Universitas Lampung
Tim Kuntara Raja Niti URO-001 dari URO Unila Wakili Lampung dalam Kontes Robot Terbang Indonesia
Tim Kuntara Raja Niti URO-001 dari URO Unila akan mewakili Lampung dalam Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) di Universitas Negeri Surabaya.
Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: Teguh Prasetyo
Laporan Reporter Tribun Lampung Jelita Dini
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Tim Kuntara Raja Niti URO-001 dari URO Unila akan mewakili Lampung dalam Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) di Universitas Negeri Surabaya, tanggal 1-6 Oktober 2019.
Bagaimana cerita mereka hingga bisa mewakili Lampung?
Senior di Tim Kuntara Raja Niti URO-001 Dede Supriatna sedang membuat pesawat model Twin Boom dengan panggilan Sugeng di Workshop Milik Unila Robotika dan Otomasi saat ditemui Tribun, Jumat 23 Agustus 2019.
Pesawat itu yang akan dibawa dalam KRTI divisi Fixed Wing.
Pesawat itu dapat membuat orthopoto mapping yang mampu membuat citra foto lebih tinggi daripada foto satelit.
Nantinya pesawat dapat memetakan dan melakukan video monitoring di area yang disetting sebagai area bencana.
Sehingga dapat diketahui luas area yang mengalami kerusakan, bentuk kerusakan, atau perubahan geologis yang terjadi akibat bencana. Selain itu, evakuasi bencana juga bisa dilakukan lebih cepat.
Tim Kuntara Raja Niti URO-001 mulai membuat pesawat itu pada awal Juni 2019. Material yang digunakan dalam pembuatan pesawat 40-50 persen merupakan material dalam negeri yang dibeli di Lampung dan luar Lampung.
• Raih Desain Terbaik dan Juara Nasional, Tim Robot Teknokrat Target Juara Internasional ROBOCUP 2020
Pembuatan pesawat itu dilakukan lima hari dalam satu minggu pukul 17.00-04.00 di Workshop Milik Unila Robotika dan Otomasi saat sedang tidak kuliah.
Dalam pembuatan pesawat, mereka melakukan pembagian tugas, yakni bagian quality control, manufacturing, system, dan piloting.
Selama pembuatan pesawat, Tim Kuntara Raja Niti URO-001 lebih sering ketiduran dibandingkan dengan tidur.
Sehingga tidak dipungkiri rasa kantuk dan lelah sering menghampiri mereka ketika membuat pesawat.
"Ketiduran dengan tidur beda. Kalau ketiduran tidak sengaja tidur. Tapi kalau tidur, memang sengaja menyediakan waktu untuk tidur. Kami memang tidak menyediakan waktu untuk tidur karena ingin pesawat cepat selesai," ujar Dede.
Lalu pesawat yang sudah jadi dilakukan pengujian di suatu lahan di Sukarame setiap Sabtu dan Minggu siang.
Setiap kali pengujian, mereka membawa 2-3 unit pesawat.
Selama pengujian, berbagai kendala kerap dihadapi. Seperti pesawat tiba-tiba terkena angin dan jatuh.
• Begadang demi Desain Robot, Tim T-Rex Teknokrat Sabet Juara Tiga Ajang The 3rd ASEAN MATE
Pernah juga pesawat mengalami kerusakan. Tapi kendala itu tidak membuat patah semangat.
Kebisaan mereka membuat pesawat, mereka dapatkan dengan belajar secara otodidak di Youtube dan internet.
Mereka juga sering berdiskusi dengan senior-senior yang pernah mengikuti KRTI tahun-tahun sebelumnya dan juga dosen pembimbing
Usaha mereka dalam membuat pesawat tidak sia-sia. Tanggal 13 Agustus 2019, mereka dinyatakan masuk final mewakili Lampung dalam KRTI.
Sebelumnya mereka telah lolos Administrasi dan rancangan alat pada 1 Juli 2019.
Juri di KRTI divisi Fixed Swing yang juga Dosen Teknik Elektro Unila Mona Arif Muda Batubara mengatakan.
Peserta yang akan berkompetisi adalah peserta yang memiliki pesawat yang bisa terbang secara autonimus, yakni dikendalikan tanpa pilot dan menggunakan program komputer
Saat kontes, pesawat diterbangkan dilahan seluas 160 hektare yang sudah ditentukan. Di lahan itu pesawat akan melakukan penyisiran, dan membuat mapping sambil mencari sekoci.
Pesawat harus bisa terbang berkeliling, seakan sedang terjadi bencana dan membutuhkan sekoci. Jika pesawat berhasil melakukannya dan kembali landing dengan selamat yang akan menjadi pemenangnya.
Selain itu pemenang juga ditentukan berdasarkan peta wilayah yang dihasilkan. Harus bagus, dan resolusi jelas
(tribunlampung.co.id/jelita dini)