Atta Halilintar Bertemu Audrey Siswi SMP Korban Pengeroyokan, Ini Permintaan Khusus ke YouTuber Atta

Dalam foto yang diunggah oleh Atta Halilintar, tampak ia mencium kening Audrey bak menganggap remaja itu adiknya.

Editor: Andi Asmadi
ISTIMEWA
Melalui akun Instagramnya, Atta Halilintar terlihat menjenguk Audrey yang sedang terbaring lemah di rumah sakit di Pontianak, Rabu (10/4/2019). Dalam foto yang diunggah oleh Atta, tampak ia mencium kening Audrey bak menganggap remaja itu adiknya. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Banyak kalangan yang menaruh simpati pada Audrey, siswi SMP berusia 14 tahun di Pontianak, yang menjadi korban pengeroyokan siswi SMA.

Satu di antara public figure yang memberi perhatian pada kasus Audrey adalah YouTuber Atta Halilintar.

Melalui akun Instagramnya, Atta Halilintar terlihat menjenguk Audrey yang sedang terbaring lemah di rumah sakit di Pontianak, Rabu (10/4/2019).

Dalam foto yang diunggah oleh Atta, tampak ia mencium kening Audrey bak menganggap remaja itu adiknya.

Selain itu, Atta pun membawakan hadiah yang tak ia sebutkan dalam Instagramnya.

Pastinya kedatangan Atta untuk memberikan dukungan dan doa agar Audrey lekas kembali ceria seperti sedia kala.

Dari keterangan unggahan Atta, Audrey bahagia mendapat kunjungan dari raja YouTube itu.

Namun, ada hal yang membuatnya kaget, yaitu Audrey minta akun Instagramnya di-follback oleh Atta Halilintar.

"Hal pertama yang diminta Audrey Minta follback dan tag ig aku mau ketawa tpi gimana gitu..." tulis Atta.

Menurut Atta jika Audrey sembuh, remaja itu ingin diajak ke Jakarta untuk berkunjung ke rumah Atta Halilintar.

Selain itu, Audrey juga ingin diundang ke acara Atta Halilintar dan membuat YouTube bersama.

"Dia (Audrey) Semangat sembuh Asalkan Aku Janji Kalau dia (Audrey) sembuh bakal diajak ke jkt ke rumah aku dan Dia Minta Diundang ke Acara aku dan Pengen Nge Youtube," tulis Atta Halilintar dalam unggahannya.

Kasus Audrey. seorang siswi SMP di Pontianak yang diduga dikeroyok dan dilecehkan 12 siswa SMA, jadi perhatian banyak kalangan setelah sebelumnya viral di media sosial.

Audrey kini masih dirawat di Rumah Sakit Mitra Medika.

Ketua Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Kalimantan Barat, Eka Nurhayati Ishak mengatakan, mereka selalu memantau perkembangan kesehatan korban di rumah sakit.
 
"Tadi kami sudah ke rumah sakit untuk mengecek kesehatan korban. Sejauh ini tidak ada masalah. Artinya sudah proses penyembuhan," kata Eka, Rabu (4/10/2019).
Atensi masyakarat Indonesia saat ini benar-benar tersedot kepada pada kasus tersebut. 

Tokoh-tokoh ternama berlomba mengutuk tindakan ke 12 siswi SMA terduga pelaku penggeroyokan itu.

Akun Instagram pribadi salah seorang terduga pelaku bahkan diserbu ratusan ribu netizen.

Mereka sontak bertindak bak 'hakim'.

Putri semata wayang Ahok alias BTP, Nathania Purnama menyarankan kepada para pengikutnya di Instagram untuk berhenti memaki dan membenci ke 12 terduga pelaku itu.

Nathania Purnama kemudian memberikan alasannya. 

Awalnya Nathania Purnama terlihat mengunggah tangkapan layar berita soal kasus Au di Instastorynya.

Ia lantas mengatakan membagikan berita tersebut tak bermaksud untuk membuat kasus Audrey semakin 'panas'.

Nathania Purnama mengaku ia berharap orang-orang tak cuma dapat membuka matanya terkait kecacatan sistem hukum dalam kasus pengeroyokan yang melibatkan anak di bawah umur, tetapi juga dapat mengubahnya.

Pasalnya menurut Nathania Purnama suara masyarakat memiliki kekuatan yang besar.

