Kiat Agar Anak Tidak Alami Broken Home Akibat Perceraian Orangtua

Kita sering mendengar istilah broken home dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya broken home dialami oleh anak-anak. Apa sebenarnya broken home?

Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: Reny Fitriani
Dokumentasi Pribadi
Retno Riani M.Si Psikolog. Kiat Agar Anak Tidak Alami Broken Home Akibat Perceraian Orangtua 

Laporan Reporter Tribun Lampung Jelita Dini Kinanti

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDARLAMPUNG - Kita sering mendengar istilah broken home dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya broken home dialami oleh anak-anak. Apa sebenarnya broken home?

Retno Riani M.Si Psikolog mengatakan, broken home terjadi pada anak-anak yang orangtuanya bercerai, karena berbagai permasalahan.

Seperti perekonomian, perselingkuhan, dan sebagainya.

Anak-anak yang mengalami broken home biasanya melakukan perbuatan yang tidak baik.

Seperti tawuran, seks bebas, narkoba, dan sebagainya.

Berasal di Keluarga yang Tidak Utuh, Artis Cantik Ini Ingin Hilangkan Stigma Broken Home

Perbuatan itu dilakukan karena anak-anak ingin melakukan sesuatu yang membuat dirinya nyaman setelah perceraian orangtuanya.

"Apalagi anak-anak yang broken home, biasanya tidak merasa nyaman, serta selalu kurang kasih sayang dan perhatian. Walaupun kasih sayang dan perhatian yang diterimanya sebenarnya banyak," ujar Psikolog dari Universitas Gajah Mada itu.

Jika anak sudah terlanjur mengalami broken home, memang agak sulit untuk menghilangkan broken homenya dan mengarahkannya untuk berbuat hal positif.

Tapi Retno menyarankan tidak ada salahnya untuk dicoba, karena sesuatu yang positif pasti akan mengalahkan sesuatu negatif.

Agar anak tidak mengalami broken home, sebaiknya orangtua harus mempersiapkan anak sebelum perceraian dilakukan. Selain itu orangtua harus menjelaskan pada anak mengapa harus bercerai.

Saat perceraian terjadi, orangtua jangan pernah memperebutkan hak asuh anak atau memaksa anak untuk ikut ayahnya atau ibunya.

Tapi bertanya pada anak dengan siapa anak akan ikut, dan biarkan anak bebas memilih. Misalnya anak ingin ikut ibunya, ayahnya harus menerima.

Tidak ada salahnya konsultasi mengenai hak asuh dengan orang terdekat yang tahu mengenai permasalahannya yang menyebabkan perceraian.

Bisa juga konsultasi dengan psikolog jika diperlukan

Setelah bercerai, orangtua harus memiliki komitmen meskipun sudah cerai, tetap memberikan kasih sayang dan perhatian yang utuh dari kedua orangtua untuk anak.

Jangan lupa untuk tetap rutin memberikan nafkah bagi anak.

"Nafkah yang sering dilupakan orangtua ketika sudah cerai. Ada orangtua yang cerai, lebih fokus memberikan nafkah untuk keluarga barunya setelah menikah lagi. Apalagi jika gaji orangtua itu jumlahnya tidak banyak dan hanya cukup untuk keluarga barunya," kata Retno.

Menurut Retno, membangun keluarga itu memang tidak mudah.

Perlu komitmen seperti tanggung jawab, setia, dan sebagainya. Ketika komitmen tidak bisa dipegang bisa timbul masalah.

Jika masalah tidak bisa diselesaikan, jalan terbaik bercerai.

Ketika perceraian terjadi, memang anak yang paling dikasihani. (Tribunlampung.co.id/Jelita Dini Kinanti)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved