murid-murid yang diajarinya, dan

(8) bab yangmenerangkan etika penuntut ilmu dan pengajar ilmu terhadap kitab sebagai sarana belajar mengajar, sekaligus etika menyalin dan mengarang kitab.

Kitab “Âdâbul ‘Âlim wal Muta’allim” mendapatkan taqrîzh (endorsement) dari ulama-ulama besar Mekkah pada masanya, yang juga merupakan sahabat Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari.

Taqrîzh tersebut terletak di bagian akhir halaman kitab.

Di antara ulama-ulama Makkah yang memberikan taqrîzh atas kitab ini adalah Syaikh Sa’d ibn Muhammad al-Yamânî al-Makkî, Syaikh ‘Abd al-Hamîd Sunbul al-Hadîdî al-Makkî, Syaikh Hasan al-Yamânî al-Makkî, dan Syaikh Muhammad ‘Alî al-Yamânî al-Makkî.

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved