Berita Terkini Nasional
Kisah Pilu Guru di Batang Digaji Rp 367 Ribu, Frans Nyambi Jual Bakso
Frans adalah guru honorer di SMK Bhakti Praja 2, Batang. Gajinya dipotong sejak awal pandemi Covid-19 hingga hanya menerima Rp 367.500 per bulan.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BATANG - Kisah pilu dialami seorang guru di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Imbas pandemi Covid-19 yang belum juga berlalu, guru bernama Franstri Yulli ini hanya menerima gaji Rp 367.500 per bulan.
Ia terpaksa menyambi bekerja apa saja untuk menambah penghasilan.
Frans adalah guru honorer di SMK Bhakti Praja 2, Batang.
Baca juga: Kisah Lord Adi Tak Cukup Uang Ikut Audisi MasterChef, Manfaatkan Bahan Sisa Peserta Lain
Gajinya dipotong sejak awal pandemi Covid-19 hingga hanya menerima Rp 367.500 per bulan.
"Gaji tidak mencukupi. Sebelum pandemi, saya dan istri nyambi jualan di kantin sekolah. Sekarang hanya mengandalkan gaji guru yang tidak seberapa," tutur Frans saat berbincang dengan Tribun, Sabtu (28/8/2021).
Frans kebingungan karena harus menghidupi istri dan dua anaknya yang masih kecil.
"Anak saya dua. Sekarang ada murid, tapi sedikit," ujarnya.
Ketika ditanya berapa gaji yang diterima Frans sebelum pandemi Covid-19 melanda, sarjana pendidikan ini mengungkap gajinya berdasarkan jumlah siswa yang diterima di sekolah tempatnya bekerja.
Baca juga: Kisah Sedih Rachel Vennya Tak Pernah Rasakan Figur Ayah Sejak Kecil
"Semakin sedikit murid, semakin kecil gaji," katanya.
Frans hingga saat ini juga belum menerima bantuan sama sekali, Baik dari pemerintah daerah setempat ataupun pihak lain. "Tidak ada," katanya.
Menyambi
Rekan seprofesi Frans di Batang, Dedi, merasa kasihan mengetahui nasib Frans.
Dedi yang mengajar di SMA Negeri 1 Bandar menceritakan Frans sekarang menyambi berdagang untuk menambah penghasilan demi menghidupi dua anak dan istrinya.
"Nek ono (jika ada) order badut, ya badut. Ngecat, jualan es pakai gerobak, sekarang jualan bakso di trotoar juga," ungkap Dedi.
Rekan-rekan sesama guru di Batang kini sedang melakukan konsolidasi.
Mereka berencana untuk sekadar memberikan bantuan kepada Frans agar kebutuhan hidupnya mencukupi.
"Lha imbas PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh), sekolah swasta nggak ada duit, akhirnya nggak gajian," ujar Dedi. (Tribun Network/wly)