Mahasiswa UIN Tewas saat Jadi Imam Salat Isya, Jasad dan Kain Kafannya Tak Keluarkan Bau

Kepikiran cuma satu pakai selang air tak tarik, lalu saya turun. Korban sudah tidak kelihatan," jelasnya seperti yang dikutip dari Kompas.com.

Penulis: Romi Rinando | Editor: Noval Andriansyah
TribunnewsBogor.com/TribunJogja.com/Ahmad Syarifudi
Musala di Pesantren Ilmu Giri, lokasi mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, M Sirajul Milal jatuh terperosok ke dasar sumur dan meninggal dunia. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Muhammad  Sirajul Milal Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tiba-tiba terperosok ke sumur sedalam 7 meter Sabtu (30/11/2019).

Duka masih menyelimuti rumah Muhammad Sirajul Milal (22) di Kampung Karanggan, RT -5/11, Desa Karanggan, Gunungputri, Kabupaten Bogor.

Terlebih  Dede Setiadi (47), yang merupakan ayah almarhum.

Rasa dukanya kian mendalam ketika mendengar kesaksian dari pelayat tentang Sirajul Milal.

Kejadian tak terduga dialami M Sirajul Milal (22) saat menjadi imam sholat isya di Mushala Pesantren Ilmu Giri, Padukuhan Nogosari RT 06, Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Bantul.

Saat memimpin sholat Isya, M Sirajul Milal tiba-tiba saja terperosok sumur sedalam 7 meter pada Sabtu (30/11/2019).

Imam Salat Isya Tewas Terperosok ke Dalam Sumur

Gerakan Salat Subuh Berjamaah di Tubabar Hadirkan Ustaz Kondang Asal Makassar

Nyawanya pun tak terselamatkan.

M Sirajul Milal sedang melakukan makrab bersama sekitar 100 mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Ketika malam mereka menggelar sholat Isya berjamaah.

M Sirajul Milal yang ditunjuk untuk menjadi imam sholat Isya berjamaah.

Ketika sujud di rakaat ketiga, lantai mushala tempat M Sirajul Milail berdiri tiba-tiba saja ambruk.

Sedangkan di bawah lantai tersebut ada sumur sedalam 7 meter.

Imam sholat Isya itu pun terperosok ke dalam sumur yang berisi air dengan kedalaman tiga meter.

Teman-teman korban sontak berteriak meminta tolong pada warga sekitar.

Seorang warga yang mendengar teriakan minta tolong, Wardoyo mencoba menolong.

Wardoyo yang mengaku tidak bisa berenang nekat turun ke dalam sumur.

"Saya itu tidak bisa berenang, tetapi karena niate (ingin) menolong."

"Kepikiran cuma satu pakai selang air tak tarik, lalu saya turun. Korban sudah tidak kelihatan," jelasnya seperti yang dikutip dari Kompas.com.

Setelah beberapa kali menyelam ke dalam air sumur yang dingin sambil tetap berpegangan kepada tali dan selang, akhirnya Wardoyo dapat meraih tubuh korban yang sudah berada di dasar sumur.

"Posisi saya sudah menyentuh (korban) (bagian) seperti kain gitu, saya kedinginan, sudah sesak nafas. Masnya (teman korban) turun dan mengangkat (korban)," lanjut Wardoyo.

Korban pun langsung dilarikan ke RSUD Panembahan Senopati Bantul.

Sementara Wardoyo yang sudah sangat kelelahan dibawa ke Rumah Sakit Nur Hidayah untuk mendapatkan perawatan.

Keluarga pun terkejut mendengar kabar Ijul meninggal dunia saat menjadi imam salat.

Bahkan, keluarga sempat tak percaya saat mendapat kabar Ijul meninggal dunia.

Ayah Ijul, Dede Setiadi (47) menuturkan, dirinya mendapat kabar Ijul meninggal dunia Sabtu malam sekira pukul 21.00 WIB.

Dede Setiadi mendapat kabar Ijul meninggal dunia dari Bulek (tante).

"Cuman kabar itu gak jelas, dari telepon HP itu karena sambil panik, nangis-nangis, neleponnya cuma, ijul, ijul om, cepet pulang, akhirnya mungkin karena itu sudah di rumah sakit, HP-nya dikasih ke polisi kemudian menjelaskan bahwa (Ijul) sudah di rumah sakit, sudah dinyatakan meninggal."

"Katanya lagi imam, mesjidnya ambruk. Itu kan saya belum tahu posisinya seperti apa, kronologisnya, sempet pikir ini mau nipu apa bukan sih, soalnya malem-malem," kata Dede Setiadi saat ditemui TribunnewsBogor.com di kediamannya, Senin (2/12/2019).

Dede mengaku bahwa kabar serupa rupanya tak lama kemudian datang dari temannya sendiri yang mengirimkan foto KTP almarhum.

Orang tersebut mendapat sebaran via WhatsApp kemudian pesan itu diteruskan ke Dede.

"Dia nge-share, ini kayaknya kenal. Ini anak saya, saya bilang. Di-share kabarnya ke saya," kata Dede.

d

Ayah almarhum Muhammad Sirajul Milal, Dede Setiadi (47) saat ditemui TribunnewsBogor.com di kediamannya di Gunungputri, Kabupaten Bogor. (TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy)

Ayah almarhum Muhammad Sirajul Milal, Dede Setiadi (47) saat ditemui TribunnewsBogor.com di kediamannya di Gunungputri, Kabupaten Bogor.

d

Muhammad Sirajul Milal alias Ijul (22), (kanan) mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, meninggal dunia saat menjadi imam shalat. (TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy)

Dede mengaku lebih kaget lagi ketika mendengar cerita tentang sosok almarhum yang tak diketahuinya semasa hidup.

Cerita itu ia dengar dari para pelayat yang datang saat almarhum dikebumikan pada Minggu (1/12/2019) tak jauh dari rumahnya di Gunungputri.

Dede menjelaskan bahwa anak pertama dari dua bersaudara itu jarang menjadi imam di kampungnya sendiri di Bogor.

Termasuk enggan saat disuruh untuk memberikan kultum atau tausiyah.

"Kalau pulang disini di mesjid disuruh imamin, gak mau. Jul, ayo imamin, siapa yang nerusin papa nanti ?, Ah gak berani, katanya. Kalau disuruh kultum di sini juga gak mau, gemeteran katanya, suka grogi.

Tetapi sudah meninggal, orang-orang cerita bahwa dia sering ngimamin dimana-mana, suka ngasih tausyah. Saya kaget sama sekali, masya Allah. Ternyata anak saya ada kegiatan soleh yang saya tidak tahu dari dia, dia nutupin dari saya. Saya tahunya dari pelayat-pelayat itu," ungkap Dede.

Dede pun mengaku bahwa saat itu perasaannya campur aduk antara rasa sedih tapi juga bangga.

Sebab anaknya itu ia yakini meninggal dalam keadaan syahid yakni saat mendirikan salat.

Muhammad Sirajul Milal alias Ijul (22), (kanan) mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, meninggal dunia saat menjadi imam shalat.

"Sedih, bangga pokoknya campur aduk. Cuman kalau melihat fotonya, barang-barang dia, suka sedih lagi. Wajar lah manusiawi ya, yang penting kita harus sadar memang itu takdirnya di situ, meninggal saat melaksanakan salat, saat bersuci. Itu cukup bagi saya menyatakan anak saya syahid menurut Islam. Saya aja akhir hayat saya belum tentu bisa begitu," kata Dede.

Dengan mata berkaca-kaca, Dede menceritakan bahwa saat kepulangan anaknya itu, kain kafan sempat sedikit dibuka sebelum dikebumikan pada Minggu (1/12/2019).

Dia mengaku bahwa jasad anak pertama dari dua bersaudara itu sama sekali tidak menyebarkan bau saat dicium.

Dede juga mengaku begitu terharu ketika melihat wajah putranya untuk yang terakhir kalinya itu.

"Kemarin dibawa ke sini. Sama kakeknya dibuka kain kafannya. Darahnya masih ada, darahnya gak bau. Saya cium gak bau. Saya terharu lagi, senyum dia posisinya. Itu yang membuat saya terharu," kata Dede Setiadi saat ditemui TribunnewsBogor.com di kediamannya, Senin (2/12/2019).

Dede mengaku bahwa saat itu perasaannya campur aduk antara rasa sedih tapi juga bangga.

Sebab anaknya itu ia yakini meninggal dalam keadaan syahid yakni saat mendirikan salat.

"Sedih, bangga pokoknya campur aduk. Cuman kalau melihat fotonya, barang-barang dia, suka sedih lagi. Wajar lah manusiawi ya, yang penting kita harus sadar memang itu takdirnya di situ, meninggal saat melaksanakan salat, saat bersuci. Itu cukup bagi saya menyatakan anak saya syahid menurut Islam. Saya aja akhir hayat saya belum tentu bisa begitu," kata Dede. (sumber tribunnewsbogor.com )

Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Mahasiswa yang Tewas Saat Jadi Imam Sholat Isya Simpan Rahasia, Ayah Haru Dengar Kesaksian Pelayat, 

Sumber: Tribun Bogor
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved