Legenda Kopassus Agus Hernoto, Prajurit yang Tetap Ingin Bertugas Meski Kaki Buntung Karena Perang
Legenda Kopassus Agus Hernoto, Prajurit yang Tetap Ingin Bertugas Meski Kaki Buntung Karena Perang
Legenda Kopassus Agus Hernoto, Prajurit yang Tetap Ingin Bertugas Meski Kaki Buntung Karena Perang
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Nama satu ini disebut sebagai legendanya Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Meski kehilangan kaki kirinya, seorang prajurit Kopassus bernama Agus Hernoto tetap ikut ambil peran di sejumlah misi TNI
Dilansir dari buku 'Legenda Pasukan Komando, Dari Kopassus Hingga operasi Khusus', Bob H Hernoto, Penerbit Buku Kompas, Agus sempat bergabung dengan Resimen Tjakrabirawa, Pasukan Pengawal Presiden (Paspampres) Soekarno
Meski telah pensiun dari Kopassus karena kehilangan kakinya, Agus juga sempat bergabung dengan tim Operasi Khusus pimpinan Ali Moertopo.
Setiap kali ada operasi intelijen, dipastikan Agus terlibat dan berperan aktif di dalamnya.
Contohnya, Agus pernah terlibat dalam operasi Komodo yang merupakan persiapan menuju serangan Seroja di Timor Timur.
• Rumah Kopaska Didatangi 3 Orang Tengah Malam hingga Pemiliknya Keluar. Satu Orang Langsung Terkapar
• Satu Prajurit Kopaska Bikin 2 Kapal Pasukan Laut Malaysia Lari Terbirit-birit, Ini Penyebabnya

Agus ditunjuk langsung oleh Kepala BAKIN kala itu, Letnan JenderalTNI Yoga Soegama, untuk mencari informasi mengenai keberadaan pos-pos musuh dan menentukan "dropping zone" yang aman.
Masih dari sumber yang sama, dikisahkan Agus kehilangan kaki kirinya dalam sebuah pertempuran membebaskan Irian Barat dari Belanda.
Dalam pertempuran di pedalaman Papua pada pertengahan 1962, Agus dan pasukannya terlibat kontak senjata yang sengit.
Dia terluka parah pada bagian punggung dan kaki kirinya.
Anak buahnya berusaha membopong dan menyelamatkan komandannya. Namun, di situasi kala itu, Agus memilih jalannya sendiri.
Ia tetap berada di medan pertempuran hingga akhirnya tertangkap dan ditawan oleh tentara Belanda.
Meski hari-harinya diisi dengan penyiksaan, tapi mulut Agus terkunci rapat.
Dia tak sudi membocorkan informasi terkait operasi besar-besaran yang dipimpin Benny Moerdani atasannya.
Meski begitu, pasukan Belanda juga memperlakukan Agus sesuai konvensi Jeneva.

Agus dirawat hingga sembuh tapi kakinya terpaksa diamputasi mengingat luka tembaknya sudah membusuk.
Agus masih hidup dan Irian Barat akhirnya jatuh ke tangan Indonesia.