Tak cuma itu Nathania Purnama juga menilai, saat ini hukum 'tak berbuat apa-apa' karena takut merusak masa depan ke-12 terduga pelaku tersebut.

"The reason I'am posting it on my story knowing full well thounsands will read it is not to get gossip to spread around

There is power in people's voice, and by spreading this awful news, I hope to get more people to not only be aware of the evident flaws withim our justise sytem, but so it could eventually lead to chage

Its because the justice sytem is currentky doing nothing because the are afraid 'ruining the future' for those highschool girls," tulis Nathania Purnama dikutip TribunJakarta.com.

Instastory Nathania Purnama
Instastory Nathania Purnama (Instagram Nathania Purnama)

Nathania Purnama mengingatkan inti dari permasalahan kasus Au adalah sistem hukum dan bagaimana mereka (orang-orang yang terlibat-red) dapat menerima situasi tersebut.

Ia juga mengatakan membenci dan memaki ke-12 terduga pelaku tak akan menghasilkan apa-apa.

Tindakan demikian menurut Nathania Purnama justru akan memberikan perhatian yang seyogyanya dinikmati oleh ke-12 siswi SMA itu.

Nathania Purnama mengatakan memaki dan membenci tak akan memberikan pelajaran yang berarti kepada terduga pelaku dalam kasus Audrey.

"The main source of the promblem is the justice sytem and how they chose to, at the moment, deal with the situation.

Hating and damning those girls do not do anything but feed the attention they obviously enjoy.

It really won't teach them a lesson that way," tulis Nathania Purnama.

Instastory Nathania Purnama
Instastory Nathania Purnama (Instagram Nathania Purnama)

Nathania Purnama kemudian membagikan sebuah petisi online terkait detail kasus Au.

Instastory Nathania Purnama
Instastory Nathania Purnama (Instagram Nathania Purnama)

Attaa Halilintar Dukung Tagar JusticeForAudrey: Merinding, Kuat Ya Dek

Tagar JusticeForAudrey atau #JusticeForAudrey trending di media sosial dan ramai menjadi perbincangan publik tanah air.

Satu orang di antaranya YouTuber Atta Halilintar.

Tagar JusticeForAudrey atau #JusticeForAudrey muncul karena ada insiden buruk di dunia pendidikan.

Seorang siswi SMP di Pontianak berinisial AU (14) menjadi korban pengeroyokan 12 murid SMA.

Terduga pengeroyok yang brutal itu berasal dari berbagai SMA di Kota Pontianak.

Justice for Audrey di Twitter.
Justice for Audrey di Twitter. (Twitter)

Korban sendiri saat ini masih tergeletak di rumah sakit, menjalani perawatan insentif guna memulihkan fisik dan psikisnya yang mengalami trauma parah.

Kasus tersebut pun tengah ditindaklanjuti kepolisian setempat untuk dikembangkan dalam proses penyelidikannya.

Diwartakan TribunPontianak, Kanit PPA Polresta Pontianak, Iptu Inayatun Nurhasanah mengatakan pihaknya baru saja menerima limpahan berkas dari Polsek Pontianak Selatan pada Senin lalu.

"Kita baru saja mendapatkan limpahan berkasnya," ucap Nurhasah saat diwawancarai, Senin (8/4/2019).

Isu tersebtpun viral di media sosial dan publik membuat tagar JusticeForAudrey atau #JusticeForAudrey.

Dilansir dari media sosial Instagram YouTuber Atta Halilintar, Rabu (10/4/2019) King of YouTube itu mengaku merinding kala membacar berita soal Audrey.

Atta Halilintar juga menuturkan keinginannya untuk bertemu Audrey.

"Merinding Hari dari tadi baca berita tentang Adek Audrey..

Semoga Aku Bisa ktemu Sama Adik Audrey (emoji tangan)," tulis Atta Halilintar.

Lebih lanjut, Atta Halilintar juga menuliskan kutipan tentang bully dan menyakiti seseorang.

"Bully menyakiti orang ga akan bikin lo terlihat keren

- Atta Halilintar -"

Unggahan tersebut dilengkapi Atta Halilintar keterangan yang menguatkan Audrey.

"Yang kuat ya dek," tulis Atta Halilintar dalam keterangan fotonya, Selasa (9/4/2019).

Sontak unggahan Atta Halilintar itu mendapatkan banyak respons dari pengguna Instagram.

"Terima kasih bg @attahalilintar Buat dukungannya, datang lah ke pontianak jenguk dek audrey."

"Alhamdulillah, bang atta udh baca beritanya... Mohon dukung audrey ya bang...."

"Mantap bangg yuk kita rame rame bela audreyyy."

"Jenguk bang udah keterlaluan ini mah anak SMA ny haduh jangan klarifikasi depan kamera lah."

Kronologis: korban dijebak

Diwartakan TribunPontianak.com, kronologis kejadian diungkapkan oleh Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kalimantan Barat melalui konferensi pers.

Wakil Ketua KPPAD, Tumbur Manalu yang hadir saat konferensi pers menceritakan kronologi kejadian penganiayaan tersebut.

Tumbur Manalu menjelaskan, kejadian pengeroyokan terhadap korban yang merupakan siswi SMP tersebut dua pekan lalu.

"Kejadian dua pekan lalu, Jumat (29/3/2019) namun baru dilaporkan pada orangtuanya, hari Jumat (5/4/2019) ada pengaduan ke Polsek Pontianak Selatan. Kemudian kita dari KPAD langsung menerima pengaduan," ucap Manalu saat memberikan keterangan di Kantor KPPAD, Senin (8/4/2019).

Manalu melanjutkan, korban dijemput terduga pelaku yang mencapai 12 orang. Namun sebenarnya, aktor utama hanya 3 orang.

"Korban sebenarnya berada di rumah, kemudian dia dijemput terduga pelaku dari 12 orang itu. Sebetulnya aktor utama 3 orang dan sisanya membantu atau tim hore," ucap Manalu.

Korban dijemput dengan alasan ada yang mau disampaikan dan diomongkan.

Jadi dengan seperti itu, korban bersedia ikut bersama pelaku dan dibawa ke Jalan Sulawesi.

Selaput Dara Robek?

Kasus penganiayaan siswi SMP di Pontianak, Audrey (14), diduga dilakukan oleh 12 siswi SMA di kota yang sama, memunculkan kabar perbuatan sadis terhadap Audrey.

Audrey dikabarkan mengalami penganiayaan mulai dari kepala dibenturkan ke aspal, tubuh dipukul damn ditendang, hingga kabar yang "mengerikan", yakni organ vitalnya ditusuk hingga rusak.

Menanggapi kabar yang menyebar di masyarakat tersebut, pihak kepolisian setempat, Rabu 10 April 2019, mengeluarkan pernyataan terkait hasil visum terhadap Audrey.

Penegasan paling penting adalah berdasarkan hasil visum, tidak ada penganiayaan di bagian organ vital Audrey sebagaimana isu yang berkembang di masyarakat.

Menurut Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Kalbar, Kombes Pol dr Sucipto, berdasarkan hasil pemeriksaan tim medis, organ vital AU masih utuh.

"Tidak ada robekan atau luka, dan tidak ada trauma fisik pada area sensitif tersebut," kata Sucipto.

Kapolresta Pontianak, Kombes M Anwar Nasir, Rabu 10 April 2019 juga mengungkap hasil visum terhadap Audrey.

Kapolresta mengatakan, dari hasil visum diketahui jika tak ada bengkak di kepala korban. Kondisi mata korban juga tidak ditemukan memar. Penglihatan korban juga normal.

Lebih lanjut Kapolresta mengatakan, untuk telinga, hidung, tenggorokan (THT) tidak ditemukan darah.

"Kemudian dada tampak simetris tak ada memar atau bengkak, jantung dan paru dalam kondisi normal," katanya.

Kondisi perut korban, sesuai hasil visum tidak ditemukan memar. Bekas luka juga tidak ditemukan. "Kemudian organ dalam, tidak ada pembesaran," jelasnya.

Selanjutnya Kapolresta menyampaikan hasil visum alat kelamin korban.

Menurut Kapolresta, selaput dara tidak tampak luka robek atu memar.

Anwar mengulangi pernyataannya terkait hal ini. "Saya ulangi, alat kelamin selaput dara tidak tampak luka robek atu memar," katanya.

Hasil visum juga menunjukkan kulit tidak ada memar, lebam ataupun bekas luka.

"Hasil diagnosa dan terapi pasien, diagnosa awal depresi pasca trauma," ungkap Kapolresta.

