Kasus Corona di Indonesia

Rumah Sakit Pungut Biaya Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19 Rp 15 Juta, Pemkot Tangerang Bereaksi

Sebuah rumah sakit swasta di Kota Tangerang disebut pungut biaya pemakaman jenazah pasien Covid-19 sebesar Rp 15 juta.

istimewa/kompas.com
Kwitansi pengurusan jenazah Covid-19 sebesar Rp 15 juta di Kota Tangerang. Rumah Sakit Pungut Biaya Pemakaman Jenazah Pasien Covid-19 Rp 15 Juta, Pemkot Tangerang Bereaksi. 

Meski sudah berstatus PDP, dokter menyarankan agar sang ayah melakukan isolasi mandiri hingga mendapat kabar dari pihak terkait.

Setelah dua hari hingga tiga hari, David menjelaskan, tidak ada kabar dari pihak terkait dan justru disuruh menunggu.

Karena ayahnya tak kunjung membaik, David akhirnya memutuskan membawa sang ayah ke rumah sakit.

Saat diperiksa, paru-parunya sudah dipenuhi bercak putih.

"Empat hari Papa panasnya naik turun, naik turun, sampai akhirnya kita bawa ke rumah sakit untuk ngelakuin tes darah ama CT scan."

"Dari hasil paru-parunya, fleknya bercaknya sudah banyak banget," ungkapnya.

Meski demikian, ayahnya justru meminta untuk tetap di rumah.

"Kita tanya Papa mau di rumah apa langsung ke rumah sakit rujukan untuk Covid-19, Papa bilang sudah di rumah dulu kayaknya masih bisa. Jadi, ya udah kita bawa pulang," lanjutnya.

Kemudian, pada tanggal 27 atau 28, David sempat mengecek kondisi ayahnya di kamar.

Lantaran napas ayahnya sudah mulai naik turun dan mengalami diare, dia langsung bergegas membawa sang ayah ke rumah sakit.

Namun, ayahnya justru ditolak lantaran rumah sakit yang dituju sudah penuh.

"Pas sampe di sana, Papa enggak di-admit, ditolak, dibilangnya karena full dan juga enggak ada surat yang diberikan dari rumah sakit terkait untuk bisa admit dan lain-lain," ungkapnya.

Lantas, rumah sakit itu hanya menyarankan untuk mencoba mendatangi rumah sakit rujukan atau rumah-rumah sakit lainnya.

Saat mendapatkan rumah sakit, ayahnya kemudian masuk ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).

"Nah mereka suggestnya mendingan untuk mengelilingi rumah sakit rujukan dan tau di mana yang bisa admit dan saya bilang ya enggak ada waktu karena Papa sudah sesak nafas di mobil kan."

"Terus akhirnya kita pergi ke rumah sakit, akhirnya ada satu yang bisa admit Papa saya, di situ saya nunggu 5 jam akhirnya Papa sudah di IGD terus sekitar jam 7 pagi oke harus diadmit."

"Lalu, rumah sakit mengatakan bahwa kamar untuk Papa baru sekitar pukul tiga sore," cerita David.

Pada malam harinya, ayahnya sempat mengirim pesan via WhatsApp bahwa dirinya sempat kehausan.

"Dan saat itu, saya terakhir kali lihat Papa, terus di hari yang sama jam 11, jam 12, Papa WA haus minta air, akhirnya kita harus kirim sopir untuk kasih air putih," ujar dia.

Selain itu, David juga sempat mendapat WhatsApp ayahnya yang mengatakan bahwa infus ayahnya terlepas.

Namun ketika ditelepon balik, sang ayah tak menjawabnya hingga pihak rumah sakit mengatakan kondisi ayahnya sudah drop.

"Nah di malam itu, Papa ada WA ada jam 9 malam, katanya infus Papa copot, Papa enggak bisa taruh balik, enggak bisa fix, dan situ sudah lemes, panik, telepon juga enggak diangkat jadi akhirnya."

"Kita ada dapat telepon dari rumah sakit, pas di rumah sakit Papa kondisinya drop, tingkat kesadarannya sudah di angka tiga," ucapnya.

Lalu, rumah sakit mengatakan akan menangani ayahnya dengan inkubasi.

"Akhirnya, mereka bilang oke step, yang bisa dilakukan sekarang adalah inkubasi atau fair ventilator," sambungnya seperti akan menangis.

David mengatakan, dirinya sempat panik pasalnya perawatan Covid-19 dengan ventilator kadang berhasil kadang tidak.

Meski demikian, ia hanya bisa pasrah dan menunggu.

Namun pada akhirnya, nyawa sang ayah tak bisa tertolong.

David mengaku sempat marah dengan hal yang terjadi.

"Nah kita tunggu, kita berdoa. Terus sekitar 30 menit dapat telepon dari rumah sakit, mereka bilang ini sudah mencari nadi dan lain-lain tapi sudah enggak bisa."

"Dan mereka mengatakan Papa sudah enggak ada, di situ rasa marah, rasa ingin nyalahin orang lain ada banget," serunya.

Walaupun begitu, David tetap mencoba bijaksana dan meminta agar semua masyarakat tidak meremehkan virus corona.

"Tapi cuma kita berdoa, bersyukur dari sini cuma pelajaran yang saya dapat, bukan hanya untuk kita yang kehilangan Covid-19, semuanya untuk masyarakat," pungkasnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Pemkot Tangerang Tegur RS yang Pungut Biaya Rp 15 Juta untuk Urus Jenazah Covid-19.

Pemkot Tangerang membuat surat teguran terhadap rumah sakit swasta yang memungut biaya pemakaman jenazah pasien Covid-19 sebesar Rp 15 juta. (Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved