Ceramah Ustaz
Ceramah Ustaz Adi Hidayat Beri Peringatan ke Orang yang Suka Pamer Kekayaan
Di video berjudul "Pertanda eps#5 - Hukum Pamer Kekayaan - Ustadz Adi Hidayat" menjelaskan hukum memamerkan kekayaan.
Penulis: Wakos Reza Gautama | Editor: wakos reza gautama
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Ceramah Ustaz Adi Hidayat kali ini membahas tentang hukum pamer kekayaan.
Ustaz Adi Hidayat memberikan ceramahnya tentang Hukum pamer kekayaan di akun YouTube Adi Hidayat Official.
Di video berjudul "Pertanda eps#5 - Hukum Pamer Kekayaan - Ustadz Adi Hidayat" menjelaskan hukum memamerkan kekayaan.
"Saudara-saudariku pernah tahukah anda bahwa di kalangan suku Quraisy ada dua distrik utama yang selalu bersaing dalam kemewahan. Mereka adalah Bani Abdu Manaf dan Bani Sahm," kata Ustaz Adi Hidayat membuka ceramah.
Bani Abdu Manaf, kata Ustaz Adi Hidayat, seringkali pamer tentang kehebatan distriknya, tentang kemuliaan distriknya, tentang kekayaan yang mereka miliki.
Bani Sahm pun tidak ingin kalah.
• Ceramah Ustaz Adi Hidayat, Doa Mohon Ampunan di Sela Shalat Tarawih Bulan Ramadhan
• Ceramah Ustaz Adi Hidayat, Salah Paham tentang Waktu Imsak di Bulan Ramadan
"Pernah tahukah anda ketika kemewahan dunia yang mereka tampilkan serasa tidak cukup untuk dipersaingkan lantas Bani Abdu Manaf datang ke kuburan dan menghitung seluruh anggota dari distrik mereka yang telah wafat dan mengatakan Tuh di alam kubur pun mayat kami masih lebih banyak dari suku lain," jelas Ustaz Adi Hidayat.
"Bani Sahm pun datang ke kubur dan menghitung anggota distrik mereka yang telah wafat dan mengatakan tuh pernahkan kalian lihat bahwa anggota kami masyarakat distrik kami yang telah dikuburkan lebih banyak dibandingkan Bani Abdu Manaf," lanjut Ustaz Adi Hidayat.
Ustaz Adi Hidayat mengatakan, bahwa menurut Imam Muqadir dan Imam Al Kalbi kejadian ini menghadirkan respons cepat dari Allah SWT yang menurunkan surat At Takatsur.
Allah berfirman
al-hākumut-takāṡur
Perbuatan kalian yang sering pamer tentang kemewahan itu tentang memperbanyak harta itu melalaikan kalian dari esensi kehidupan dunia untuk mencari bekal pula sebelum kalian menghadap Allah SWT.
ḥattā zurtumul-maqābir
Ini kejadian yang membuat kalian lalai tak sadar sampai-sampai kalian wafat dan mengunjungi kuburan kalian sendiri.
Sampai-sampai kalian masuk ke liang lahat kalian.
Kalian menghitung berapa banyak warga kalian di alam kubur lantas kalian pamerkan dan kalian tak sadar bahwa kalian pun akan masuk ke dalam kubur yang kalian hitung-hitung itu.
kallā saufa ta'lamụn
Sekali kali jangan pernah kalian lakukan seperti itu lagi karena suatu saat kalian akan menyadari itu keliru.
ṡumma kallā saufa ta'lamụn
Ditegaskan sekali lagi, jangan pernah lakukan kegiatan itu lagi karena suatu saat kalian akan menyadari perbuatan itu keliru.
kallā lau ta'lamụna 'ilmal-yaqīn
Sekali kali jangan pernah kerjakan itu lagi jika kalian mengetahui dengan penuh keyakinan.
latarawunnal-jaḥīm
Perbuatan kalian itu akan mengantarkan pada kecelakaan yang dahsyat saat kalian pulang kepada Allah dijamin dengan neraka jahanam.
ṡumma latarawunnahā 'ainal-yaqīn
Maka saat engkau dihadapkan pada neraka itu engkau akan melihat langsung dengan mata kepalamu dengan penuh kesungguhan.
ṡumma latus`alunna yauma`iżin 'anin-na'īm
Sungguh sebelum engkau masuk ke neraka itu yakinkan pada dirimu semua yang engkau banggakan, yang engkau pamerkan, yang engkau lomba-lombakan, yang engkau tampilkan hakikatnya setiap materinya setiap sennya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
Menurut Ustaz Adi Hidayat, surat ini saat diturunkan bukan sekedar mau meluruskan perbuatan orang zaman jahiliyah lebih khusus perlombaan kemewahan diantara Bani Abdu Manaf dan Bani Sahm.
"Karena kaidah menyebutkan jika sifat ayatnya umum disampaikan maka ini menunjukkan kesan bahwa perbuatan itu akan terulang di masa depan dengan tokoh berbeda namun esensi serupa," ucap dia.
Kata Ustaz Adi Hidayat, seakan-akan Allah ingin memberikan informasi kepada setiap generasi dalam setiap masa yang berbeda bahwa seluruh nikmat yang dititipkan Allah itu seyogyanya adalah bekal ibadah yang akan dibawa pulang dan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.
"Bukan untuk dipamerkan bukan untuk diperlombakan, bukan untuk ditampilkan saja," ucapnya.
"Karena itu pernah terjadi di zaman jahiliyah dan diluruskan kaarena itu sangat tidak diharapkan."
"Apalagi jika ada seorang muslim yang hanya menampilkan harta kekayaannya lantas ingin dibandingkan dengan orang lain, dibalas orang lain, ditampilkan saling menghadirkan kemewahan seakan-akan ingin menghadirkan kesan bahwa dalam hidup ini paling kaya, ini yang paling hebat, ini yang paling punya nilai, maka anda terlambat karena perbuatan itu sudah dilakukan oleh Bani Abdu Manaf dan Bani Sahm di masa jahiliyah dan diluruskan Allah SWT," jelas Ustaz Adi Hidayat.
"Saking sayangnya Allah kepada kita turunlah At Takatsur untuk mengingatkan bahwa semua harta benda itu bukan ukuran kemuliaan di hadapan Allah namun titipan yang akan dipertanggungjawabkan. Semua itu akan hanyut akan hilang ditinggalkan, ditanggalkan saat anda masuk ke dalam kubur," kata Ustaz Adi Hidayat.
(Tribunlampung.co.id)