Tanggapi Berlebihan Sindiran Jokowi saat Peluk Presiden PKS, Politikus PDIP: Surya Paloh Emosional
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menilai ada partai yang mencurigai langkah Nasdem yang membuka ruang komunikasi dengan beberapa di luar koalisi
Penulis: Romi Rinando | Editor: Noval Andriansyah
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Politikus PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira angkat bicara terkait pernyataan Politik Ketua Umum NasDem Surya Paloh dalam pembukaan Kongres NasDem pada Jumat (8/11/2019) malam.
Menurut Andreas Hugo Pareira, Surya Paloh terlalu emosional terkait pernyataan ada partai pancasilais namun saling curiga dan mengajak berkelahi satu sama lain.
Awalnya, Paloh curhat tentang adanya pihak yang mencurigai makna di balik rangkulan eratnya terhadap Presiden PKS Sohibul Iman dan mengaitkannya dengan nilai-nilai Pancasila.
"Ini berawal dari sindiran Pak Jokowi soal kemesraan pelukan antara Pak SP (Surya Paloh) ketum Nasdem dan SI (Sohibul Iman) ketum PKS yang mungkin lebih pada ekspresi kedekatan perkawanan antar elit yang kemudian ditafsirkan berbagai pihak dengan berbagai interpretasi, terutama mengarah ke 2024," kata Andreas melalui keterangannya, Sabtu (9/11/2019).
• Prabowo - Puan Berpasangan Menuju Pilpres 2024, Surya Paloh Dukung Anies Baswedan?
• Sindiran Tajam Jokowi ke Surya Paloh yang Peluk Erat Presiden PKS Sohibul Iman
"Reaksi SP terhadap sindiran presiden pun menurut saya terlalu emosional, membawa diskursus seolah persoalan pelukan ini masuk dalam wilayah ideologis partai-partai pendukung Jokowi-Ma’ruf," imbuhnya.
Lebih lanjut, ia mengatakan pihak yang mengomentari rangkulan Paloh dengan Sohibul adalah Jokowi dalam kapasitas sebagai presiden.
Menurutnya, Jokowi berharap seusai pembentukan kabinet, partai pendukungnya tetap solid meski ada yang menganggap komposisi kabinet tak sesuai dengan harapan.
"Rangkulan SP dan SI adalah Jokowi yang dalam kapasitasnya sebagai presiden tentunya berharap banyak, setelah pembentukan kabinet, meskipun tentu tidak memenuhi harapan semua partai pendukung, tetapi pemerintahan tetap solid. Sehingga, meskipun hubungan antar-elite partai dinamis, soliditas koalisi tetap terjaga," ujarnya.
Selain itu, Andreas menyebut tak ada satu partai pun yang menilai rangkulan Paloh ke Sohibul bermakna ideologi.
Andreas memastikan semua partai tahu dinamika antar-elite parpol saat ini merupakan pertemanan.
"Membangun pertemanan sebagai basis kesepahaman kerja sama politik sehingga, menurut saya, tuduhan SP soal partai Pancasilais pun menjadi terlalu emosional dan sama sekali tidak bermakna ideologis," pungkasnya.
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menilai ada partai yang mencurigai langkah Nasdem yang membuka ruang komunikasi dengan beberapa di luar koalisi pemerintah.
Namun saat ditanya partai mana yang mencurigai Nasdem, Surya enggan menjawab. Ia hanya meyakini ada partai yang mencurigai Nasdem.
"Yang mencurigai Nasdem ya kita enggak tahu. Tapi pasti ada bagaikan angin yang terasa di tangan saya tapi saya enggak bisa tangkap dia. Enggak terlihat tapi ada perasaan saja," kata Surya di sela Kongres kedua Nasdem di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Jumat (8/11/2019).
Surya tak mempermasalahkan hal tersebut. Ia mengatakan Nasdem tetap membuka ruang komunikasi dengan partai di luar koalisi pemerintahan.
"Kami bangga berada di Nasdem. Kami bangga memiliki Nasdem. Tapi kita harus lebih berbangga lagi menjadi rakyat dan warga negara Indonesia. Itu lah manifesto kita. Jadi bukan dasar Nasdem partai pengusung pemerintah kemudian hanya memikirkan kepentingan koalisi," lanjut dia.
Saat memberikan sambutan, Surya menyindir partai yang mengaku paling pancasilais dan nasionalis namun dalam prakteknya justru berseberangan dengan nilai-nilai pancasila.
"Pancasila sebagai pegangan kita. Tapi kita tidak laksanakan itu, ngakunya partai nasionalis, partai yang pancasilais. Ya buktikan saja di rakyat yang membutuhkan pembuktian partai mana yang paling menanamkan nilai-nilai Pancasila," ujar Surya.
"Kalau partai yang masih mengundang cynical propaganda yang kosong, mengajak berkelahi satu sama yang lainnya, ah yang pasti itu bukan pancasilais itu," lanjut dia. Surya mengatakan partai yang pancasilais semestinya tidak menganggap partai yang tak searah sebagai musuh.
Ia mengatakan, semestinya partai pancasilais itu harus merangkul semua partai, termasuk yang berseberangan sikap politik.
"Kalau Nasdem mau dikenal partai pancasilais, pertama rendah hati, rangkul teman, salam teman, tawarkan pikiran kepada teman," ujar Surya. "Jangan musuhi teman. Itu baru Pancasila. Kalau tidak dijalankan yang paling menangis proklamator bangsa ini," lanjut dia.
Sebelumnya Jokowi melontarkan sindiran dengan nada bercanda mengomentari pertemuan Ketua umum Partai NasDem Surya Paloh.
Sindirian Jokowi ini terkait pertemuan Surya Paloh dengan Presiden PKS Sohibul Iman belum lama ini.
"Surya Paloh yang kalau kita lihat malam hari ini lebih cerah dari biasanya, sehabis pertemuan beliau dengan Pak Sohibul Iman di PKS," ujar Jokowi.
Pernyataan Jokowi dilontarkan saat menghadiri peringatan ulang tahun ke 55 Partai Golkar di Hotel Sultan, Jakarta, seperti dilansir Tribunwow dari tayangan Kompas Malam di Kompas Tv, Rabu (6/11/2019).
Pernyataan mantan wali kota Solo dan gubernur DKI Jakarta Sontak membuat para hadirin yang berada di ruangan tertawa diikuti dengan tepukan tangan.
Jokowi menilai wajah Surya Paloh cerah seusai berangkulan dengan Presiden PKS Sohibul Iman.
"Saya tidak tahu maknanya apa, tapi rangkulannya tidak seperti biasanya," kata Jokowi yang masih diikuti riuhan dari para tamu undangan.
Pria kelahiran Solo itu juga mengatakan dirinya belum pernah sama sekali dirangkul oleh Surya Paloh seperti itu.
"Tidak pernah saya dirangkul Bang Surya seerat beliau merangkul Pak Sohibul Iman," ucap Jokowi.
Tak hanya itu, mantan Walikota Solo itu juga sempat menanyakan maksud dari pertemuan tersebut.
"Tadi di holding saya tanyakan ada apa, tapi nanti jawabnya di lain waktu mau dijawab," tutur Jokowi
"Ya saya boleh bertanya dong, karena beliau masih di koalisi pemerintah," tambahnya.
Diberitakan sebelumnya, Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh bertemu dengan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Rabu (30/10/2019).
Dikutip TribunWow dari Kompas.com, Rabu (30/10/2019), pertemuan itu dilakukan secara tertutup.
Surya Paloh menemui Sohibul di kantor DPP PKS di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan.
Dalam pertemuan itu, Surya Paloh tak sendiri, ia ditemani oleh petinggi Partai Nasdem lain.
Di antaranya ada Ketua DPP Nasdem Willy Aditya, Sekjen Partai Nasdem Johnny G Plate dan Sekretaris Fraksi Partai Nasdem Saan Mustafa.
Pertemuan itu berlangsung sejak pukul 16.00 WIB, dan selesai satu jam kemudian.
Seusai pertemuan, Surya Paloh dan Sohibul Iman menggelar konferensi pers (konpers).
Dalam konpers tersebut, Sekjen PKS Mustafa Kamal mengatakan, pihaknya menghormati keputusan Partai Nasdem yang berada dalam pemerintahan.
Sementara PKS tetap memilih menjadi oposisi dan tidak bergabung dengan pemerintahan.
Ia juga menekankan, perbedaan sikap politik tak menjadikan Partai Nasdem dan PKS mengurangi fungsi pengawasan di DPR.
Mustafa menyatakan pentingnya demokrasi yang sehat untuk mengatasi tantangan bangsa ke depan di bidang politik, ekonomi, keagamaan, pendidikan, kesehatan dan budaya.
"Perbedaan sikap politik kedua partai tidak menjadi penghalang untuk berjuang bersama menjaga demokrasi agar tetap sehat dengan memperkuat fungsi check and balance di DPR," ujar Mustafa.
Setelah pertemuan tersebut, Surya Paloh meninggalkan Kantor DPP PKS.
Sohibul Iman pun mengantar Surya Paloh hingga dekat bus yang digunakan oleh petinggi Partai Nasdem.
Pada kesempatan tersebut, Surya Paloh terlihat merangkul pundak Sohibul.
Surya Paloh rangkul Presiden PKS Sohibul Iman seusai kunjungannya ke Kantor DPP PKS
Mereka juga terlihat berbincang dengan jarak cukup dekat.
Sesekali mereka tertawa lepas.
Sementara itu, di kesempatan lain, Ketua DPP Partai Nasdem, Willy Aditya mengungkapkan latar belakang terjadinya pertemuan tersebut.
Dikutip dari Kompas.com, Sabtu (2/11/2019), pertemuan tersebut diklaimnya berawal dari spontanitas.
Willy Aditya menceritakan awalnya kedua pimpinan Parpol tersebut duduk berdampingan saat pelantikan presiden dan wakil presiden pada 20 Oktober lalu.
Keduanya sempat berbincang terlebih dulu karena jadwal pelantikan dimundurkan dari yang awalnya siang ke sore hari.
"Rencana awal pelantikan pukul 14.30 WIB, kami berangkat dari Gondangdia sekitar pukul 11.00 WIB, ternyata jalanan tidak macet," ucap Willy.
"Kemudian saat itu (setelah tiba di lokasi pelantikan) Pak Surya duduk berdampingan dengan Pak Sohibul," tambahnya.
Willy juga mengatakan, posisi duduk Surya Paloh dan Sohibul yang berdampingan tersebut ditentukan oleh protokol MPR.
Kemudian, sambil menanti waktu pelantikan pukul 16.00 WIB, Willy mengajak Surya Paloh untuk beristirahat di ruang Fraksi Partai Nasdem.
Ketika rehat itulah obrolan Surya Paloh dan Sohibul Iman menjadi lebih intens.
"Obrolan mereka (pada 20 Oktober) sangat akrab dan hangat. Sampai Pak Surya sempat berujar ingin berkunjung ke Kantor DPP PKS," ungkap Willy
'Abang mau main ke Kantor PKS', " ujar Willy menirukan perkataan Surya Paloh saat itu.
Menanggapi perkataan itu, Sohibul Iman menyanggupi dan meminta Nasdem mengatur jadwalnya.
Namun, Surya Paloh menegaskan kunjungan itu bisa segera direalisasikan.
"Pak Surya bilang tidak lama kok, nanti habis ini kami kabari kapan bisa berkunjung," lanjut Willy.
Bahkan, menurut Willy, usai memberikan selamat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) setelah dilantik, Surya Paloh mengatakan Nasdem akan bertandang ke Kantor DPP PKS.
"Presiden (PKS) mengatakan 'Wah Bagus Bang', begitu kata beliau (Sohibul)," tuturnya.
Sementara itu, Juru Bicara (Jubir) PKS, Ahmad Fathul Bari, dalam kesempatan yang sama juga mengungkapkan sejumlah fakta lain terkait pertemuan kedua politisi itu.
Menurut Fathul, saat berbincang dengan Surya Paloh, Sohibul Iman lantas berniat untuk mengunjungi DPP Partai Nasdem.
"Beliau memegang adab yang lebih muda menghormati yang lebih tua. Tetapi, Pak Surya lantas mengatakan 'Tidak sudah dinda, biar saya saja yang nanti ke PKS," tuturnya.
Saat pertemuan kedua pihak terjadi, Surya Paloh bahkan berkali-kali mengatakan bahwa PKS adalah saudara tua bagi Nasdem.
Yang artinya, kata Fathul, PKS lebih dulu bertarung dalam kontestasi politik di Indonesia.
"Beliau menyebut abang tua, itu menurut saya sesuatu yang luar biasa. Bagi komunikasi parpol pun luar biasa," tutur Fathul.
• Tentara Meninggal saat Tarung Derajat, Ibunya Didatangi dalam Mimpi: Tolong Lihat Badanku
Dia pun mengungkapkan bahwa Nasdem datang dengan formasi besar saat bertandang ke DPP PKS.
PKS pun menyambut kedatangan Nasdem dengan formasi lengkap. "Bahkan datangnya juga berombomgan satu rombongan pakai bus besar, ada mas Willy Aditya juga.
Saat pertemuan ada Majelis Syuro PKS ikut hadir di situ, " tambah Fathul. (sumber kompas.com)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Surya Paloh Duga Ada Pihak yang Curigai Nasdem Bertemu Oposisi"
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Politikus PDIP Nilai Surya Paloh Terlalu Emosional Singgung Partai Pancasilais