Kisah Mantan Preman Jadi Perwira Kopassus, Prajurit Baret Merah Mesti Lalui Hell Week
Sang mantan preman yang memilih jadi prajurit Kopassus itu bernama Untung Pranoto. Saat ditanya apa modalnya, ia selalu menjawab,
“Dalam Konvensi Jenewa, tawanan perang dilarang disiksa. Namun, para calon prajurit Komando itu dilatih untuk menghadapi hal terburuk di medan operasi. Sehingga bila suatu saat seorang prajurit komando di perlakukan tidak manusiawi oleh musuh yang melanggar konvensi Jenewa, mereka sudah siap menghadapinya,” tulis Pramono Edhie.
Beratnya persyaratan untuk menjadi prajurit kopassus dapat dilihat dari standar calon untuk bisa mengikuti pelatihan.
Nilai standar fisik untuk prajurit nonkomando adalah 61, namun harus mengikuti tes prajurit komando, nilainya minimal harus 70.
Begitu juga, kemampuan menembak dan berenang nonstop sejauh 2.000 meter.
• Pasukan Paling Senyap di Kopassus, Bahkan Istri Sendiri Tak Tahu Apa yang Dilakukan Suaminya
“Hanya mereka yang memiliki mental baja yang mampu melalui pelatihan komando. Peserta yang gagal akan dikembalikan ke kesatuan Awal untuk kembali bertugas sebagai Prajurit biasa,” tutup mantan Danjen Kopassus itu.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Kisah Cinta di Balik Kesuksesan Mantan Preman Jadi Kopassus, Lamar Kekasih Tapi Endingnya Kecewa
YUK SUBSCRIBE CHANNEL YOUTUBE Tribun Lampung News Video di bawah ini.
FOLLOW INSTAGRAM Tribunlampung.co.id di bawah ini.
FOLLOW TWITTER Tribunlampung.co.id di bawah ini.
FOLLOW FANS PAGE FACEBOOK Tribunlampung.co.id di bawah ini.