Penjelasan Staf Menkeu soal Wabah Corona: Ekonomi atau Pandemi Dulu yang Harus Ditangani?
Masyarakat beranggapan pandemi harus didahulukan saat masa krisis Covid-19, tetapi pemerintah dianggap berpikiran sebaliknya.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo buka suara soal anggapan ekonomi versus pandemi.
Masyarakat beranggapan pandemi harus didahulukan saat masa krisis Covid-19, tetapi pemerintah dianggap berpikiran sebaliknya.
Menurut Yustinus, tidak ada ekonomi versus pandemi.
Pasalnya yang terjadi saat pandemi Covid-19 adalah ekonomi pandemi.
Yakni kebijakan ekonomi sepenuhnya diarahkan untuk mengatasi masalah kesehatan, jaminan sosial, dan dunia usaha.

"Refleksi untuk diri kita, benarkah ekonomi itu adalah sesuatu yang harus berhadapan dengan pandemi? Ekonomi dulu atau pandemi dulu?
Seolah-olah begitu anggapannya. Tidak. Yang terjadi sekarang adalah ekonomi pandemi," kata Yustinus dalam konferensi video, Jumat (22/5/2020).
Yustinus mengatakan, ekonomi pandemi adalah hal yang tidak bisa dipisahkan.
Ekonomi pandemi mengingatkannya pada paham negara kesejahteraan, ada peluang untuk memperkuat peran negara melalui redistribusi dan penataan kelembagaan.
"Kita enggak bisa pisah-pisahkan itu. Orang bisa mati karena Covid-19, juga bisa mati karena enggak bisa makan.
Maka harus kita pikirkan betul dua-duanya bisa berjalan beriringan, tentu dengan SOP protokol yang baik," papar Yustinus.
Lebih lanjut Yustinus memaparkan, pasca pandemi mungkin terwujud dunia baru yang meninjau ulang gagasan lama.
Misalnya, kualitas diperlukan tidak cukup hanya ditunjukkan dengan angka pertumbuhan ekonomi mencapai 5 persen atau bahkan 7 persen.
"Lalu isu lingkungan hidup jadi tantangan, manusia setir pembangunan juga penting mengembalikan lagi bukan sekedar objek, tapi juga sebagai subjek.
Yang penting selanjutnya adalah membangun sistem jaminan sosial dan kesehatan yang universal. Ini PR kita," jelas Yustinus. T
Tantangan sulit lainnya yang perlu diperbaiki saat kondisi new normal adalah reindustrialisasi atau memperkuat industri manufaktur yang saat ini mengalami penurunan tajam.
Di masa pandemi, Indonesia seolah tersadar industrialisasi tertinggal jauh dibanding negara lain.

Salah satunya dibuktikan dengan industri tidak bisa memproduksi Alat Pelindung Diri (APD), masker, dan hand sanitizer dalam waktu cepat.
Belum lagi soal kekuatan industri farmasi yang mampu menyuplai obat-obatan murah dan terjangkau sehingga kesehatan masyarakat terjamin.
Di sisi lain, perkembangan agribisnis juga perlu diperkuat.
Pasalnya selama pandemi, ketakutan selanjutnya yang dihadapi adalah kelangkaan pangan.
Banyak negara-negara di dunia mementingkan pangan negaranya dahulu sebelum melakukan impor ke negara lain.
"Kita belum mandiri, belum berdikari ternyata. Reformasi pendidikan mengenaskan, study from home (belajar dari rumah) infrastrukturnya sudah siap? Jangan sampai lari ke bukit cari sinyal," sebut Yustinus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com