Banyak Orangtua Keluhkan Belajar Daring, Ponsel dan Kuota Jadi Kendala Utama

Terkendala sarana prasarana, sejumlah pihak mengakui proses belajar daring alias online cukup merepotkan.

Tribunlampung.co.id/Deni Saputra
Ilustrasi - Empat pelajar sekolah di Jalan Nangka, Gang Stial terpaksa nebeng wifi milik tetangga untuk mengikuti pelajaran daring karena orangtua tak mampu beli kuota internet, Kamis (23/7/2020). Banyak Orangtua Keluhkan Belajar Daring, Ponsel dan Kuota Jadi Kendala Utama. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Sejumlah pihak mengakui proses belajar daring alias online cukup merepotkan.

Selain terkendala sarana prasarana, orangtua juga belum tentu bisa menemani anak belajar di rumah.

Ketua Komite SMA Negeri 9 Bandar Lampung Budiharjo mengungkapkan, ada variasi persoalan yang timbul dengan pola pembelajaran daring ini.

Di mana ada yang memang fasilitas memadai dan bisa dipenuhi orangtua dan ada juga orangtua yang kondisnya belum tentu bisa memenuhi kebutuhan android maupun kuota bagi kebutuhan belajar daring anak.

"Secara keseluruhan saya perhatikan pembelajaran daring ini memang merepotkan. Karena materi belajar anak-anak sekarang dengan kemampuan orangtua tidak nyambung. Jadi beban tersendiri juga bagi orangtua," ungkap Budiharjo, Selasa (18/8/2020).

Belum lagi orangtua juga bekerja. Ini diakuinya menjadi persoalan tersendiri.

Budiharjo berharap proses belajar tatap muka bisa kembali dilakukan.

Terlebih kualitas pembelajaran daring juga tidak maksimal.

"Prestasi anak jadi menurun, anak menjadi lebih malas karena tidak harus bangun pagi juga," papar Budiharjo.

"Kekhawatiran tentang pandemi ya tetap menjadi perhatian kita. Tetapi saya kira dengan menggunakan protokol kesehatan, saya sih berharap anak-anak bisa sekolah lagi," imbuh dia.

Saat belajar daring, diakuinya tak sedikit juga anak yang menggunakannya sebagai alasan untuk menggunakan gadget secara berlebihan.

"Secara keseluruhan seperti itu yang kami alami mewakili orangtua. Banyak persoalan muncul yang menyebabkan anak lebih malas, motivasi belajar jadi menurun, orangtua menjadi beban, tidak semua bisa mengakses layanan belajar secara online," jelasnya.

Ketua Komite SMP Muhammadiyah 4 Bandar Lampung Anwar juga berharap agar sekolah bisa dibuka kembali dengan tatap muka. Dengan menerapkan protokol kesehatan maupun pembagian shift.

"Misal seminggu sekali tatap muka. Jadi anak bisa sekalian mengumpul tugas, diberikan pembahasan sekaligus memberikan tugas yang akan datang lagi. Protokol kesehatan juga tetap kita pakai," ujar Anwar.

Terlebih diakuinya tak sedikit orangtua yang terkendala di android.

Di mana tidak semuanya mendukung dilakukannya belajar daring.

"Ponsel masyarakat ini kan ada yang bisa ada yang nggak untuk dipakai belajar daring. Belum lagi sinyal, belum lagi orangtua nggak selalu bisa belikan kuota," kata Anwar.

Menurutnya tak sedikit orangtua mengeluh untuk membelikan kuota.

Karena saat kuota masih ada anak gunakan untuk hal lain sehingga saat membutuhkan untuk mengirim tugas, meminta orangtua membeli kuota lagi.

"Belum lagi ikut beban mengajari anak. Padahal nggak semua kemampuan orangtua sampai ke situ (mengajari anak)," timpalnya.

Berharap Bantuan

Kendala sekolah daring ini juga turut menjadi pembahasan di Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMA di Lampung.

Ketua MKKS SMA Lampung Suharto membeberkan, pembelajaran jarak jauh melalui sistem daring di antaranya terkendala ketersediaan sarana prasarana jaringan internet.

"Belum keluhan orangtua terkait beban biaya kuota untuk pembelajaran daring," kata Suharto.

Pihak sekolah sendiri diakuinya sudah berusaha mengoptimalkan upaya untuk proses pembelajaran daring ini.

"Tidak semua orangtua punya ponsel memadai untuk anaknya yang mungkin tidak hanya satu orang," paparnya yang juga Kepala Sekolah di SMAN 9 Bandar Lampung ini.

Pihaknya berharap ada program dari pemerintah membantu anak-anak yang orangtuanya kurang mampu.

"Dari teman-teman di sekolah sendiri agar melakukan analisis dan identifikasi terkait anak yang orangtuanya betul-betul kurang mampu agar bisa dibantu," ujar dia.

Selain itu juga menurutnya harus ada kesadaran bersama karena kondisi Covid-19 ini adalah tantangan bersama.

Sementara dari Persatuan Guru Honor Murni (PGHM) Bandar Lampung berharap agar nasib para guru honor juga menjadi perhatian dengan keterbatasan gajinya ketika harus memberikan pembelajaran daring kepada siswanya.

"Pembelajaran daring butuh kuota, katanya bisa diambilkan uang BOS. Tapi kalau siswanya sedikit gimana mau bayar kuota, bayar guru saja susah," ungkap Ketua PGHM Bandar Lampung Tupan.

Belum lagi ketika tidak bisa melakukan pembelajaran daring, guru harus mendatangi siswa secara langsung dari rumah ke rumah. Tentu ada pengeluaran transportasi untuk itu.(tribunlampung.co.id/lis)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved