Berita Lampung
Berburu Kakap Merah dan Simba 10 Kg di Batu Alip dan Batu Licin, Surga Mancing di Lampung
Meski lokasinya tersembunyi, Batu Alip dan Batu Licin bisa disebut sebagai surganya pemancing.
Penulis: Dedi Sutomo | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Lampung Selatan - Jarum jam baru menunjukkan pukul 10.00 WIB, Sabtu (11/7/2020). Namun, sinar matahari mulai menyengat di tempat wisata Pantai Minang Rua, Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan, Lampung.
Sengatan panas ini tidak menyurutkan reporter Tribunlampung.co.id bersama rombongan, untuk mendatangi kawasan Batu Alip dan Batu Licin yang berjarak sekira 1 mil dari Pantai Minang Rua.
Meski lokasinya tersembunyi, Batu Alip dan Batu Licin bisa disebut sebagai surganya pemancing.
Menggunakan perahu kecil nelayan dan bekal secukupnya, Tribunlampung.co.id bersama rombongan dipandu nelayan setempat meluncur ke arah Batu Alip.
Hanya sekitar 15 menit dari Pantai Minang Rua, perahu pun tiba di sekitaran kawasan Batu Alip.
Beberapa nelayan terlihat sedang melakukan aktivitas memancing menggunakan perahu.
Sementara itu beberapa pemancing dari Bakauheni, Palas dan Kalianda juga sudah ada di Batu Alip.
Para angler ini memancing dari gugusan batu karang yang ada di pinggiran pantai.
Batu Alip dan Batu Licin memang dikenal sebagai spot untuk memancing, selain kawasan Pantai Tanjung Tua.
Tidak mengherankan, ketika akhir pekan, banyak angler yang datang ke kawasan Batu Alip dan Batu Licin.
Sedikit berbeda dengan di Tanjung Tua, para pemancing di Batu Alip dan Batu Licin lebih banyak menggunakan teknik memancing dasaran (engkel).
Ada yang menggunakan joran dengan ril spinning. Tetapi banyak juga yang hanya menggunakan tangan (handline).
Jenis ikan yang ada di sekitaran Batu Alip dan Batu Licing, ada kakap merah, kurisi, dan jenis lainnya. Ada juga ikan predator seperti simba.
"Untuk ikan simba, pernah ada yang dapat ukuran 10 kilogram," kata Yono, nelayan yang mendampingi Tribunlampung.co.id.
"Memang spot Batu Alip dan Batu Licin ini, tidak setenar Tanjung Tua," lanjutnya.
Tanjung Tua memang lebih terkenal bagi para angler, terutama bagi yang menyukai rock fishing dari batu karang di pinggir pantai.
Tetapi untuk potensi ikan, Batu Alip dan Batu Licin tidaklah kalah dengan Tanjung Tua.
Nelayan lokal membuat rupon (tempat rumah ikan) di sejumlah titik.
Ini menjadi tempat bagi para nelayan dan juga para angler yang menggunakan perahu.
Spot Batu Alip dan Batu Licin memang belumlah banyak didatangi para angler luar daerah.
Biasanya yang datang hanya para angler dari Kalianda, Sidomulyo, Palas dan dari Bakauheni.
Untuk menyewa perahu, biaya yang harus dikeluarkan pun tidaklah terlalu besar.
Harga sewa perahu nelayan dengan jumlah penumpang 3-4 orang, hanya sekitar Rp 350 ribu.
Para angler sudah bisa memancing sepuasnya hingga sore. Biasanya kawasan ini ramai di akhir pekan.
"Tetapi kalau malam, harga sewa sedikit lebih mahal. Karena ada lampu penerangan. Jadi bahan bakarnya juga lebih banyak habisnya," kata Satip, nelayan lainnya di Minang Rua.
Agung GD dari toko pancing Agung Pancing di Bakauheni mengatakan, spot Batu Alip dan Batu Licin ini belumlah terekspose dikalangan angler.
Karenanya memang belum banyak angler dari luar daerah yang datang.
Padahal, bagi angler yang menyukai kakap merah, Batu Alip menjadi salah satu spot terbaik.
"Saya beberapa kali menjajal spot Batu Alip. Terkenal akan kakap merahnya. Tapi juga pernah dapat simba cukup besar," ujar pria yang juga anggota Polair Polres Lampung Selatan itu.
Namun saat menjajal spot Batu Alip pada Sabtu kemarin, peruntungan masih belum baik.
Ikan yang naik hanya kakap merah dan kerisi berukuran kecil.
Tapi untuk nelayan lokal, ada yang mendapatkan simba dengan ukuran 2 kilogram.
Batu Alip tidak hanya dikenal sebagai spot untuk para angler.
Para wisatawan yang datang berlibur ke Minang Rua pun, kerap juga datang untuk berfoto ria di gugusan batu karang yang bertentuk tugu.
Kondisi pantai karang Batu Alip ini masih alami, karena akses darat untuk menuju ke kawasan ini cukup sulit.
Akses termudah menggunakan perahu nelayan.
Di kawasan ini tidak ada fasilitas apa pun seperti yang ada di Pantai Minang Rua.
"Kalau yang ke Batu Alif, biasanya pengunjung hanya sekadar untuk berfoto ria," kata Rian dari Pokdawis Pantai Minang Rua. (Tribunlampung.co.id/Dedi Sutomo)