Wawancara Eksklusif
Sastrawan Lampung Raih Anugerah Sastra Rancage 2021, 'Banyak Orang Bilang Seperti Bunuh Diri'
Elly Dharmawanti, sastrawan Lampung asal Pesisir Barat, mendapatkan Anugerah Sastra Rancage 2021. Karyanya berupa kumpulan puisi.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Elly Dharmawanti, sastrawan Lampung asal Pesisir Barat, mendapatkan Anugerah Sastra Rancage 2021.
Karyanya berupa kumpulan puisi.
Puisi itu ada yang berisi soal nasihat orangtua kepada anak atau kakak kepada adik dan lainnya, persoalan sosial di masyarakat, tradisi, hingga soal percintaan muda-mudi.
Bagaimana cerita ia bisa meraih penghargaan tersebut dan pandangannya terkait pelestarian sastra di Lampung bagi generasi muda?
Berikut petikan wawancara Tribun Lampung dengannya, Kamis (4/2/2021).
Anda baru saja meraih Anugerah Sastra Rancage 2021. Bagaimana perasaannya?
Tentunya sangat bersyukur, ini pertama kali bagi saya, sangat bahagia dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam hal ini.
Terutama rekan-rekan sastrawan yang concern di bidang sastra, selalu support bahkan membantu menerjemahkan karya-karya saya ke dalam bahasa Lampung
Bisa Anda ceritakan seperti apa karya Anda dalam Anugerah Rancage 2021?
Rata-rata adalah puisi pendek, semuanya ada 73 puisi.
Kebanyakan berisi nasehat baik dari kakak kepada adik, bapak kepada anaknya, orangtua kepada orang muda, persoalan-persoalan sosial di masyarakat hingga soal tradisi.
Beberapa lainnya mengangkat kisah percintaan muda-mudi mengenai kerinduan seorang kekasih.
Apa yang menginspirasi dalam pembuatan karya tersebut?
Inspirasinya dari banyak hal, tetapi rata-rata spontan saja dari apa yang terlintas di pikiran langsung ditulis garis besarnya.
Ketika ada waktu santai baru diperbaiki dan diedit.
Sebagian besar puisi berkaitan dengan hal yang mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Bagaimana proses penulisan karya tersebut? Berapa lama dan apa yang sempat menjadi kendala?
Kalau proses pembuatan kumpulan puisi "Dang Miwang Niku Ading" ini terbilang cukup cepat.
Padahal sebelumnya kumpilan puisi ini hampir tidak jadi.
Namun teman mengajak untuk berpartisipasi dalam Sastra Rencage 2021, sementara saya memang tengah sibuk karena saat itu masih ada pilkada.
Saya sendiri baru punya 30-an puisi, sementara lainnya baru setengah jadi.
Di sisi lain diburu deadline, sisa dari 30 saya kejar dalam waktu yang cukup singkat menurut saya, hanya 3 hari.
Saya full begadang karena bagaimanapun niat saya kumpulan puisi ini harus selesai.
Apakah memang rutin membuat karya sastra berbahasa Lampung?
Saya berkolaborasi dengan sastrawan lainnya termasuk yang diikutsertakan dalam Anugerah Sastra Rancage sebelum-sebelumnya.
Anda sendiri memang bersuku Lampung?
Iya, saya asli dari Pesisir Barat, lahir di Pesisir Barat, menikah dan juga tinggal di Pesisir Barat.
Pada Anugerah Rancage tahun-tahun sebelumnya, pernah ikut serta?
Iya sudah terhitung 4 kali termasuk yang ini.
Tapi yang sebelum-sebelumnya berkolaborasi dengan sastrawan lain.
Bagi Anda, apa makna dari capaian Anugerah Rancage 2021 ini?
Saya berharap pencapaian ini bisa menginspirasi anak-anak muda terutama di Pesisir Barat dan Lampung secara umum untuk lebih mencintai bahasa daerah, tidak lelah mencoba dan tidak putus asa dalam belajar.
Saya juga akan terus berkarya untuk lebih baik lagi.
Bagaimana pandangan Anda atas perkembangan sastra Lampung?
Saat ini dalam kondisi yang memprihatinkan.
Terus terang saja banyak yang bilang menerbitkan karya sastra dalam bentuk bahasa daerah itu sama saja dengan bunuh diri.
Karena berbahasa Indonesia saja kurang peminatnya terlebih minat baca semakin sedikit.
Tetapi saya berharap, meskipun peminat dan penggemarnya sedikit, tapi tetap lestari karena demi keberlangsungan bahasa daerah itu sendiri.
Menurut Anda siapa yang bertanggung jawab atas pelestarian sastra Lampung?
Kita semua, terutama dalam penggunaan bahasa daerah di kehidupan sehari-hari.
Lebih jauh adalah orang yang punya minat di bidang itu.
Ke depan akan terus membuat karya sastra berbahasa Lampung? Termasuk ikut serta dalam Anugerah Rancage tahun-tahun mendatang?
Saya sudah berkomitmen dengan diri sendiri, Insya Allah akan terus berkarya terlepas mendapatkan penghargaan lagi atau tidak karena dengan berkarya dan menterjemahkan dalam bahasa daerah adalah bentuk pengabdian saya kepada tanah leluhur.
Terlebih menulis tidak menganggu aktivitas lain.
( Tribunlampung.co.id / sulis setia markhamah )