Universitas Lampung
Sentra Inovasi dan Inkubator Bisnis Unila Kembangkan Produk Bat Coffee
Sentra Inovasi dan Inkubator Bisnis (Sikubis) Universitas Lampung (Unila) mengembangkan Kopi Codot atau Bat Coffee sebagai salah satu produk kopi ungg
Penulis: Advertorial Tribun Lampung | Editor: Advertorial Tribun Lampung
“Banyak proses yang dilompati karena daging buahnya sudah dimakan codot, jadi biji yang masih dibungkus kulit ari jatuh ke tanah dan kering secara alami di bawah,” jelas William.
Dia mengklaim, aroma seduhan Bat Coffee lebih kuat, tapi tingkat pahitnya lebih rendah dari kopi biasa.
“Kalau rasanya sama seperti rasa kopi robusta pada umumnya, tapi aromanya lebih kuat, dan rasa pahitnya berkurang,” ujar William.
Meutia Pusparini yang merupakan CEO Bat Coffee mengatakan, saat ini produk Bat Coffee masih dijual secara online. Bat Coffee kemasan 200 gram dijual Rp60 ribu sedangkan green bean Bat Coffee kemasan 200 gram dihargai Rp50 ribu.
“Kendala pemasaran Bat Coffee ini karena belum banyak masyarakat yang mengenal kopi codot ini,” kata Meutia.
Sementara itu Ketua Sikubis Unila Dr. Sri Ratna S., mengatakan, tahun ini ada dua perusahaan pemula yang lolos dan mendapatkan dana Starup Inovasi Indonesia dari Kemenristek/BRIN, salah satunya Bat Coffee.
“Nanti Sikubis akan mendampingi mengembangkan produk Bat Coffee mulai dari kelengkapan perizinan BPOM, IRT, termasuk hak paten hingga pemasarannya,” ujar Sri Ratna.
Menurut dia, Bat Coffee lolos sebagai mitra binaan Sikubis karena memenuhi kriteria dan SOP yang ada, di antaranya memiliki CV dan terjaganya keberlangsungan produk.
“Selain itu, Bat Coffee ini merupakan produk yang memiliki lokal wisdom, baik kopinya sebagai keunggulam hasil bumi Lampung maupun kelelawarnya yang merupakan proses yang masih langka,” ujar Sri Ratna.
Untuk pemasaran, lanjutnya, pihaknya akan mendukung promosi melalui media sosial, menggandeng pengusaha alumni atau jaringan Unila.
“Unila juga sudah menetapkan sebaiknya kopi yang ada di Unila menggunakan Bat Coffee,” pungkasnya. (*)