Liputan Eksklusif Tribun

Innova-Avanza Mulai Ramai Pembeli, Penjualan Mobil di Lampung Mulai Menggeliat

Bisnis penjualan mobil baru di Lampung perlahan menggeliat pada era new normal.

Auto2000
Ilustrasi - Innova-Avanza Mulai Ramai Pembeli, Penjualan Mobil di Lampung Mulai Menggeliat. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Bisnis penjualan mobil baru di Lampung perlahan menggeliat pada era new normal.

Meskipun belum sepenuhnya normal seperti saat sebelum pandemi Covid-19, angka penjualan mulai naik sekitar 10-15 persen.

Tren ini cukup menggembirakan setelah angka penjualan sempat anjlok hingga 50 persen.

Tribun Lampung menghimpun data dari sejumlah diler di Lampung untuk mengetahui tren bisnis penjualan mobil anyar pada new normal.

Hasilnya, tren penjualan mobil di Lampung mulai dari Toyota, Suzuki, hingga Honda menunjukkan angka cukup positif.

Mobil Toyota misalnya. Auto 2000 sebagai diler Toyota mencatat perkiraan angka penjualan mobil pada Agustus naik menjadi 850 unit dari bulan sebelumnya, Juli, sebanyak 750 unit, atau naik 15 persen.

Dari sekian tipe dan merek mobil Toyota, mobil tipe MPV (Innova dan Avanza) mendominasi angka penjualan mulai April hingga Agustus ini sebanyak 50 persen. Menyusul mobil tipe SUV (Rush dan Fortuner) sebanyak 30 persen dan tipe compact (Agya dan Yaris) sebanyak 20 persen.

Branch Manager Auto 2000 Way Halim, Helmi Yansyah, mengungkapkan pada kuartal I (Januari-Maret) sebelum pandemi Covid-19, tren penjualan mobil masih berada di angka rata-rata 1.500 unit per bulan.

Namun, pada kuartal II (April-Juni) saat pandemi Covid-19, angka penjualan mobil turun menjadi 700 unit per bulan atau turun lebih dari 50 persen.

"Dengan rincian, pada April turun sekitar 40 persen atau rata-rata menjadi 850 unit, pada Mei turun 70 persen menjadi 540 unit, dan memasuki Juni mulai mengalami kenaikan menjadi 850 unit," jelasnya, Kamis (27/8/2020).

Memasuki kuartal III, angka penjualan sempat turun lagi menjadi 750 unit pada Juli.

Namun, Agustus ini, Helmi memperkirakan angka penjualan naik lagi menjadi 850 unit atau naik 15 persen dari Juli.

"Mengenai kapan reborn-nya (normal lagi), tergantung pergerakan ekonomi dan kesiapan vaksin (Covid-19). Toyota optimistis, karena kami memiliki tiga kekuatan. Baik dari segi brand image, dukungan Toyota Grup, dan variasi produk yang menyentuh berbagai segmen," kata Helmi.

Suzuki

Tren membaiknya penjualan mobil baru juga mulai terasa di mobil Suzuki. Diler Suzuki Persada Lampung Raya mencatat angka penjualan pada Agustus sebanyak 80 unit. Sama seperti angka penjualan pada Juli yang juga 80 unit.

Angka penjualan mobil Suzuki pada Juli dan Agustus ini naik drastis 130 persen dari bulan sebelumnya, Juni, yang hanya 60-70 unit.

Adapun kontribusi masing-masing tipe mobil Suzuki terhadap total angka penjualan tercatat sedikit berbeda antara sebelum pandemi Covid-19 dengan masa new normal.

Namun, mobil Carry Pickup berkontribusi paling dominan di antara lainnya.

Sebelum pandemi Covid-19, mobil Carry Pickup berkontribusi sebanyak 60 persen, Ertiga 15 persen, XL7 5 persen, Karimun 10 persen, Ignis 5 persen, dan Baleno 5 persen.

Sementara pada masa new normal, Carry Pickup berkontribusi terhadap total angka penjualan sebanyak 60 persen, Ertiga 10 persen, XL7 10 persen, Karimun 10 persen, Ignis 5 persen, dan Baleno 5 persen.

Operational Manager PT Suzuki Persada Lampung Raya, Agustinus Leonardo, mengungkapkan dampak pandemi Covid-19 terasa mulai Maret hingga Mei yang berakibat penurunan angka penjualan.

Namun, memasuki Juni hingga Agustus ini, angka penjualan mulai mengalami pertumbuhan.

"Angka penjualan pada Maret hingga Mei mengalami penurunan. Tapi mulai Juni hingga Agustus, angka penjualan mulai mengalami kenaikan dan stabil pada Agustus. Meskipun, angka penjualan belum kembali seperti sebelum pandemi Covid-19," ujarnya, Kamis.

Agustinus membeberkan, pada Januari hingga Februari atau sebelum pandemi Covid-19, mobil Suzuki terjual rata-rata 150 unit per bulan.

Pada Maret, memasuki pandemi Covid-19, angka penjualan turun menjadi rata-rata 80 unit atau turun 47 persen.

Pada April, angka penjualan turun lagi menjadi rata-rata 50 unit atau turun 38 persen dari Maret. Kemudian pada Mei, lagi-lagi turun menjadi rata-rata 40 unit atau turun 20 persen dari April.

Baru pada Juni, angka penjualan memperlihatkan kenaikan menjadi 60-70 unit.

Honda

Sama halnya dengan mobil Honda. Tren penjualan mobil baru Honda kini menunjukkan peningkatan. Dari Juni yang mulai tumbuh 23 persen, Juli tumbuh 14 persen, hingga Agustus ini tumbuh 10 persen. Atau rata-rata unit terjual 40-50 unit per bulan.

Kontribusi masing-masing tipe mobil Honda terhadap total angka penjualan hingga Agustus di diler Honda Lampung Raya masih dominan Brio Series, HR-V, dan Mobilio di tiga teratas. Dengan rincian Brio Series 39 persen, HR-V series 12,4 persen, Mobilio 10 persen, Jaz 10 persen, CR-V 10 persen, BR-V 2 persen, sisanya Civic City dan lainnya.

Sales Manager Honda Lampung Raya Suhandi S mengungkapkan angka penjualan mobil Honda telah mengalami peningkatan rata-rata 10-25 persen pada Juni hingga Agustus.

"Angka penjualan kami sempat terkoreksi sekitar 47 persen saat pandemi Covid-19 (April-Mei). Tapi perlahan mulai tumbuh. Meskipun belum tumbuh seperti sebelum pandemi Covid-19, tapi perlahan mulai mengalami kenaikan 10-15 persen sejak Juni," kata Suhandi, Rabu (26/7).

Pada Januari hingga Maret, Suhandi membeberkan angka penjualan masih normal rata-rata 100 unit per bulan. Baru pada April hingga Mei, anaka penjualan terkoreksi hingga 47 persen.

"Untuk prediksi market, memang tidak langsung tumbuh 100 persen. Tapi bertahap setiap bulan mengalami pertumbuhan 10-15 persen. Akan tergantung juga dengan kondisi perekonomian," ujarnya.

Masih Rendah

Presiden Indonesia Marketing Association (IMA) Lampung, Heri Andrian, menyatakan tren penjualan mobil saat ini memang belum normal seperti sebelum pandemi Covid-19. Menurutnya, masih lesunya penjualan mobil lantaran masih rendahnya daya beli masyarakat terhadap kebutuhan tersier.

"Mobil ini kebutuhan tersier. Dalam situasi seperti ini, industri otomotif berat dan butuh waktu. Mungkin paruh kedua tahun depan (2021) jika ekonomi membaik. Tapi tidak dalam waktu dekat jika melihat saat ini. Bukan tidak optimistis, tapi realistis saja. Bisa kembali 50-60 persen saja sudah happy," jelasnya, Sabtu (29/8/2020).

Heri mengungkapkan sebagian besar pasar penjualan mobil adalah kelas menengah ke bawah yang saat ini masih berfokus pada pemenuhan kebutuhan primer ketimbang tersier.

"Di mobil itu ada segmen middle up (menengah ke atas) dan middle low (menengah ke bawah). Di middle low itu yang volumenya besar. Misalnya, Avanza, Agya, dan lain-lain yang marketnya besar, 60-70 persen," kata Heri.

"Bagi middle up, daya belinya tidak terpengaruh. Tapi memang market-nya kecil, 30-35 persen. Yang besar itu, middle low. Dan middle low mungkin daya belinya sedang berfokus pada kebutuhan pokok, maka market-nya terganggu," sambungnya.

Heri menerangkan, selain faktor daya beli, industri otomotif juga sangat tergantung kondisi perekonomian.

"Pembelian mobil menjadi indikator perekonomian kita sedang bagus atau jelek. Ekonomi kita kemarin minus dan di kuartal III juga belum bisa kita pastikan akan pulih," ujarnya.

Heri menambahkan, dalam penjualan di industri otomotif, 70 persen rata-rata merupakan kredit dan 30 persen merupakan tunai yang sangat bergantung suku bunga.

"Kita ketahui, di industri otomotif itu, 70 persen dari kredit dan 30 persen cash. Kalau kredit, sangat tergantung dengan suku bunga dan down payment (DP atau uang muka)," jelas Hendi.

"Leasing (lembaga pembiayaan) juga sangat berhati-hati (memberikan kredit). Dampaknya, untuk kredit , DP-nya menjadi semakin besar, rata-rata di atas 30 persen. Tambah lagi dengan daya beli yang masih rendah," paparnya. (tribunlampung.co.id/rob)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved