Tribun Lampung Selatan
Capten Nestorius Santule Rela Tak Berlebaran Bersama Keluarga Demi Antarkan Pemudik
Bagi Capten Nestorius Santule pelayanan mudik lebaran tahun ini bukanlah yang pertama baginya menjalankan tugas di lintasan penyeberangan selat Sunda.
Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Reny Fitriani
Laporan Wartawan Tribunlampung Dedi Sutomo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, KALIANDA – Capten Nestorius Santule (60), terlihat serius di duduk di ruang anjungan memimpin para ABK untuk proses sandar di dermaga II pelabuhan Bakauheni.
Melalui radio komunikasi (HT/Handytalky) dirinya berbicara dengan para ABK yang ada di buritan dan haluan kapal.
Beberapa saat kemudian KMP Nusa Dharma pun sandar di dermaga 2 pelabuhan Bakauheni. Para ABK pun mengarahkan para penumpang pejalan kaki yang merupakan pemudik untuk turun melalui tangga.
Sedangkan yang lainnya mengarahkan penumpang yang membawa kendaraan untuk keluar melalu ramdoor kapal.
Bagi Capten Nestorius Santule pelayanan mudik lebaran tahun ini bukanlah yang pertama baginya menjalankan tugas di lintasan penyeberangan selat Sunda.
Ia sudah sejak 1997 bergabung dengan SP Ferry menjadi nahkoda untuk penyeberangan selat Sunda.
Suka duka melayani para pengguna jasa penyeberangan yang menghubungan pulau Jawa dan Sumatera sudah kenyang dirasakannya. Terutama pada saat pelayanan mudik lebaran, dimana arus penyeberangan meningkat signifikan.
Ia pun harus merelakan untuk tidak bisa menikmati lebaran bersama dengan keluarganya selama 22 tahun. Karena harus tetap bertugas menghantarkan para pemudik lebaran di lintasan penyeberangan selat Sunda.
Kepada tribun, Nestorius Santule berbagi cerita sembari menunggu proses pelayanan bongkar muat kapal pada selasa (4/6) pagi.
• Arus Mudik di Pelabuhan Bakauheni Pagi Ini Terpantau Lengang
Ia mengatakan sudah berkecimpung dipelayaran sejak tahun 1983. Sebelum bergabung dengan SP Ferry, dirinya sempat bekerja di kapal tangker pasca menamatkan pendidikan di sekolah pelayaran di Makasar.
Saat bekerja di di kapal tangker ini, ayah 3 orang anak ini berkeliling ke beberapa Negara Eropa seperti Yunani, Inggris, Belgia, Swedia. Ia juga menyinggahi beberapa Negara di Afrika seperti Maroko dan Libya.
“Dulu sewaktu di kapal tangker saya mualim 2 yang menyiapkan peta jalur pelayaran. Sempat juga ke beberapa Negara Eropa dan Afrika. Kalau ke Singapura dan Malaysia sudah biasa,” kata Nestorius kepada tribun.
Usai bekerja di kapal tangker, pria kelahiran Sulawesi Utara 60 tahun silam ini bergabung dengan SP Ferry untuk lintasan selat Sunda sejak tahun 1997 lalu. Sejak saat itulah dirinya, jarang bisa menikmati lebaran bersama keluarga.
Keluargaya yang tinggal di Serang, Banten pun sangat memahami tugasnya sebagai capten kapal. Bagi Nestorius bertugas saat pelayanan mudik lebaran memiliki kesan yang sangat mendalam.
Meski harus merelakan untuk tidak berkumpul dengan keluarga, tetapi ia menikmati dan senang bisa menghantarkan para pemudik untuk bisa berkumpul bersama dengan keluarganya di kampung halaman untuk berlebaran.
“Kita senang saat melihat para penumpang tersenyum karena mereka bisa berkumpul dengan keluarga mereka untuk menikmati lebaran bersama. Apalagi para penumpang ini kerap mengucapkan terimakasih kepada kita saat turun dari kapal. Ada sebuah kebanggan bisa menghantarkan para pemudik lebaran ini,” kata Nestorius.
Selama 20 tahun lebih melayani mudik lebaran dilintasan selat Sunda, ia kerap menjalankan sholat idul fitri di atas kapal bersama pemudik yang baru mudik tepat saat lebaran.
Tidak jarang keluarganya menyambangi dirinya di pelabuhan Merak saat mudik lebaran. Tetapi biasanya setelah lebaran ia mendapatkan waktu cuti yang digunakannya untuk berkumpul dan pulang kampung.
Nestorius mengatakan selama 22 tahun bertugas di penyeberangan pelabuhan Merak-Bakauheni, pada beberapa kesempatan lebaran dirinya menghadapi kondisi cuaca di selat Sunda yang cukup ekstrim. Biasanya saat lebaran di akhir tahun, dimana biasanya bersamaan dengan musim penghujan.
“Kan lebaran ini setiap tahun selalu berubah waktunya. Kalau tepat diakhir tahun biasanya kondisi cuaca cukup ekstrim dan juga bersamaan dengan musim penghujan. Ini memang menjadi tantangan tersendiri bagi kita,” ujar dirinya.
Pengalaman menjadi pelaut puluhan tahun dalam menghadapi berbagai kondisi cuaca di tengah laut menjadi modal penting dirinya. Ketenangan dan konsentrasi penuh menjadi kunci penting bagi Nestorius dalam menghadapi kondisi laut yang cukup ekstrim.
Ia pun sangat senang dan bangga selama 22 tahun terakhir bisa mengabdi dan menghantarkan para pemudik lebaran di lintasan selat Sunda, meski harus merelakan waktu bersama dengan keluarga.
“Kamis segenap kru kapal KMP Nusa Dharma mengucapkan selamat Idul Fitri 1440 H kepada masyarakat pemudik yang merayakan lebaran bersama keluarga di kampung halaman. Berhati-hati dijalan, semoga selamat sampai tujuan,” tandasnya. (tribunlampung.co.id/dedi sutomo)