Berita Terkini Nasional
Kisah Tukang Becak Jualan Cilok hingga Punya 3 Apartemen dan 13 Rumah Kontrakan
Viral kisah tukang becak jadi penjual cilok kaya raya dari usahanya hingga punya 3 unit apartemen dan 13 rumah kontrakan.
Penulis: Wahyu Iskandar | Editor: Heribertus Sulis
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Viral kisah tukang becak jadi penjual cilok kaya raya dari usahanya hingga punya 3 unit apartemen dan 13 rumah kontrakan.
Akhir-akhir ini, nama Harsono viral di media sosial karena kisah inspiratif yang dilakukan oleh mantan pegawai honorer ini.
Harsono adalah seorang penjual cilok yang mampu beli 3 unit apartemen dan punya 13 rumah kontrakan.
Siapa sangka, modal Rp 20 ribu dari menjual cilok daging andalannya juga mampu membuatnya naik haji.
Jatuh bangun merintis usaha sebelum sukses adalah bagian dari kisah hidup yang dialami Harsono.
Harsono sendiri merupakan pemilik Cilok Edy yang terkenal.
Baca juga: Wanita Jenguk Sahabat yang Positif Covid 19: Senang meskipun Lihat Lewat Jendela
Di Jember, Jawa Timur, Cilok Edy mudah ditemui karena sudah tidak asing lagi.
Bahkan Anda bisa menemukan Cilok Edy di sejumlah titik di Jember.
Antara lain depan kantor DPRD Jember, kampus Universitas Jember, dan Universitas Muhammadiyah Jember.
Bahkan saking terkenalnya, Cilok Edy juga bisa ditemui di cabang lainnya seperti di Probolinggo dan Bondowoso.
Namun, cabang Cilok Edy di luar kota tak bertahan lama.
Kata Harsono, penjaganya curang.
Karena hasil jualanya sangat terkenal, maka Harsono, pemilik Cilok Edy, mampu meraup jutaan rupiah.
Dilansir dari Kompas.com pada Senin (21/6/2021), Harsono bisa meraup Rp 5 juta per hari dari empat rombong saja.
Sebelum pandemi Covid-19, ia bahkan bisa mendapatkan Rp 9 juta per hari.
Kini, Harsono sudah memiliki 10 karyawan.
Kesuksesan Harsono dari berjualan cilok membuatnya bisa membeli sejumlah properti.
Di antaranya 3 apartemen, 13 rumah kontrakan, hingga sawah, bahkan Harsono juga bisa menunaikan ibadah haji.
Ketika pandemi Covid-19 pun, warga Kelurahan Tegalgede, Kecamatan Sumbersari, Jember, ini tetap bisa sukses berjualan cilok.
Lalu apa rahasianya?
1. Mampu menangkap peluang
Sebelum berjualan cilok, dulunya Harsono adalah seorang tukang ojek.
Hanya saja karena pendapatanya tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup.
Maka Harsono mencoba menjadi tenaga honorer petugas kebersihan di Dinas Pekerjaan Umum dan Cipta Karya Jember.
Tapi lagi-lagi pendapatannya tidak cukup untuk menafkahi keluarga.
Setelah berpikir lama, dia akhirnya mendapat ide berjualan cilok.
Hanya saja, Harsono ingin hasil jualannya memiliki ciri khas.
Setelah melakukan riset, dia tahu di Jember tidak ada penjual cilok daging.
Yang ada hanya cilok tepung, dan ia pun mulai membuat cilok daging.
Resepnya berasal dari ayahnya yang juga berjualan panganan serupa di Bali.
2. Gencar pemasaran
Harsono memulai bisnis berjualan ciloknya hanya dengan modal awal Rp20.000.
"Modal awal dulu paling hanya Rp20.000," ujar Harsono, Sabtu (19/6/2021).
Tapi dia memasarkan produknya ke berbagai tempat.
Disebutkan bahwa dia berangkat berjualan cilok keliling mulai pukul 06.30 WIB.
"Berangkat pagi, pulangnya habis isya," ucapnya.
Targetnya adalah tempat keramaian seperti sekolah, perkantoran, dan lainnya.
Namun, meski sudah berpeluh keringat, cilok Harsono tak pernah terjual habis.
Penghasilannya pun tak sesuai harapan dan membuat semangatnya kendur.
Apalagi ketika wali murid tidak memperbolehkan anaknya membeli cilok karena merupakan jenis makanan baru.
Alhasil, Harsono kembali ke profesi lamanya, yakni menjadi pengayuh becak selama dua bulan.
Namun, berkat dorongan istrinya, Harsono kembali berjualan cilok.
"Waktu itu, penghasilan becak hanya Rp 5.000. Sedangkan berjualan cilok Rp10 ribu," ungkap istrinya, Siti Fatimah.
3. Berani pinjam uang ke bank
Bisnis Harsono perlahan mulai terkenal, dia pun ingin memperluas pasarnya.
Dengan modal keberanian dan keyakinan, dia memberanikan diri untuk meminjam uang modal ke perbankan Rp15 juta.
Uang Rp15 juta tersebut dia manfaatkan untuk menambah 5 rombong jualan cilok.
Dari hasil lima rombong tersebut, kini dia sudah memiliki 10 rombong cilok, meski sekarang tinggal 4.
4. Tingkatkan mutu hadapi persaingan
Ketika ciloknya semakin terkenal dan laris, Harsono bertekad untuk meningkatkan cita rasa cilok dagingnya.
Dia tidak ingin kualitas jualannya menurun.
Oleh karenanya, sang istri, Siti Fatimah, ditugaskan untuk terus mengawasi kualitas cilok agar tidak berubah, mulai ukuran, rasa, dan lainnya.
5. Investasi di bidang lain
Hasil dari berjualan Cilok Edy digunakannya dengan sebaik-baiknya.
Alih-alih membeli barang yang bersifat konsumtif, Harsono mengalokasikannya untuk investasi di bidang lain.
Dia pun membeli belasan rumah dan kamar kos untuk dikontrakkan.
Ia juga membeli 3 unit apartemen hingga sawah.
Tentu dia tak menggunakan semua uangnya.
Tapi memilih meminjam uang secara kredit ke bank dan cicilannya dibayar dari hasil berjualan cilok.
"Sekarang apartemen punya tiga untuk disewakan."
"Rumah ada 13 untuk dikontrakkan dan dikoskan," beber Harsono saat ditemui Kompas.com di rumahnya.
Bagaimana, Anda tertarik meniru jejak Harsono sukses berjualan cilok?
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Kisah Viral Penjual Cilok Daging di Jember, Modal Rp20 Ribu, Kini Punya 3 Apartemen & 13 Rumah
Baca berita Jember lainnya