Gunung Tangkuban Parahu Erupsi

Riwayat Gunung Tangkuban Parahu Meletus, Pernah Terjadi 11 Kali Letusan dalam 6 Hari pada 2013

Peristiwa Gunung Tangkuban Perahu meletus terjadi pada Jumat, 26 Juli 2019. Sejak tahun 1829, Gunung Tangkuban Perahu telah beberapa kali erupsi.

istimewa via tribunjabar.id
Gunung Takuban Parahu erupsi Jumat (26/7/2019). Riwayat Gunung Tangkuban Parahu Meletus, Pernah Terjadi 11 Kali Letusan dalam 6 Hari pada 2013. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Peristiwa Gunung Tangkuban Perahu meletus terjadi pada Jumat, 26 Juli 2019.

Berdasarkan keterangan Pos Pengamatan Gunung Api Tangkuban Perahu, Pusat Vulakanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, erupsi Gunung Tangkuban Parahu itu terjadi pada pukul 15.48 WIB.

Sejak tahun 1829, Gunung Tangkuban Perahu telah beberapa kali erupsi.

Menilik jejak terakhir kali gunung perahu itu meletus adalah adanya tiga letusan freatik Gunung Api Tangkuban Parahu yang tercatat terjadi pada 8 Oktober 2013.

Mengutip Kompas.com, tiga letusan itu adalah terhitung ke sebelas kalinya Gunung Tangkuban Parahu meletus dalam sejarah.

Terjadinya tiga letusan tersebut diawali dengan aktivitas vulkanik yang meningkat sejak 5 Oktober 2013.

Hal itu disampaikan oleh Pejabat Pelaksana Bidang Penyelidikan dan Pengamatan Gunung Api dari Pusat Vukanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Gede Suantika saat ditemui di ruangannya, Jumat (11/10/2013).

Video Detik-detik Gunung Tangkuban Parahu Erupsi, Abu Tebal Timpa Mobil-mobil

"Berarti sudah 11 kali letusan kecil. Sekarang sudah relatif aman tidak ada letusan lagi," ungkapnya saat itu.

Gede menambahkan, banyaknya letusan Gunung Tangkuban Parahu di tahun 2013 lalu itu bisa dikatakan menjadi sebuah sejarah.

Pasalnya, meski letusannya kecil, beberapa tahun ke belakang, Gunung Tangkuban Parahu belum pernah menunjukkan aktivitas vulkanik serupa dengan jarak waktu yang dekat selama beberapa hari.

Sekilas Sejarah Terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu

Peristiwa Gunung Tangkuban Perahu meletus pada Jumat, 26 Juli 2019, bukan pertama kalinya terjadi.

Lalu, bagaimana sejarah terbentuknya Gunung Tangkuban Parahu?

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Van Bemmelen (1934) diketahui bahwa Tangkuban Perahu terbentuk setelah meletusnya Gunung Sunda Purba.

Mengutip berbagai sumber lainnya, dari kotasubang.com dan visitbandung.info, konon, Gunung Sunda Purba merupakan gunung berapi yang sangat besar dengan ketinggian 2.000 meter di atas permukan laut.

Gunung Sunda Purba meledak hebat sekitar 50.000 tahun yang lalu.

Saking begitu hebatnya, letusan tersebut meninggalkan lubang menganga dengan diameter 5-10 km.

Lubang menganga bekas letusan tersebut diberi nama kaldera Sunda.

Di dalam Kaldera Sunda itulah terbentuk gunung baru, yaitu Tangkuban Parahu.

Proses terbentuknya gunung itu sama halnya dengan Gunung Anak Krakatau yang lahir tahun 1927.

Demikianlah seiring berjalan waktu, hingga saat ini, Gunung Tangkuban Perahu tercatat masih menunjukkan aktivitas vulkanik.

Sebagaimana pula terjadi hari ini, Tangkuban Perahu meletus mengalami erupsi.

Sejarah mencatat Tangkuban Parahu sudah beberapa kali meletus.

Namun, dalam kurun waktu hampir 200 tahun terakhir, Gunung Tangkuban Parahu tidak pernah meletus hebat.

Masih mengutip Kompas.com, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono mengatakan letusan besar terakhir kali terjadi pada tahun 2013.

Ia memastikan dari tiga letusan yang terjadi dua letusan freatik di antaranya adalah letusan terbasar yang tercatat sejak tahun 1992.

Gunung Tangkuban Parahu meletus pada Senin (4/3/2013) dan Rabu (6/3/2013).

Berdasarkan data yang diterima PVMBG, pada tahun 2005 dan juga 2013 lalu, Gunung Tangkuban Parahu yang menjadi ikon pariwisata di daerah Bandung sempat menggeliat selama beberapa bulan.

Namun, aktivitas vulkanik tersebut hanya berupa embusan gas beracun di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III atau 1,5 kilometer dari pusat Kawah Ratu.

"Yang terbesar terakhir itu tahun 1992 dengan ketinggian semburan material vulkanik 159 meter di atas Kawah Ratu," kata Surono.

Dijelaskan bahwa Erupsi Tangkuban Parahu dewasa ini tergolong fasa C (masih dalam tahap pembentukan/pertumbuhan gunung), berupa erupsi esplosif berskala kecil dan kadang-kadang diselingi oleh erupsi freatik.

Berikut, catatan sejarah Tangkuban Perahu mengalami erupsi.

1. Tahun 1829: Letusan berupa abu dan batu dari Kawah Ratu dan Domas.

2. Tahun 1846: Terjadi peningkatan kegiatan.

3. Tahun 1896: Terbentuk fumarol baru di sebelah utara Kawah Badak dari Kawah Ratu.

4. Tahun 1910: Kolom asam membumbung setinggi 2 Km di atas dinding kawah, letusan berasal dari Kawah Ratu.

5. Tahun 1926: Letusan freatik di Kawah Ratu membentuk lubang Ecoma.

6. Tahun 1935: Lapangan fumarol baru disebut Badak terbentuk, 150 m ke arah selatan baratdaya dari Kawah Ratu

7. Tahun 1952: Letusan abu didahului oleh letusan hidrotermal freatik

8. Tahun 1957: Letusan freatik di Kawah Ratu, terbentuk lubang kawah baru

9. Tahun 1961: Terjadi letusan freatik Gunung api Tangkuban Perahu

10. Tahun 1965: Terjadi letusan freatik Gunung api Tangkuban Perahu

11. Tahun 1967: Terjadi letusan freatik Gunung api Tangkuban Perahu

12. Tahun 1969: Letusan freatik didahului letusan lemah yang menghasilkan abu

13. Tahun 1971: Letusan freatik

14. Tahun 1983: Awan abu membumbung setinggi 150 m di atas Kawah Ratu.

16. Tahun 1994: Letusan freatik di kawah baru

17. Tahun 1999: Peningkatan aktivitas

18. Tahun 2002: Peningkatan aktivitas

19. Tahun 2005: Peningkatan aktivitas

Gunung Tangkuban Parahu Erupsi, Pengunjung Dilarang ke Dasar Kawah Ratu dan Kawah Upas

20. Tahun 2013: Beberapa kali terjadi peningkatan aktivitas (Februari, Maret, Oktober).

Sejarah baru tahun 2013 inilah terjadi 11 kali letusan freatik dalam kurun waktu 6 hari (5-10 Oktober 2013).

21 Tahun 2019: Peningkatan aktivitas terjadi erupsi. Letusan menyemburkan abu yang teramati hingga ketinggian ± 200 m di atas puncak (± 2.284 m di atas permukaan laut).

Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Sejarah Letusan Gunung Tangkuban Perahu, Pernah Meletus 11 Kali dalam Satu Tahun

Sumber: Tribun Jabar
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved