Keceriaan Anak Berkebutuhan Khusus di Perayaan Hari Disabilitas Internasional
Acara perayaan Hari Disabilitas Internasional berawal dengan penampilan anak-anak berkebutuhan khusus.
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: wakos reza gautama
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Tidak banyak hal yang bisa aku lakukan saat ini. Namun, banyak harapan muncul dalam benakku. Dengan aku yang berbeda, membuatku selalu berusaha menjadi yang istimewa. Ya, bisa berjalan adalah impian terbesarku. Akupun tidak peduli seberapa sering aku terjatuh. Terjatuh untuk terus bangkit bersama mimpiku. Aku memang berbeda, namun tidak menjadi penghalang untuk aku terus bermimpi.
PENGGALAN puisi itu dibawakan anak penyandang disabilitas, Ayu Istania.
Diiringi petikan gitar, ia membacakannya saat perayaan Hari Disabilitas Internasional 2019 di Yayasan Pendidikan Terpadu Mata Hati, Enggal, Bandar Lampung, Sabtu (7/11/2019).
Bacaan puisi remaja 14 tahun ini memikat ratusan peserta yang hadir.
Gadis berjilbab pink muda itu tampil percaya diri, meskipun harus memakai walker (alat penyangga untuk berjalan) karena kondisi kakinya yang berbeda.
"Saya memang berbeda dengan yang lain, namun itu bukan halangan untuk bermimpi," katanya di sela-sela acara.
Sosok mungil yang bercita-cita sebagai penulis novel ini optimistis dalam menggapai impiannya.
"Saya tidak peduli apa kata orang di luar sana. Mereka tidak tahu perjuangan saya. Saya akan tetap memperjuangkan apa yang saya inginkan," tutur siswi kelas VIII Paket B ini.
Untuk mewujudkan mimpinya menjadi penulis novel, gadis kecil penggemar novel Daun Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin karya Tere Liye itu akan terus berusaha dan berdoa.
"Pastinya saya akan terus berusaha belajar menjadi penulis dan berdoa kepada Allah," ujarnya bersemangat.
Cita-cita mulia lainnya datang dari Adelia Cahya Azzahra.
Gadis kecil 9 tahun ini menyandang retardasi mental (RM) atau gangguan perkembangan otak yang ditandai kemampuan intelligence quotient (IQ) di bawah rata-rata.
"Saya pengen jadi polwan," kata siswi Paket A ini penuh keceriaan.
Ada pula Ridho (14), remaja laki-laki dengan global delay atau mengalami keterlambatan bicara, interaksi sosial, dan lainnya.
Ia terlihat kesulitan menerima perkataan orang-orang di sekitarnya.
Namun ia bersemangat mengikuti acara yang berlangsung di tempatnya menempuh pendidikan Paket A.
Jadi Pembawa Acara
Acara perayaan Hari Disabilitas Internasional berawal dengan penampilan anak-anak berkebutuhan khusus.
Mulai dari tari-tarian, membacakan puisi, bahkan ada anak disabilitas yang berperan menjadi pembawa acara.
"Ada seminar dan lomba mewarnai. Peserta yang mendaftar ada 100 orang lebih. Baik umum maupun dari sekolah kebutuhan khusus," kata Aan Purwanto, ketua pelaksana acara.
Di Yayasan Pendidikan Terpadu Mata Hati, tercatat ada 75 murid yang menjalani proses pendidikan khusus.
Mulai tingkat Playgroup hingga jenjang Paket A, B, dan C.
"Kebutuhan khususnya beragam. Ada yang global delay, autis murni, RM, juga celebral palsy (gangguan pada gerakan dan koordinasi tubuh)," ujar Aan yang juga menjadi pengajar di yayasan tersebut.
Ortu Lebih Terlibat
Pemateri seminar, dokter Bekti Setiyawardani, menekankan agar orangtua lebih terlibat dalam pengasuhan anak berkebutuhan khusus.
"Masyarakat agar bisa lebih tahu dan orangtua agar lebih terlibat untuk pendidikan selanjutnya. (Yayasan) Mata hati itu transisi. Jadi, bukan dititipkan. Harus melanjutkan pendidikannya di rumah," kata Bekti.
Ia menjelaskan anak berkebutuhan khusus memiliki potensi yang perlu didampingi dengan pola kerjasama.
"Potensi-potensi anak berkebutuhan khusus perlu terus digali melalui support system," ujarnya.
Kepala Bidang Pendidikan Anak Usia Dini Dinas Pendidikan Bandar Lampung Nurmansyah mengapresiasi perayaan Hari Disabilitas Internasional ini.
Ia menyatakan Disdik Bandar Lampung akan terus melakukan pendampingan.
"Dinas Pendidikan akan terus melakukan pendampingan, pengawasan, dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pendidikan disabilitas," katanya.
Pihaknya berharap anak-anak berkebutuhan khusus bisa mengenyam pendidikan hingga jenjang pendidikan tinggi.
"Harapannya, anak-anak yang telah dididik bisa membaur secara baik di lingkungan masyarakat dan bisa masuk ke jenjang pendidikan tinggi," ujar Nurmansyah. (tribunlampung.co.id/sulis setia)