Persembahkan Medali Emas, Eko Yuli Asal Lampung Jadi Jutawan

Capaian Eko Yuli yang berhasil mendapatkan medali emas bakal diganjar dengan bonus besar.

Penulis: taryono | Editor: taryono
kompas.com
Persembahkan Medali Emas, Eko Yuli Asal Lampung Jadi Jutawan 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Pundi-pundi medali emas Indonesia SEA Games 2019 kembali bertambah.

Medali emas tersebut disumbang dari cabor angkat besi nomor 61 kg putra.

Adalah atlet angkat besi Eko Yuli Irawan yang menyumbangkannya.

Pria kelahiran Metro Lampung itu mencatatkan total angkatan 309 kg dengan rincian snatch 140 kg dan clean and jerk 169 kg saat bertanding di di RMSC Ninoy Aquino Stadium, Senin (2/12/2019).

Di bawah Eko Yuli ada atlet angkat besi Thach Kim Tuan (Vietnam) dan Bidin Muhammad (Malaysia).

Catatan 309 kg ini masih kalah dibanding raihan Eko Yuli pada Kejuaraan Dunia 2018 dan Olimpiade London 2012.

Pada dua turnamen tersebut, ia mencatatkan total angkatan 317 kg.

Dengan raihan Eko Yuli ini, total Indonesia sudah meraih enam medali emas di SEA Games 2019.

Kondisi Tak Fit Usai Sakit, Lifter Eko Yuli Irawan Raih Perunggu di Kejuaraan Asia Angkat Besi 2019

Capaian Eko Yuli yang berhasil mendapatkan medali emas bakal diganjar dengan bonus besar.

Dilansir Kompas.com, peraih medali emas di SEA Games 2019 di Manila, Filipina, bakal diguyur bonus Rp 200 juta, adapun medali perak Rp 100 juta, dan medali perunggu Rp 60 juta.

Berikut ini rincian bonus yang akan didapat para atlet, pelatih, dan asisten pelatih berprestasi dalam SEA Games 2019 di Manila, Filipina:

Olahragawan

Tunggal
Emas: Rp200 juta
Perak: Rp100 juta
Perunggu: Rp60 juta

Ganda
Emas: Rp160 juta
Perak: Rp80 juta
Perunggu: Rp48 juta

Beregu:
Emas: Rp100 juta
Perak: Rp50 juta
Perunggu: Rp30 juta

Pelatih dan ofisial

Tunggal/Ganda
Emas: Rp100 juta
Perak: Rp50 juta
Perunggu: Rp30 juta

Beregu:
Emas: Rp130 juta
Perak: Rp65 juta
Perunggu: Rp39 juta

Medali Kedua dan seterusnya
Emas: Rp50 juta
Perak: Rp25 juta
Perunggu: Rp15 juta

Asisten Pelatih
Tunggal/Ganda
Emas: Rp60 juta
Perak: Rp30 juta
Perunggu: Rp18 juta

Beregu:
Emas: Rp80 juta
Perak: Rp40 juta
Perunggu: Rp24 juta

Medali Kedua dan seterusnya
Emas: Rp30 juta
Perak: Rp15 juta
Perunggu: Rp9 juta

Eko Yuli Irawan Raih Emas di Piala Dunia Angkat Besi, Sang Ayah Beri Komentar

Penggembala kambing

Eko adalah atlet kelahiran Metro, Lampung, yang mempunyai bakat alami.

Ia berasal dari keluarga kurang mampu.

Ketika masih duduk di bangku SD, sepulang sekolah Eko biasa menghabiskan waktu seperti umumnya anak-anak dan remaja di pedesaan dengan menggembalakan ternak kambing di sawah atau di lapangan.

Takdir Eko menjadi atlet angkat besi (lifter) berawal saat ia menyaksikan sekelompok orang berlatih angkat besi di sebuah klub di daerahnya.

Di sela-sela aktivitasnya menggembalakan kambing, lama kelamaan pria kelahiran 24 Juli 1989 ini pun tertarik menjajal barbel.

Pelatih klub akhirnya mengajak Eko ikut berlatih.

Namun, siapa sangka Eko sebetulnya punya cita-cita menjadi pesepakbola, bukan atlet yang bermain dengan modal otot.

Namun, Eko urung bergabung ke sebuah sekolah sepak bola (SSB) karena terbentur biaya pendaftaran.

"SPP (sumbangan pembinaan pendidikan) sekolah saja sering menunggak lama. Kok ini malah ingin ikut SSB yang harus membayar," kata Eko beberapa waktu silam.

Saman, ayah Eko, menuturkan, putra sulungnya itu melewati perjuangan dan pengorbanan panjang untuk menjadi atlet angkat besi.

Eko kecil pun sempat dilarang untuk ikut latihan angkat besi.

Eko Yuli Irawan: Perlindungan BPJS Ketenagakerjaan Bukan Hanya Hak Atlet Peraih Medali

Karena tugasnya kala itu adalah menggembalakan kambing untuk membantu menambah penghasilan keluarga.

"Yang larang ibunya. Karena kita susah. Dulu rumah geribik. Itu juga bukan kambing kita. Punya orang, bagi hasil. Tapi karena kemauannya keras, ya kita iyakan. Ternyata hasilnya luar biasa. Dia mengharumkan keluarga dan bangsa," tutur Saman, Selasa (9/8).

Untuk mewujudkan cita-citanya di bidang angkat besi, Eko harus rela tinggal jauh dari keluarga sejak kelas 5 SD.

Eko hijrah ke Bogor untuk berlatih

"Dulu, saya sempat nangis sekeras- kerasnya, dilihat orang banyak di stasiun. Masih kelas 5 SD sudah harus pindah ke Bogor untuk latihan. Jauh dari keluarga. Tapi dia kuat dan kerja keras," terang Saman.

Berlatih di Bogor di bawah sentuhan tangan dingin Yon Haryono dan Joni Firdaus, bakat juara ditunjukkan pria 27 tahun tersebut.

Pengorbanannya meninggalkan keluarga sejak usia dini berbuah manis.

Pada kompetisi perdana tingkat junior tahun 2002 di Indramayu, Eko langsung menyabet emas pada kelas 35 kilogram.

Prestasi demi prestasi pun akhirnya dicatatkan Eko selepas torehan medali perdananya di Indramayu.

Hingga pada 2006, dirinya menuju Pelatnas. Dan berhasil mempersembahkan medali emas pada Sea Games 2007.

Seiring dengan keberhasilannya, pundi-pundi rezeki pun kian bertambah. Alhasil Eko memberangkatkan kedua orangtuanya naik haji pada 2011.

Membangun rumah baru di Jalan Waluh Tejo Agung, Metro Timur, membeli kebun 4,5 hektare dan sawah setengah hektare di Metro.

"Ya kalau sekarang itu ya tinggal bangganya saja. Senang. Tapi itu ya enggak datang tiba-tiba. Eko banyak membantu keluarga. Tapi yang paling utama membuat bangga," imbuhnya.

Pasca Juara Dunia, Eko Yuli Irawan Beberkan Mimpi yang Belum Terwujud

Banjir Bonus

Dengan keberhasilan mendulang medali perak di Olimpiade Rio, atlet Lampung itu akan semakin bergelimang bonus.

Dengan keberhasilan meraih emas di Asian Games 2018, bonus uang sebesar Rp 1,5 miliar sudah menanti Eko.

Uang itu bakal menambah bonus yang sebelumnya juga ia dapatkan ketika meraih medali perak di Olimpiade Rio 2016.

Peraih medali perak di Olimpiade 2016 mendapat bonus sebesar Rp 2 miliar dari pemerintah.

Selain itu, peraih medali perak juga akan mendapat tunjangan hari tua sebesar Rp 15 juta setiap bulannya. (Tribunlampung.co.id)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved