Video Berita
Mengintip Galery Aan Ibrahim, Desainer Ternama Asal Provinsi Lampung
Video YouTube Aan Ibrahim adalah seorang desainer ternama asal Provinsi Lampung.
Penulis: Wahyu Iskandar | Editor: Romi Rinando
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Video YouTube Aan Ibrahim adalah seorang desainer ternama asal Provinsi Lampung.
Pria kelahiran Menggala, 12 Juni 1955 tersebut menekuni dua jenis kain yakni tapis dan sulam usus.
Keduanya dipilih sebagai upaya melestarikan budaya Lampung secara unik dan eksklusif sekaligus membantu menciptakan lapangan pekerjaan.
Mantan PNS
Sebelum terjun ke bidang fesyen, Aan terlebih dahulu menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS) di salah satu rumah sakit di Bandar Lampung.
Namun, selama mengabdi di sana Aan merasa gelisah karena kentalnya budaya korupsi.
Tak tahan dengan situasi tersebut, Aan memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya.
Bukan tanpa hambatan, usianya yang kala itu sudah 30-an membuat keputusannya tidak direstui keluarga.
Namun, keputusannya sudah bulat, prinsip tak bisa lagi ditentang, Aan kemudian memilih terjun ke dunia desain.
Sulam Usus dan Tapis Lampung
Menjadi desainer kebanggan Lampung, pria paruh baya ini fokus memproduksi kain tapis dan sulam usus.
Aan beralasan, desain kedua kain tersebut unik dan eksklusif, sehingga sangat potensial untuk dikembangkan.
Selain itu, selaku putra daerah Aan juga ingin melestarikan budaya Lampung.
Kain tapis adalah kain yang ditenun dengan benang emas, nilon, atau katun sesuai dengan pola yang diinginkan.
Sedangkan sulam usus adalah kain yang dahulu digunakan sebagai pelengkap di baju pengantin Lampung Pepadun.
Kedua kain tersebut kemudian dikembangkan menjadi produk fesyen terkini, terutama gaun pesta.
Karya yang dihasilkan Aan dibanderol dengan harga Rp1,5 juta ke atas.
Harga tersebut dianggap sesuai dengan lama pengerjaannya yang memakan waktu hingga tiga bulan dan dibuat secara eksklusif.
Gerilya
Di awal kariernya, Aan belajar otodidak tentang jahit-menjahit serta bertanya dengan banyak orang hingga akhirnya bisa mahir seperti sekarang.
Sedangkan untuk promosi, Aan juga harus bergerilya.
Aan buatkan rekan-rekannya baju dengan harga murah, dengan harapan bisa menjadi sarana promosi dari mulut ke mulut.
Bahkan di awal kemunculannya dulu, pernah ada yang menawar baju dengan harga Rp 200 ribu dikredit sampai sepuluh kali.
Namun, hasil gerilya tadi bukan lantas membuat Aan lepas tangan terhadap kualitas produknya.
Sebab, jika terdapat kesalahan desain, pola, dan jahitan yang tidak sesuai dengan kehendak pelanggan, maka praktis reputasinya juga akan tumbang.
Aan tak ingin hanya karena salah satu dua baju, namanya menjadi rusak.
Atasi Pengangguran
Mengembangkan dua kain khas Lampung, usaha Aan praktis menyerap banyak tenaga kerja.
Dahulu, Aan memiliki 70 orang pekerja sekaligus yang kini sudah dipulangkan.
70 pekerja tersebut didapatkannya dari hasil pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial.
Mereka berasal dari tiap kabupeten di Provinsi Lampung yang sudah putus sekolah.
Enam bulan selesai pelatihan, Aan mengambil seluruhnya untuk dijadikan pegawai.
Namun, karena biaya operasional yang tinggi, lima tahun kemudian Aan memutuskan untuk memulangkan mereka ke daerah asal.
Di bawah binaan Aan, mereka semua membuat pelatihan secara kontinu di daerah masing-masing.
Dari pelatihan-pelatihan tersebut, didapat sekitar 200 pengrajin yang kemudian menjadi binaan Aan.
Berkat keterampilan yang Aan ajarkan, mereka mengaku tak ingin lagi kerja di luar negeri.
Fashion Show hingga Luar Negeri
Bergelut di dunia mode, Aan mengatakan fashion show menjadi gelaran yang vital bagi para desainer.
Sebab, tanpa fashion show, seorang desainer akan dilupakan orang.
Sejauh ini sudah banyak fashion show baik di dalam maupun luar negeri yang sudah diikuti oleh Aan.
Baik yang berupa program pemerintah, undangan, sampai melalui asosiasi.
Mulai dari hampir seluruh provinsi di Lampung, Turki, India, Malaysia, dan Jepang.
Berkesempatan berkeliling dunia dengan hasil karyanya, Aan mengaku belum bisa memasarkan karyanya secara berkelanjutan.
Butuh modal besar hingga triliunan rupiah agar bisa masuk ke pasar luar negeri.
Perhatian dengan yang Muda
Sebagai desainer senior, Aan tak menampik bahwa menjadi seorang desainer memang membutuhkan banyak modal, terutama untuk promosi.
Kenyataan tersebut membuatnya prihatin dengan nasib para desainer muda yang ada di Lampung.
Mereka dinilai berbakat dan potensial untuk menjadi besar dalam kurun waktu 20 tahun mendatang tapi harus terhalang dengan uang.
Aan pun meyayangkan pasifnya respon pemerintah.
Belum ada perhatian khusus untuk para desainer mengembangkan diri secara terkonsep.
Kondisi ini dirasakan berbanding terbalik dengan provinsi-provinsi lain yang didukung penuh oleh pemerintah daerah.
Bentuk dukungan yang harusnya diberikan pemerintah bisa berupa alokasi dana untuk promosi dan penegakan aturan yang sudah dibuat.
Galery Aan Ibrahim
Mapan dengan kariernya sebagai desainer, Aan kemudian membangun butiknya sendiri yang dinamakan Galery Aan Ibrahim.
Butik yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan Nomor 5, Kota Baru, Bandar Lampung itu dibangun pada tahun 1979.
Ketika memasuki pintu masuk, pelanggan akan disambut dengan hasil karya mewah Aan yang dipajang lengkap dengan pigura.
Ada gaun, jas, kain tapis, sampai tas tapis.
Untuk pengelolaannya, Aan dibantu oleh lima orang karyawan tetap.
Mereka bertugas merapikan hasil jahitan dari para pengrajin yang ada di berbagai daerah di Provinsi Lampung.
Meski begitu, sampai saat ini Aan tetap turun tangan untuk urusan membuat pola atau tonggak dalam sebuah desain.
Sebab, belum ada pengrajin yang dirasanya sesuai dengan taste dirinya.
Sedangkan untuk tas tapis, didatangkan langsung dari Pesawaran dengan kualitas terbaik.
Aan tak ingin produk yang dipasarkannya dibuat dengan asal-asalan.
Dikunjungi 3 Ibu Negara
Kemasyhuran Aan sebagai desainer Lampung tercium hingga para ibu negara.
Tercatat Alm Ani Yudhoyono, Megawati Soekarno Putri, Iriana Jokowi pernah bertandang ke sana.
Aan bercerita, Alm Ani Yudhoyono bahkan sempat menawar bajunya.
Seluruh tamu baik kenegaraan atau luar provinsi yang mengunjungi Lampung pasti singgah di galerinya.
Hal ini berkaitan dengan potensi produk lokal Lampung yang harus dilestarikan serta dipromosikan. (Tribunlampungwiki.com/Kiki Novilia)
Videografer Tribunlampung.co.id/Wahyu Iskandar