Gubernur Kalbar Berang

Kasus pengeroyokan dan penganiayaan terhadap Audrey, siswi SMP di Pontianak, yang diduga dilakukan oleh 12 siswi SMA, memantik kemarahan Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji.

"Para pelaku pengeroyokan tak bisa berlindung dari jerat hukum hanya karena berstatus anak-anak," kata Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji sebagaimana dikutip dari tribunpontianak.co.id, Rabu 10 April 2019.

"Ada hukum yang mengatur mengenai cara menangani kasus kejahatan yang dilakukan anak-anak atau mereka yang belum cukup umur," ujar Gubernur Kalbar Sutarmidji.

Pernyataan bernada marah dan juga kecewa dari Gubernur Kalbar Sutarmidji menyeruak di tengah munculnya isu bahwa kasus itu akan didamaikan dan tidak dilanjutkan ke proses hukum.

Gubernur Sutarmidji menegaskan, pelaku harus bertanggungjawab atas perbuatan yang telah dilakukan.

Apalagi yang terjadi, menurutnya termasuk dalam kategori penculikan.

"Saya minta kasus ini tetap dilakukan proses hukum, karena ini terencana," tegasnya Sutarmidji.

"Ini bisa masuk kategori penculikan. Ini sudah tidak dapat ditoleransi. Memang di bawah umur tapi dari sisi korban juga harus diperhatikan," lanjutnya.

Sutarmidji menyampaikan, jika karena berstatus anak-anak lalu tindak pidananya dikesampingkan, maka akan berdampak buruk di masa depan.

"Kalau selalu berlindung karena pelaku dibawah umur, suatu saat akan banyak kejahatan yang dilakukan anak di bawah umur atas perintah orang dewasa," ujarnya.

Tak hanya Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji, pengacara kondang Hotman Paris Hutapea pun ikut angkat bicara.

Hotman Paris meminta Presiden Jokowi segera menangani kasus ini. Hotman ingin keadilan segara ditegakkan.

"Saya akan berikan semua honor saya dari Pondok Pesantren Tebuireng Jombang kepada ibu korban," kata Hotman.

"Ini adalah sebagai awal perlawanan hukum," ujar Hotman.

KPPAD Lapor Polisi

Di tengah gencarnya berita mengenai nasib Audrey yang diperlakukan secara kasar oleh para siswa SMA yang mengeroyoknya, muncul pernyataan dari Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Kalimantan Barat.

KPPAD Kalimantan Barat melaporkan akun Twitter Ziana Fazura (@zianafazura) ke Polda Kalbar, Selasa 9 April 2019.

Ketua KPPAD Kalbar Eka Nurhayati Ishak mengatakan, laporan itu terkait unggahan akun tersebut yang mengomentari peristiwa pengeroyokan Audrey.

Unggahan dengan tagar #JusticeForAudrey itu diduga memancing reaksi warganet untuk memberikan komentar yang kemudian menyudutkan nama lembaga KPPAD.

"Kami menilai, akun (Ziana Fazura) itu semakin memperuncing masalah. Dan membelokkan statement-statement kami sebagai pelindung anak-anak Kalbar," kata Eka di kantor KPPAD Kalbar di Jalan DA Hadi, Pontianak.

Akun itu juga dinilai menggiring opini publik bahwa ada upaya KPPAD Kalbar untuk mendamaikan pelaku dengan korban pengeroyokan.

Padahal, menurut Eka, KPPAD Kalbar menerima pengaduan korban pada Kamis 5 April 2019, sehari sebelum korban membuat laporan ke Polsek Pontianak Selatan.

Di Mapolsek sebenarnya sudah dilakukan mediasi. Saat itu korban meminta mereka untuk mendampingi, bukan memfasilitasi mediasi tersebut.

"Lagi pula, ranah kami bukan pada penanganan perkara hukumnya. Kami hanya melakukan pendampingan," ucapnya.

Dia minta seluruh masyarakat untuk tidak menyeret-nyeret lembaga KPPAD untuk kepentingan pribadi atau kelompok berkaitan dengan kasus tersebut.

"Sudah kami coba telusuri. Akun itu bodong atau anonim, bukan akun sungguhan," ujarnya.

Pelaku Diduga Tiga Orang

Pelaku penganiayaan siswi SMP Pontianak, diduga dilakukan tiga orang.

Ketiganya merupakan siswi dari sekolah berbeda di Pontianak.

Ketua KPPAD Kalbar, Eka Nurhayati Ishak, mengatakan, hal itu sesuai dengan informasi yang diperoleh pihaknya.

"Menurut pengakuan korban pelaku utama itu ada tiga. Ini semua anak SMA yang berada di Kota Pontianak," kata Eka kepada Tribun.

Menurut Eka, ketiganya ini yang melakukan pemukulan terhadap korban yang mengakibatkan Au muntah kuning dan harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Kasat Reskrim Polresta Pontianak, Kompol Muhammad Husni Ramli mengatakan, dari hasil pemeriksaan sementara pihaknya, terduga pelaku pengeroyokan mengarah ke tiga orang.

Terduga pelaku memiliki peran berbeda.

Ketiga terduga adalah E, T, dan L. Sementara D yang menjemput korban menuju rumah P.

Kasat Reskrim Kompol Husni menjelaskan, dari rumah P, korban Au keluar menggunakan roda dua dan diikuti dua sepeda motor yang pengendaranya tidak dikenal korban.

Setelah sampai di Jalan Sulawesi, korban dicegat.

Tiba-tiba dari arah belakang, terduga pelaku, T menyiram air dan menarik rambut korban sehingga terjatuh.

Setelah korban terjatuh, saudari E menginjak perut korban dan membenturkan kepala korban ke aspal.

Setelah itu, korban melarikan diri bersama P menggunakan sepeda motor.

Namun korban dicegat kembali oleh saudari T dan saudari L di Taman Akcaya yang tidak jauh dari TKP pertama.

Setelah itu, korban dipiting oleh T. Selanjutnya L menendang pada bagian perut korban.

Namun saat kejadian itu dilihat warga sekitar, sehingga pelaku melarikan diri.

Kasat Reskrim Polresta Pontianak, Kompol Muhammad Husni Ramli mengatakan, pihaknya masih terus mengumpulkan keterangan saksi-saksi.

Selain itu, pihaknya juga berkoordinasi dengan rumah sakit terkait rekam medis dari korban.

Kasat Reskrim mengatakan, setelah mendapat pengaduan orangtua korban selanjutnya dilakukan visum terhadap korban.
Korban saat ini tengah menjalani perawatan intensif di rumah sakit setelah kejadian ini.

Audrey menjalani serangkaian rontgen untuk pemeriksaan tengkorak kepala dan dada untuk mengetahui trauma yang diakibatkan pengeroyokan tersebut.

Ibu Audrey: Anak Saya Masih Trauma

Ibunda AU mengatakan hingga saat ini anaknya masih trauma.

"Psikisnya masih terganggu dan dalam pemulihan," katanya.

Keluarga, kata dia, sangat menyesalkan kasus penganiayaan yang menimpa putrinya itu, sehingga pihaknya menyerahkan proses selanjutnya kepada pihak kepolisian.

Audrey mengaku dianiaya oleh siswi SMA di Pontianak pada 29 Maret 2019. Namun, peristiwa itu baru diadukan ke Polsek Pontianak Selatan pada 5 April 2019 dan kemudian dilimpahkan ke Polresta Pontianak.

Kapolda Kalbar, Irjen Pol Didi Haryono mengatakan polisi telah memeriksa ketiga siswa SMA terduga pelaku penganiayaan Audrey.

"Bagi terduga pelaku, dilakukan pemeriksaan dan pendalaman oleh pihak kepolisian," kata Didi Haryono usai menjenguk Audrey.

Polisi akan terus menindaklanjuti kasus dugaan penganiayaan itu.

"Pelaku dan korban adalah anak-anak, maka penegakan hukumnya sesuai ketentuan hukum yang berlaku, sehingga akan dilakukan penegakan hukum dan bimbingan psikologisnya," kata Didi.

Kata Didi, para terduga pelaku tetap diproses hukum, tetapi kata dia, jangan sampai penegakan hukum itu membawa dampak psikologis mereka.

"Tetap diproses karena sudah masuk tindak pidana, dan setiap prosesnya akan didampingi oleh Komisi Perlindungan dan Pengawasan Anak Daerah (KPPAD) Kalbar," katanya

"Hari ini kami sudah menjenguk langsung korban penganiayaan, dan secara fisik sudah bagus, bisa bicara, namun secara fisikis agak depresi mungkin masih teringat terus apa yang baru pertama kali dialaminya itu," katanya.(*)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved